22
 GAYA MENGAJAR Oleh La tahang Dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran (termasuk pelajaran matematika) akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. Guru juga senang karena punya siswa yang semuanya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada  jenis kecerdasan yang dimilikinya. (Chatib, 2009:100). Salah satu implikasi dari penerapan multiple intelligences dalam proses pembelajaran adalah terwujudnya gaya mengajar guru yang menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Bobbi De Porter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie (2000:85-86) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kecenderungan gaya mengajar atau modalitas mengajar yang biasanya sama dengan gaya belajar masing-masing. Jika kita memiliki kecenderungan belajar secara visual, maka kita akan menjadi guru yang visual pula. Hal itu terjadi secara alamiah. Tetapi, tidak demikian dengan siswa. Sebagian mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan gurunya, tetapi mungkin banyak yang tidak. Bagi siswa yang modalitasnya tidak sama dengan modalitas mengajarnya guru, kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan atau mendapat tantangan lebih besar dalam mempelajari bahan. Siswa secara harfiah memproses dunia melalui bahasan yang berbeda dengan guru. Bukankah seorang guru akan senang dapat menjangkau semua siswa dengan modalitas berbeda-beda   dan melakukannya secara konsisten? Meskipun cara belajar dan mengajar seseorang itu mencerminkan kecenderungan modalitas seseorang, penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak modalitas yang dilibatkan secara bersamaan, belajar akan semakin hidup, berarti, dan melekat, Rose & Nicholl (2002:131) memapaparkan hasil studi yang dilakukan lebih dari 5.000 siswa di Amerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12, menunjukkan kecenderungan belajar berikut: Visual sebanyak 29%, Auditori sebanyak 34%, dan Kinestetik sebanyak 37%. Namun, pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi, menurut Lynn O’Brien, Direktur Studi Diagnostik Spesifik Rickville, Maryland, yang melakukan studi tersebut. Ada sebuah ilustrasi menarik tentang praktik pembelajaran yang diselenggarakan dengan pendekatan multiple intelligences. Ada air dalam cangkir besar yang akan dituangkan dalam 10 botol. Dan, bentuk botolnya pun berbeda-beda. Tidak sama antara satu dengan yang lain. Tetapi, air yang dituangkan ternyata dapat memenuhi bentuk botol yang bermacam-macam itu   karena, salah satu sifat air adalah cair, yakni dapat menyesuaikan dengan bentuk yang dialiri. Intinya, ketika air tadi di dalam cangkir, maka bentuk air adalah seperti cangkir. Namun, ketika dituangkan dalam 10 botol yang berbeda, maka diperoleh 10 model bentuk air yang berbeda- beda. Nah, bagaimana dalam proses pembelajaran. Tantangan bagi seorang guru adalah bagaimana guru dapat membuat “bentuk” ilmu pengetahuan atau informasi yang mau ditransfer ke siswa itu sesuai dengan “bentuk” masing -masing individu siswa. Jika bentuk yang ditransfer sudah sesuai dengan bentuk masing-masing siswa, maka secara otomatis akan dapat masuk ke dalam masig- masing siswa. Dengan kata lain, gaya mengajar guru harus menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Bukan sebaliknya, gaya belajar siswa harus menyesuaikan dengan gaya mengajar guru. Memang, dengan menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences ini guru akan dibuat

Gaya Mengajar

Embed Size (px)

Citation preview

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 1/22

GAYA MENGAJAROleh La tahang

Dalam faktanya, banyak siswa mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidakmampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata, banyaknya kegagalan siswa

mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengangaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa,semua pelajaran (termasuk pelajaran matematika) akan terasa sangat mudah dan menyenangkan.Guru juga senang karena punya siswa yang semuanya cerdas dan berpotensi untuk sukses pada jenis kecerdasan yang dimilikinya. (Chatib, 2009:100).Salah satu implikasi dari penerapan multiple intelligences dalam proses pembelajaran adalahterwujudnya gaya mengajar guru yang menyesuaikan dengan gaya belajar siswa. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie (2000:85-86) menjelaskan bahwa setiap orangmemiliki kecenderungan gaya mengajar atau modalitas mengajar yang biasanya sama dengangaya belajar masing-masing. Jika kita memiliki kecenderungan belajar secara visual, maka kitaakan menjadi guru yang visual pula. Hal itu terjadi secara alamiah. Tetapi, tidak demikian

dengan siswa. Sebagian mungkin memiliki modalitas belajar yang sama dengan gurunya, tetapimungkin banyak yang tidak. Bagi siswa yang modalitasnya tidak sama dengan modalitasmengajarnya guru, kemungkinan tidak akan dapat menangkap semua yang diajarkan ataumendapat tantangan lebih besar dalam mempelajari bahan. Siswa secara harfiah memprosesdunia melalui bahasan yang berbeda dengan guru. Bukankah seorang guru akan senang dapatmenjangkau semua siswa dengan modalitas berbeda-beda – dan melakukannya secara konsisten?Meskipun cara belajar dan mengajar seseorang itu mencerminkan kecenderungan modalitasseseorang, penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak modalitas yang dilibatkan secarabersamaan, belajar akan semakin hidup, berarti, dan melekat,Rose & Nicholl (2002:131) memapaparkan hasil studi yang dilakukan lebih dari 5.000 siswa diAmerika Serikat, Hongkong, dan Jepang, kelas 5 hingga 12, menunjukkan kecenderungan

belajar berikut: Visual sebanyak 29%, Auditori sebanyak 34%, dan Kinestetik sebanyak 37%.Namun, pada saat mereka mencapai usia dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visualternyata lebih mendominasi, menurut Lynn O’Brien, Direktur Studi Diagnostik Spesifik Rickville, Maryland, yang melakukan studi tersebut.Ada sebuah ilustrasi menarik tentang praktik pembelajaran yang diselenggarakan denganpendekatan multiple intelligences. Ada air dalam cangkir besar yang akan dituangkan dalam 10botol. Dan, bentuk botolnya pun berbeda-beda. Tidak sama antara satu dengan yang lain. Tetapi,air yang dituangkan ternyata dapat memenuhi bentuk botol yang bermacam-macam itu  – karena,salah satu sifat air adalah cair, yakni dapat menyesuaikan dengan bentuk yang dialiri. Intinya,ketika air tadi di dalam cangkir, maka bentuk air adalah seperti cangkir. Namun, ketikadituangkan dalam 10 botol yang berbeda, maka diperoleh 10 model bentuk air yang berbeda-

beda.Nah, bagaimana dalam proses pembelajaran. Tantangan bagi seorang guru adalah bagaimanaguru dapat membuat “bentuk” ilmu pengetahuan atau informasi yang mau ditransfer ke siswa itusesuai dengan “bentuk” masing-masing individu siswa. Jika bentuk yang ditransfer sudah sesuaidengan bentuk masing-masing siswa, maka secara otomatis akan dapat masuk ke dalam masig-masing siswa. Dengan kata lain, gaya mengajar guru harus menyesuaikan dengan gaya belajarsiswa. Bukan sebaliknya, gaya belajar siswa harus menyesuaikan dengan gaya mengajar guru.Memang, dengan menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences ini guru akan dibuat

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 2/22

dalam posisi yang “sulit”. Artinya, tugas seorang guru menjadi berat dan berat. Dan, memanginilah keharusan yang menurut penulis merupakan suatu keniscayaan, jika kita ingin para siswanantinya akan menjadi manusia pebelajar sejati. Lalu, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimanamungkin kita dapat menerapkan pembelajaran berbasis multiple intelligences jika dalam suatukelas terdapat beragam model belajar yang dimiliki siswa?

Untuk keefektifan dalam praktiknya di lapangan, memang pembelajaran yang diselenggarakanberbasis multiple intelligences ini lebih cocok jika diterapkan dalam sistem pembelejaran yangmenggunakan sistem kelompok, bukan klasikal. Dan, akan lebih sesuai lagi jikapembelajarannya menggunakan pendekatan personal. Sehingga guru benar-benar akan dapatmenggali apa saja yang menjadikeunggulan siswa. Dan, pada akhirnya sekolah akan menghargaimasing-masing kelebihan dan keunggulan siswa. Artinya, sekolah tidak lagi membatasiperingkat hanya 1-3, atau hanya sepuluh besar. Tetapi, semua siswa layak menjadi juara, merekaakan mendapat peringkat sesuai dengan bidang kemampuannya masing-masing. Guru harusdapat meyakinkan kepada siswa, bahwa si A juara di bidang ini, si B juara di bidang itu, si C ahlibidang ini, si D mahir di bidang itu, dan seterusnya.

Membangun Pembelajaran Berbasis GayaBelajar Siswa 

Dipublikasikan oleh STKIP Blog on 10 July, 2009Belum ada komentarPostingan ini masuk kategori [ Artikel Ilmiah ]

Berikut ini artikel bagian kedua dari orasi ilmiah yang disampaikan Prof.H.M. Iim Wasliman,DR.,MPd, MSi dalam Acara Wisuda STKIP Persis tahun Akademik 2007-2008 di Hotel Grand

Pasundan Bandung, dengan tema “Upaya Meningkatkan Proses Pembelajaran yang Efektif dalam Rangka Membangun Mutu Pendidikan” 

II. MEMBANGUN PEMBELAJARAN BERBASIS GAYA BELAJAR SISWA

1. Gaya Belajar Siswa 

Setiap manusia (anak) memiliki gaya belajar yang unik. Setiap manusia memiliki kekuatantersendiri

Gaya belajar anak itu khas, sebagaimana tanda tangan.

Tidak ada gaya belajar yang lebih baik atau lebih buruk dari pada yang lain.

2. Gaya Belajar Orang – Orang Terkenal 

1.  Albert Einstein (ilmuwan): Suka melamun, Guru-gurunya di Jerman mengatakan takakan pernah berhasil jadi apapun. Pertanyaan Einstein dianggap merusak suasana, lebih

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 3/22

baik jika ia tidak datang ke sekolah. Akhirnya ia berusaha, berjuang sehingga menjadiilmuwan terbesar sepanjang sejarah.

2.  Winston Churchill: Lemah dalam belajar, gugup jika berbicara, dan agak gagap dancadel. Namun dengan kegigihannya ternyata menjadi seorang pemimpin dan oratorterbesar abad ini.

3.  Thomas Alva Edison: Sering dihukum di sekolah, dianggap nakal, kalau bertanyadianggap melecehkan guru, dan dikeluarkan dari sekolah. Ibunya mendidik di rumahdengan model pembelajaran yang waktu itu dianggap aneh. “Belajar adalah sesuatu yangmenyenangkan.” Dia membuat permainan untuk mengajar Edison, dia sebut explorasidunia pengetahuan menjadi sesuatu yang mengasyikan. Sang anak mula-mula kaget,namun kemudian menjadi bergairah, selanjutnya dia mulai belajar dengan cepat danibunya tidak perlu mengajarinya lagi. Bahkan dia terus mengeksplorasi, bereksperimendan oto didak.

4.  Pablo Picasso, Apandi (Pelukia besar)5.  William Shakespeare, HAMKA, (penulis, pengarang)6.  Joe Louis, Babe Ruth, Rudi Hartono ( Olah ragawan),

7.  Enrico Caruso, Titik Puspa ( Penyanyi)8.  Anna Pavlopa, Irrawati Durban (Penari)9.  Katherine Hepburn, Deddy Mizwar (Aktris/actor)

dan Jutaan lainnya.

Mereka semua memiliki gaya belajar khas yang tidak sesuai dengan gaya sekolah mereka. Danketidak sesuaian itu terus berlanjut sampai sekarang pada jutaan anak lain. Hal ini sebagaikegagalan sekolah, yang pada umumnya sekolah kita diselenggarakan dengan asumsi setiaporang itu identik.Lebih buruk lagi, semua sekolah kebanyakan diselenggarakan dengan sebuah system evaluasi / ujian yang menghargai hanya sejumlah kecil kemampuan.

Penghargaan pada usia dini sering memisahkan yang dinyatakan berbakat dan cerdas dari merekayang dianggap kurang cerdas dan tidak berprestasi.

Kita menganggap kecerdasan itu konstan sejak lahir. Padahal kecerdasan itu tidak konstan.Kecerdasan memiliki iaramanya masing-masing.

Lebih baik menganut paham: Setiap orang memiliki prestasi berbagai “Kecerdasan” yang disebutkecerdasan bawaan.

3.Kecerdasan Majemuk dan Membelajarkannya

a. Kecerdasan Linguistik

1) Lazim dijumpai pada: Novelis, penyair, penulis, orator,editor, dan jurnalis.

2)Figur terkenal: Winston Churchil, Hamka, St TaqdirAlisyahbana, Aam Amelia.

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 4/22

3) Ciri Yang menonjol:- Teratur – berpegang pada pola- Sistematis – Suka mendengarkan- Suka membaca – Suka menulis- Mengeja dengan mudah – Suka permainan kata

- Punya ingatan yg tajam – Berdebat/ berargumentasi.

4) Cara Mudah Dalam Belajar:- Bercerita – Bermain permainan ingatan (nama-nama)- Baca cerita, lelucon – Tulis cerita, lelucon- Wawancara – Lakukan permainan kosakata- Kerjakan teka- teki – Debat, diskusi- Mengedit, memeriksa naskah- Majalah dinding.

b. Kecerdasan Matematis – logis

1). Lazim dijumpai pada: Ahli matematika, ilmuwan,pengacara, akuntan.

2). Figur terkenal: Habibi, Emil Salim, Adnan BuyungNasution

3). Ciri yang menonjol:- Suka berpikir abstrak – Suka pada ketepatan- Sangat suka berhitung – Suka keadaan teratur- Sangat suka computer – Mencatat secara teratur- Sangat suka memecahkan soal -Suka bereksperimen

4). Cara Mudah Dalam Belajar:- Rangsang dengan pemecahan masalah -Gunakan logika- Lakukan permainan berhitung -Berfikir deduktif - Analisis dan tafsirkan data -Gunakan prediksi- Beri eksperimen praktis – Dorong kekuatan diri-Kesempatan pecahkan soal -Perkenalkan komputer dini

c. Kecerdasan Visual – spasial

1). Lazim dimiliki oleh :Arsitek, pelukis, pemahat,

navigator, pemain catur, ahli fisika

2). Figur terkenal: Pablo Picasso, Apandi, Jehan, BungKarno

3). Ciri yang Menonjol:-Berpikir dengan gambar -Memiliki indra warna yg hebat- Menggunakan metafora – Memiliki indra konfiguratif 

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 5/22

- Suka seni:Menggambar,memahat,Melukis- Mengingat berdasarkan gambar- Mudah membaca peta, grafik,diagram- Kuat dalam membayangkan

4). Cara mudah dalam belajar:- Gunakan gambar untuk belajar – Buat coretan, symbol-Padukan seni dg mt pelajaran lain-Gambar diagram, peta, denah-Gunakan pemetaan pikiran -Lakukan visualisasi-Belajar pakai VCD, film, video -Gunakan mimic-Buat pengelompokan -Tandai dg warna

d. Kecerdasan Musikal

1). Lazim dijumpai pada: Pemain sandiwara, penggubah lagu,

penyanyi, penata musik, penikmat musik, pemain piano,dsb

2). Figur terkenal: Mozart, Bu Kasur, Simanjuntak, BingSlamet

3). Ciri-ciri yang menonjol:- Sensitif terhadap nada, Minat spiritual, Apresiatif seni.4). Cara mudah dalam belajar:-Bermain alat musik, Belajar diiringi musik, Paduan suara,-Menulis musik,Ubah suasana hati dg musik

e. Kecerdasan Kinestetik

1). Lazim dijumpai pada: Penari, actor, atlet, juara OR,Penemu, Ahli bedah2). Figur Terkenal: Michael Jordan, Rudi Hartono, TaufikHidayat3). Ciri-ciri yg menonjol:- Daya kontrol tubuh baik, Respon yg terlatih, sukamenyentuh, suka bermain

4). Cara Mudah dlm belajar:- Gunakan latihan fisik, tarian utk belajar, gerak untukbelajar, Drama, bermain peran, bertepuk, meloncat.

f. Kecerdasan Interpersonal atau kecerdasan sosial

1). Lazim dijumpai pada: Politisi, guru, pemimpin religius,Penasihat

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 6/22

2). Sosok terkenal: Muhammad Surya, Aa Gym, ZaenuddinMZ, Sarpingi

3). Ciri-ciri yg menonjol:- Mahir berhubungan dg orang lain, Nikmat berada di

tengah orang

4). Cara mudah dlm belajar:- Belajar bersama,beri kebebasan berkomunikasi,bekerja dalam tim, berpasangan dlm belajar, ajariorang lain, padukan sosialisasi

g. Kecerdasan Intrapersonal atau kecerdasanIntuitif 

1). Lazim dijumpai pada: Novelis, penasehat, filosof, guru,

mistikus, org tua bijak, pemuka agama

2). Figur terkenal: Plato, Socrates, Bung Hatta, Rendra,Mohammad Syafei, Ki Hajar Dewantoro

3). Ciri yg menonjol:- Sadar diri, sensitif akan nialai diri, memiliki kemampuanintuitif, sadar kekuatan dan kelemahan diri, sukamenyendiri, motivasi diri

4). Cara mudah dalam Belajar:

- Pembicaraan dari hati ke hati, tanya jawab, ajarkanbertanya, beri kebebasan untuk berbeda, beri waktuuntuk refleksi diri,

4. Bagaimana Siswa Menyerap Informasi

a. Hanya 30 % siswa mengingat dari yg mereka dengar selama periode kelas normal.b. Hanya 40 % dari apa yg mereka baca atau lihat, baik berupa teks atau gambarc. Hanya 15 % melalui bantuan taktual, berupa bahan-bahan, kegiatan menulis, danmenggambar..d. Hanya 15 % melalui kegiatan yang bersifat kinestetik, belajar dengan tindakan fisik, dan

terlibat dalam pengalaman nyataPeranan Multimedia dalam Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa

 Artikel ini me-review laporan hasil suatu penelitian yang dilakukan oleh Beacham dkk, (Beacham, N. A., Elliott, A. C.,

 Alty, J. L., Al-Sharrah, A., dalam Media Combinations and Learning Styles: A Dual Coding Approach ,

 Association for the Advancement of Computing in Education (AACE), 2002) , yang tujuannya untuk mengetahui

apakah perpaduan beberapa jenis media akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang

berbasis komputer. Selain itu, penelitian yang dilaporkan ini juga digunakan untuk mengetahui apakah gaya belajar

siswa berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa terhadap perpaduan beberapa jenis media ini. Perpaduan

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 7/22

beberapa jenis media yang dilakukan telah mempertimbangakan dual coding theory, yang menyatakan bahwa

informasi diproses melalui dua channel yang independent, yaitu channel verbal dan visual. Hasil penelitian

mengindikasikan adanya peningkatan pemahaman siswa ketika materi pembelajaran disajikan menggunakan suara

dan diagram. Pemahaman berkurang ketika materi pembelajaran disajikan melalui teks dan diagram. Hasil penelitian

 juga menunjukkan bahwa suara dan diagram dapat meningkatkan pemahaman siswa terlepas dari learning style

yang lebih disukai siswa, dan siswa yang gaya belajarnya intuitive cenderung memiliki tingkat pemahaman lebih baik. Landasan TeoriBerdasarkan berbagai hasil penelitian, diyakini bahwa suatu materi pembelajaran harus didesain

sedemikian rupa sehingga mengakomodasi tipe pembelajar, dan gaya belajar, bukan hanya menunjukkan gaya

mengajar instrukturnya. Salah satu metode yang efektif untuk mencapai hal ini adalah melalui penggunaan berbagai

media yang disesuaikan dengan gaya belajar si pembelajar. Salah satu teori yang menjadi dasar dari pemikiran ini

adalah dual coding theory yang dikemukakan oleh Paivio (1971).

Menurut dual coding theory, informasi diproses melalui dua channel yang independent, yaitu channel verbal seperti

teks dan suara, dan channel visual seperti diagram, animasi, dan gambar. Penelitian lebih lanjut berkaitan dengan

dual coding theory yang dilakukan oleh Paivio, Bagget (1989), dan Kozma (1991) mengindikasikan bahwa dengan

memilih perpaduan media yang sesuai, hasil belajar dari seseorang dapat ditingkatkan. Sebagai contoh, informasiyang menggunakan kata-kata (verbal) dan ilustrasi visual yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah

dipelajari dan dipahami daripada informasi yang menggunakan teks saja, suara saja, perpaduan teks dan suara, atau

ilustrasi saja. Sejumlah penting prinsip dan tips untuk mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis komputer telah

dirumuskan berdasarkan dual coding theory ini. Terlebih lagi, meskipun sudah berumur lebih dari 30 tahun, teori ini

tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan inovasi dalam bidang pendidikan.

Meskipun banyak penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, diperlukan lebih banyak lagi penelitian untuk lebih

meyakinkan pengaruh informasi multimedia dalam belajar siswa unruk berbagai learning style yang berbeda. Banyak 

penelitian yang sudah dilakukan mengenai dual coding theory untuk mempelajari pengaruh informasi multimedia

pada pembelajar visual dan verbal, tetapi masih sedikit yang mempelajari pengaruhnya pada pembelajar tipe lain,

seperti pembelajar bergaya sensorik, intuitif, sequential, global, aktif, dan reflektif.

Penelitian yang dilaporkan dalam artikel ini mencoba mempelajari pengaruh informasi multimedia pada siswa dengan

gaya belajar intuitif dan sensorik, yang kemudian dibandingkan dengan siswa bertipe verbal dan visual. Tujuannya

adalah untuk menjawab pertanyaan:

- Dapatkah perpaduan media yang berbeda meningkatkan pemahaman siswa

- Adakah perbedaan pengaruh perpaduan media ini pada siswa dengan gaya belajar yang berbeda?

Penelitian ini dianggap penting karena hasilnya diharapkan dapat membantu para penulis materi multimedia untuk 

memilih perpaduan media yang tepat disesuaikan dengan semua tipe gaya belajar ketika mendesain pembelajaran

berbasis komputer.

EksperimenDalam penelitian ini, sebanyak 44 siswa (umur 20 – 24 tahun) dibagi ke dalam 3 kelompok secara acak,

masing-masing beranggotakan 13, 14, dan 17 siswa. Kepada tiap kelompok diberikan bahan ajar berbasis komputer

yang memiliki perpaduan media yang berbeda.

Kelompok 1 : bahan ajar yang memadukan teks dan diagram

Kelompok 2 : bahan ajar yang hanya berupa teks

Kelompok 3 : bahan ajar yang memadukan suara dan diagram

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 8/22

 

Bahan ajar dibuat dengan program Macromedia Flash 5 untuk materi pemanfaatan statistik dalam menguji

eksperimen (Null Hypothesis and Significance). Materi ini dipilih karena diyakini banyak siswa yang belum memiliki

pengetahuan awal sebelumnya tentang materi ini, dan kalau pun siswa telah memiliki pengetahuan awal, mereka

tetap menganggap materi ini sulit dipahami. Durasi tiap bahan ajar sama, yaitu 12 menit. Bahan ajar dipresentasikan

melalui laptop ke proyektor.

Sebelum bahan ajar disampaikan, para siswa ditest lebih dulu mengenai pengenalan atau pengetahuan awal mereka

tentang bahan ajar yang akan dipelajari, yaitu tentang null hyphothesis dan significance. Para siswa juga diminta

untuk mengisi learning style inventory berdasarkan pada Model Felder-Silverman, yang akan digunakan untuk 

mengetahui gaya belajar yang mereka miliki. Setelah gaya belajar setiap siswa diketahui, maka diaturlah

pengelompokan para siswa ini ke dalam kelompok-kelompok sedemikian rupa sehingga dalam tiap kelompok 

terdapat berbagai siswa dengan gaya belajar yang berbeda secara proporsional, terutama untuk gaya belajar

sensorik dan intuitif.

Setelah bahan ajar diberikan dalam durasi waktu yang sama, kepada para siswa dalam tiap kelompok diberikan post-

test yang berisi 10 pertanyaan menyangkut materi bahan ajar yang telah disampaikan. Dalam tiap nomor

pertanyaan, ditanyakan juga apakah mereka telah mengetahui jawabannya sebelum mengikuti presentasi bahan

ajar, apakah presentasi bahan ajar membantu mereka menemukan atau me-recall jawabannya, ataukah mereka

belum tahu jawabannya sebelum mengikuti presentasi.

Hasil EksperimenHasil eksperimen ditampilkan melalui diagram batang seperti pada Figure 2. Tampak bahwa

pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang “null hyphothesis” dalam Kelompok 1 (teks dan diagram) sebesar

53.8%, Kelompok 2 (teks saja) sebesar 14.3%, dan Kelompok 3 (suara dan diagram) sebesar 29.4%. Sementara

pengetahuan awal yang dimiliki siswa tentang “significance&rdquo ; dalam Kelompok 1 (teks dan diagram) sebesar

61.5%, Kelompok 2 (teks saja) sebesar 35.7%, dan Kelompok 3 (suara dan diagram) sebesar 35.3%. Secara umum

dapat dikatakan bahwa sebagian besar siswa tidak memiliki pengetahuan awal tentang materi bahan ajar.

Dilihat berdasarkan rata-rata hasil post-test, tampak bahwa Kelompok 3 (suara dan diagram) cenderung memiliki

nilai tertinggi, diikuti oleh Kelompok 2 (teks aja). Siswa-siswa dalam Kelompok 1 (teks dan diagram) cenderung

memiliki nilai yang rendah. Hal yang menarik adalah bahwa sebenarnya Kelompok 1 ini memiliki pengetahuan awal

tentang materi bahan ajar yang lebih tinggi dibandingkan dua kelompok lain, tetapi mereka ternyata memiliki hasil

post-test yang paling rendah.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara nilai

pembelajar sensorik, nilai pembelajar intuitif, dan nilai pembelajar “seimbang” (seimbang antara sensorik dan intuitif,

atau gabungan). Namun demikian, ada kecenderungan bahwa nilai pembelajar sensorik lebih tinggi dibandingkan

nilai pembelajar intuitif. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok pembelajar “seimbang”. Hasil ini mendukung

sejumlah teori belajar yang menyatakan bahwa tidak ada gaya belajar tunggal yang lebih baik satu di antara yang

lain, melainkan bahwa gaya pembelajar “seimbang” akan menunjukkan kinerja yang lebih baik. 

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 9/22

 

Pada Figure 3 ditunjukkan perbedaan nilai di antara gaya belajar untuk perpaduan media yang berbeda. Untuk gaya

belajar tertentu, perbedaan nilainya lebih nyata. Namun demikian, jika pasangan gaya belajar tersebut dibandingkan

(sensorik-intuitif, sequential-global, aktif-reflektif), salah satu di antara keduanya selalu menunjukkan kecenderungan

lebih terpengaruh oleh perubahan media daripada yang lainnya. Padapasangan sensorik-intuitif misalnya, terdapat

perbedaan nilai yang signifikan pada pembelajar intuitif untuk masing-masing perpaduan media, tetapi tidak untuk pembelajar sensorik. Yang menarik, pembelajar intuitif mendapat nilai tertinggi ketika ditunjukkan pada perpaduan

media suara dan diagram, tetapi mendapat nilai terendah ketika ditunjukkan pada perpaduan media teks dan

diagram.

Dua hasil utama yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: pertama , perpaduan media berbeda yang digunakan

untuk menyajikan bahan ajar kepada siswa akan berpengaruh kepada pemahaman siswa. Hasil kedua , para siswa

yang memiliki gaya belajar berbeda menunjukkan kinerja yang berbeda untuk setiap perpaduan media berbeda.

Kedua hasil penelitian ini mendukung beberapa gagasan dalam dual coding theory. Hasil penelitian ini menyatakan

kepada kita bahwa ketika informasi disajikan melalui perpaduan verbal dan visual, kita akan mengingat informasi

tersebut lebih banyak dibandingkan ketika informasi tersebut disajikan melalui teks saja. Namun demikian, hasil

penelitian ini juga menemukan kasus di mana perpaduan verbal dan visual dapat menyebabkan seseorang

mengingat lebih sedikit dibandingkan dengan ketika hanya menggunakan teks, yaitu pada kasus teks dan diagram.

 Alasan untuk kasus ini barangkali adalah karena teks dan diagram dipadukan, sehingga perhatian seseorang akan

terpecah (sesuai dengan cognitive load theory).

Penelitian ini juga menghasilkan penemuan bahwa siswa dengan gaya belajar tertentu memiliki nilai test yang lebih

tinggi dibandingkan siswa lain dengan gaya belajar berbeda dalam masing-masing kelompok (pada perpaduan media

yang sama). Hal ini boleh jadi disebabkan siswa dengan gaya belajar tertentu merasa lebih cocok dengan perpaduan

media tertentu pula, misalnya pembelajar sensorik lebih tertarik dengan model presentasi dibandingkan dengan

pembelajar intuitif. Pembelajar sensorik lebih tertarik kepada informasi yang disajikan dalam presentasi, sementara

pembelajar intuitif lebih tertarik untuk menemukan hubungan antar-elemen informasi. Akibatnya, pembelajar intuitif 

tidak punya waktu yang cukup untuk mengaktifkan jenis processing yang diharapkan. Alasan lain dapat dikemukakan

misalnya, pembelajar sensorik menggunakan strategi surface learning sementara pembelajar intuitif menggunakan

strategi deep learning.

 Aplikasi Praktis Ada beberapa aplikasi praktis yang dapat dilakukan berkaitan dengan hasil yang diperoleh melalui

penelitian ini. Dari hasil bahwa perpaduan suara dan diagram memiliki efektivitas yang tinggi, maka sebaiknya dalam

mengembangkan bahan ajar berbasis komputer, guru dan sekolah memperhatikan aspek ini. Di samping itu, dalam

melaksanakan program pembelajaran di kelas, sebaiknya guru juga mempertimbangan perpaduan media ini. Artinya,

 jangan sampai di dalam kelas seorang guru cenderung hanya menulis di papan tulis saja, berbicara saja, tetapi harus

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 10/22

berupaya memadukan berbagai media, yaitu teks/tulisan, percakapan, gambar dan diagram (misalnya melalui

LCD/Proyektor, komputer, televisi, atau media alam langsung).

1.  Bagi penulis buku, penerbit, dan berbagai lembaga yang bergerak di bidang pendidikan, sebaiknya

mengembangkan bahan ajar atau media yang memadukan berbagai media sebagaimana dalam penelitian ini.

Dalam buku misalnya, sebaiknya sebuah buku tidak hanya merupakan kumpulan teks, tetapi juga harusdipadukan dengan gambar/diagram. Bagaimana memadukan media suara ke dalam buku? Saat ini di luar negeri

sudah banyak beredar buku yang dilengkapi dengan CD-ROM. Oleh karena itu, tidak salah rasanya jika buku-

buku di Indonesia juga dilengkapi dengan perangkat multimedia ini.

2.  Dalam penelitian ini juga diperkuat pendapat bahwa tidak ada suatu gaya belajar yang terbaik. Oleh karena itu,

semua gaya belajar siswa harus bisa diakomodasi dan diperhatikan oleh guru di sekolah, oleh penulis buku

(selama ini penulis buku menulis buku sesuai gayanya sendiri, jarang mempertimbangkan gaya belajar

pembacanya), dan pengembang perangkat multimedia pendidikan lainnya.

KesimpulanHasil penelitian ini tidak saja mendukung dual coding theory, tetapi juga menemukan bahwa

pemahaman siswa akan meningkat ketika bahan ajarnya disajikan dalam perpaduan suara dan diagram. Di samping

itu, pemahaman siswa dengan gaya belajar tertentu juga meningkat dibandingkan dengan siswa dengan gaya belajar

lain untuk perpaduan media yang sama. Jika pemilihan perpaduan media tidak tepat, apapun gaya belajarnya, siswa

tidak akan dapat menunjukkan kinerja yang maksimal. Hasil penemuan ini bermanfaat untuk mendesain bahan ajar

yang berbasis komputer (termasuk internet dan mobile learning environment ).

Gaya belajar siswa

Oktober 30, 2008 oleh RIANA DWI PUSPITAWATI 

Gaya Belajar yang kita miliki 

Masing masing orang mempunyai gaya dan kebiasaan belajar yang berbeda-beda. Bila kita

paham gaya kita, boleh jadi kita lebih pintar dari seharusnya.

Lain ladang, lain ikannya. Lain orang, lain pula gaya belajarnya. Pepatah di atas memang pas

untuk menjelaskan fenomena bahwa tak semua orang punya gaya belajar yang sama. Pun bilamereka bersekolah di sekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama. Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbedatingkatnya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Karenanya, merekaseringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaranyang sama.

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 11/22

Sebagian siswa lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menuliskan segalanya di papantulis. Dengan begitu mereka bisa membaca untuk kemudian mencoba memahaminya. Tapi,sebagian siswa lain lebih suka guru mereka mengajar dengan cara menyampaikannya secaralisan dan mereka mendengarkan untuk bisa memahaminya. Sementara itu, ada siswa yang lebihsuka membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan pertanyaan yang menyangkut pelajaran

tersebut.

Cara lain yang juga kerap disukai banyak siswa adalah model belajar yang menempatkan gurutak ubahnya seorang penceramah. Guru diharapkan bercerita panjang lebar tentang beragam teoridengan segudang ilustrasinya, sementara para siswa mendengarkan sambil menggambarkan isiceramah itu dalam bentuk yang hanya mereka pahami sendiri.

Apa pun cara yang dipilih, perbedaaan gaya belajar itu menunjukkan cara tercepat dan terbaikbagia setiap individu bisa menyerap sebuah informasi dari luar dirinya. Karenanya, jika kita bisamemahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap orang itu, mungkin akan lebih mudah bagikita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu seseorang untuk mendapatkan gaya belajar

yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi dirinya.

Tentu saja, sebelum kita sendiri mengajarkannya pada orang lain, langkah terbaik adalahmengenali gaya belajar kita sendiri. Pertimbangan ini yang seringkali kita lupakan. Dengan katalain, kita sendiri harus merasakan pengalaman mendapatkan gaya belajar yang tepat bagi dirisendiri, sebelum menularkannya pada orang lain. Ada banyak alasan dan keuntungan yang bisakita dapatkan bila kita mampu memahami ragam gaya belajar, termasuk gaya kita sendiri.

Kalangan tua, biasanya menyerap banyak pengetahuan tentang gaya belajar, berdasarkanpengalaman yang telah mereka lewati. Misalnya, mereka pernah bekerja, menjalani latihanmiliter, mendidik dan membimbing anak, dan sebagainya. Rangkaian pengalaman yang mereka

lewati itu, sesungguhnya, adalah bagian dari cara mereka mendapatkan pelajaran berarti yangmungkin bisa kita serap untuk melihat seperti apa sebetulnya gaya belajar yang tepat bagi kita.Apa pun gaya yang akan kita pilih dan ikuti, hal terpenting yang tak boleh dilupakan: lakukanapa yang memang akan bermanfaat bagi Anda!

Ada beberapa tipe gaya belajar yang bisa kita cermati dan mungkin kita ikuti bila memang kitamerasa cocok dengan gaya itu. Pertama, Gaya Belajar Visual (Visual Learners). Gaya belajarseperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu buktinya untuk kemudian bisamempercayainya.

Ada beberapa karakteristik yang khas bagai orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini.

Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untukmengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketigamemiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalamberdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuransecara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

Untuk mengatasi ragam masalah di atas, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan, sehinggabelajar tetap bisa dilakukan dengan memberikan hasil yang menggembirakan. Pertama adalah

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 12/22

menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi atau materi pelajaran.Perangkat grafis itu bisa berupa film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar,catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasisecara berurutan.

Gaya belajar kedua disebut Auditory Learners atau gaya belajar yang mengandalkan padapendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti inibenar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi ataupengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahamiinformasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasihanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasidalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk belajar bila kita termasuk orang yangmemiliki kesulitan-kesulitan belajar seperti di atas. Pertama adalah menggunakan tape perekamsebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau

ceramah pengajar di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali. Pendekatan kedua yangbisa dilakukan adalah dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi.

Sedang pendekatan ketiga adalah dengan mencoba membaca informasi, kemudian diringkasdalam bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami. Langkah terakhiradalah dengan melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.

Gaya belajar lain yang juga unik adalah yang disebut Tactual Learners atau kita harusmenyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Tentu saja,ada beberapa karekteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya.Pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus

mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya tanpa harusmembaca penjelasannya. Karakter ketiga adalah kita termasuk orang yang tidak bisa/tahan dudukterlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Keempat, kita merasa bisa belajar lebih baik biladisertai dengan kegiatan fisik. Karakter terakhir, orang-orang yang memiliki gaya belajar inimemiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim dan kemampuan mengendalikan geraktubuh (athletic ability). 

Untuk orang-orang yang memiliki karakteristik seperti di atas, pendekatan belajar yang mungkinbisa dilakukan adalah belajar berdasarkan atau melalui pengalaman dengan menggunakanberbagai model atau peraga, bekerja di laboratorium atau bermain sambil belajar. Cara lain yang juga bisa digunakan adalah secara tetap membuat jeda di tengah waktu belajar. Tak jarang, orang

yang cenderung memiliki karakter Tactual Learner juga akan lebih mudah menyerap danmemahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk belajar mengucapkannyaatau memahami fakta.

Penggunaan komputer bagi orang-orang yang memiliki karakter Tactual Learner akan sangatmembantu. Karena, dengan komputer ia bisa terlibat aktif dalam melakukan touch, sekaligusmenyerap informasi dalam bentuk gambar dan tulisan. Selain itu, agar belajar menjadi efektif dan berarti, orang-orang dengan karakter di atas disarankan untuk menguji memori ingatan

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 13/22

dengan cara melihat langsung fakta di lapangan. (sumber :  http://www.tempo.co.id/edunet/  ;meiky/berbagai sumber)

KARAKTERISTIK BELAJAR SISWA 

Oleh Agus Priyatmono,S.Pd *)

Seorang guru dituntut memiliki minimal dua kompetensi yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Kompetensi tersebut adalah kompetensi yang bersifat administrasi dan non administrasi. Kompetensi

yang bersifat administrasi digunakan untuk kontrol dalam proses pembelajaran, membantu guru pengganti

dan menambah nilai angka kredit . Sedangkan kompetensi yang bersifat non administrasi sebenarnya yang

lebih penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran dan lebih dominan. Di antaranya

adalah keterampilan mengetahui karakteristik belajar siswa. Memang dalam sistem pembelajaran ada

program remidial dan pengayaan untuk perbaikan dan peningkatan prestasi siswa. Namun program

tersebut tidak akan berjalan lancar bila hanya semata-mata menjalankan program saja tanpa melihat

keheterogenan siswa.

Terkadang guru sering salah paham dengan siswa berkenaan dengan gaya belajar mereka. Seorang guru

terkadang marah bila ada seorang siswa yang kurang memperhatikan pelajaran yang sedang disampaikan.

Atau guru dengan mudahnya memvonis seseorang siswa itu pandai atau “bodoh― . Atau

siswa itu rajin atau “malas― dalam belajarnya. Barangkali itu terjadi karena

ketidaktahuan guru dengan keheterogenan dari karakteristik belajar siswa. Barangkali kita kenal dengan

Albert Einstein, ia dicap oleh gurunya sebagai siswa yang idiot ternyata bersamaan waktu berjalan beliau

tercatat dalam sejarah sebagai seorangan fisikawan terbesar abad 20 .Dalam buku Quantum Learning atau

Quantum Teaching (diterjemahkan oleh Penerbit Kaifa Bandung) dijelaskan tentang karakteristik belajar

seseorang atau gaya belajar seseorang. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa siswa memiliki tiga tipe

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 14/22

belajar atau kombinasi dari ketiganya yaitu tipe visual, tipe auditorial dan kinestetik. Ketiga tipe ini

memiliki ciri khas dan penanganan khusus pula.

Gaya belajar tipe visual adalah gaya belajar yang dominan mengandalkan visual. Ia memiliki ciri seperti :

          Berbicara dengan cepat 

          Pengeja yang baik 

          Teliti terhadap yang detail 

         Pembaca cepat dan tekun, lebih suka membaca

ketimbang dibacakan 

          Mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar 

          Pelupa dalam menyampaikan pesan verbal 

         Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban

singkat 

          Senang terhadap seni daripada musik 

         Sukar atau tidak pandai memilih kata-kata ketika

 berbicara 

         Senang memperhatikan melalui demonstrasi daripada

ceramah. 

          Pembawaannya rapi dan teratur. 

         Suka mengantuk bila mendengarkan penjelasan yang

 panjang lebar 

Penanganan belajarnya adalah dengan dibantu kombinasi peraga visual, gambar atau simbol-simbol.Gaya belajar tipe auditorial adalah gaya belajar yang dominan mengandalkan auditorial atau pendengaran.

Ia memiliki ciri seperti :

         Berbicara dengan diri sendiri ( Jw : gremengan) saat

 bekerja atau belajar 

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 15/22

         Menggerakkan bibir mereka ketika membaca dan

mendengarkan. 

          Pandai dalam menyampaikan pesan verbal 

         Dapat mengulangi dan meniru nada, birama atau warna

suara tertentu ketika bercerita. 

          Memiliki kesulitan ketika menulis tapi pandai

 bercerita dan fasih ketika berbicara 

         Senang berdiskusi, berbicara dan menjelaskan sesuatu

dengan panjang lebar 

         Lebih senang musik dari pada seni yang melibatkan

visual 

Penanganan belajarnya adalah sering diajak diskusi atau menyampaikan sesuatu atau pendapatnya

mengenai pelajaran.

Gaya belajar tipe kinestetik adalah gaya belajar yang dominan praktek atau eksperimen atau yang dapat

diujicoba sendiri. Ia memiliki ciri seperti :

          Berbicaranya dengan perlahan dan cermat 

         Ketika berbicara dengan seseorang biasanya ia

menyentuh atau memegang orang yang diajak berbicara atau tangannya sibuk dengan memainkan sesuatu

umpama pena. 

          Berorientasi pada fisik dan banyak gerak 

          Mengahafal sambil berjalan dan melihat 

          Belajar melalui manipulasi atau praktik 

          Senang berkreasi 

          Banyak menggunakan isyarat tubuh 

          Tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama 

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 16/22

          Kemungkinan besar tulisannya jelek 

         Tertantang dengan suatu aktivitas yang menyibukkan

dan selalu ingin mencoba atau bereksperimen sendiri. 

         Senang dengan aktivitas fisik, olahraga atau kerja

 praktik 

Penanganan belajarnya adalah sering dibantu dengan melibatkan mereka dalam belajar secara

langsung atau praktik. Khusus untuk tipe ini biasanya prestasi mereka di bawah rerata dan kompensasinya

biasanya mereka agak sedikit sebagai “pembuat keributan― tetapi mereka menonjol di

bidang seni/art, olahraga atau ketrampilan.

Dengan mengetahui karakteristik belajar siswa ini guru akan dapat memberikan bekal kepada siswanyauntuk dapat menghadapi perubahan cara atau pola belajar di tiap jenjang pendidikan. Siswa tidak akanmengalami shock study terhadap perubahan pola pembelajaran tersebut. Dan yang jelas dapat menanganikeheterogenan cara belajar siswa.*)Kepala Sekolah Islam Terpadu Al Furqon Palembang; pernah dimuat di majalah pendidikan Dinas

Pendidikan Kota Jogjakarta "TERATAI" no.8 edisi II tahun 2002 dan diedit ulang.

Kecerdasan Berbeda, Gaya Belajar Berbeda,mereka disamakan? 

By tisna16 - Posted on 12 Agustus 2011

Konon di dunia binatang telah berlangsung musyawarah diantara binatang besar dibawahpimpinan raja rimba Singa. Mereka membicarakan rencana untuk mendirikan sekolah bagi parabinatang kecil yang di dalamnya akan diajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari,berenang, dan menggali. Namun dalam musyawarah mereka tidak sepakat tentang subjek manayang paling penting. Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti seluruh mata

pelajaran yang diajarkan. Jadi, setiap murid harus belajar memanjat, terbang, berlari, menggalidan berenang.

Pada saat sekolah dibuka, para binatang kecil dari seluruh pelosok hutan sangat antusias untukbersekolah. Seluruh murid bergairah menikmati segala kebaruan dan keceriaan. Sampai tibalahsuatu hari yang mengubah keadaan sekolah itu.

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 17/22

Satu murid yang bernama kelinci sangat piawai berlari, namun ketika mengikuti kelas berenangdia hampir tenggelam. Dia berusaha untuk belajar berenang, namun selalu gagal, sehinggamengguncang batinnya. Karena sibuk belajar berenang, si Kelincipun tak pernah dapat lagiberlari secepat sebelumnya.

Pada saat yang sama, murid lain yang bernama Elang mengalami kesulitan dalam pelajaranmenggali. Elang yang terkenal pandai terbang, selalu gagal dalam pelajaran menggali, sehinggadia harus mengikuti les pelajaran menggali. Les itu menyita waktu sehingga ia melupakan caraterbang yang sebelumnya sangat ia kuasai.

Setiap hari kesulitan-kesulitan muncul dan melanda para binatang siswa sekolah. Setiap siswasibuk memperbaiki pelajaran yang tidak ia kuasai sehingga mereka tidak punya kesempatan lagiuntuk beprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Hal ini terjadi karena sekolahtidak menghargai sifat alami mereka.

Dongeng di atas dikutip dari pengantar buku Sekolah Para Juara karya Thomas Amstrong

(2000). Thomas Amstrong adalah pakar dan praktisi Kecerdasan Majemuk (MultipleIntellegencesi) yang ditemukan oleh Howard Gardner. Amstrong mengilustrasikan kemajemukanpotensi setiap orang seperti kecerdasan alami yang dimiliki para binatang.

Menurut Gardner setiap orang berbeda karena memiliki kombinasi kecedasan yang berlainan(1987). Lebih lanjut Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orangyang memang ahli di dalam kemampuan logis-matematis dan bahasa. Apresiasi sekolahdiberikan kepada mereka yang memiliki kombinasi kemampuan itu dengan memberi label:murid pandai, bintang pelajar, juara kelas dan ranking tinggi pada setiap pembagian buku raport.Sementara untuk orang-orang yang memiliki talenta (gift) di dalam kecerdasan yang lainnyaseperti artis, arsitek, musikus, ahli alam, designer, penari, terapis, entrepreneurs, dan lain-lain

kurang mendapat perhatian. Jarang sekali sekolah yang memberikan penghargaan pada siswayang memiliki kemampuan misalnya olah raga, kepemimpinan, pelukis dan lain-lain. Saat inibanyak anak-anak yang memiliki talenta (gift), tidak mendapatkan reinforcement di sekolahnya.Banyak sekali anak yang pada kenyataannya dianggap sebagai anak yang “Learning Disabled”atau ADD (Attention Deficit Disorder), atau Underachiever, pada saat pola pemikiran merekayang unik tidak dapat diakomodasi oleh sekolah. Pihak sekolah hanya menekankan padakemampuan logis-matematis dan bahasa.

Gardner (1983) mengenalkan Teori Multiple Intelligences yang menyatakan bahwa kecerdasanmeliputi delapan kemampuan intelektual. Teori tersebut didasarkan pada pemikiran bahwakemampuan intelektual yang diukur melalui tes IQ sangatlah terbatas karena tes IQ hanya

menekan pada kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Padahal setiap orang mempunyaicara yang unik untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Kecerdasan bukan hanyadilihat dari nilai yang diperoleh seseorang. Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimilikioleh seseorang untuk melihat suatu masalah, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuatsesuatu yang dapat berguna bagi orang lain.

Ada beberapa macam kecerdasan yang diungkapkan oleh Gardner (1983)

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 18/22

yaitu:

Linguistic Intelligence (Word Smart)

Pandai berbicara, gemar bercerita, dengan tekun mendengarkan cerita atau

membaca merupakan tanda anak yang memiliki kecerdasan linguistik yang menonjol.Kecerdasan ini menuntut kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berartiberkaitan dengan proses berpikirnya.

Logical – Mathematical Intelligence (Number / Reasoning Smart)

Anak-anak dengan kecerdasan logical – mathematical yang tinggi memperlihatkan minat yangbesar terhadap kegiatan eksplorasi. Mereka sering bertanya tentang berbagai fenomena yangdilihatnya. Mereka menuntut penjelasan logis dari setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga sukamengklasifikasikan benda dan senang berhitung.

Visual – Spatial Intelligence (Picture Smart)

Anak-anak dengan kecerdasan visual – spatial yang tinggi cenderung berpikir

secara visual. Mereka kaya dengan khayalan internal (internal imagery), sehingga cenderungimaginatif dan kreatif.

Bodily – Kinesthetic Intelligence (Body Smart)

Anak-anak dengan kecerdasan bodily – kinesthetic di atas rata-rata, senang

bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan,dan keanggunan dalam bergerak. Mereka mengeksplorasi dunia dengan otot-ototnya.

Musical Intelligence (Music Smart)

Anak dengan kecerdasan musical yang menonjol mudah mengenali dan

mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentranformasikan kata-kata menjadi lagu, dan menciptakanberbagai permainan musik. Mereka pintar melantunkan beat lagu dengan baik dan benar. Merekapandai menggunakan kosakata musical, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna

suara dalam sebuah komposisi musik.

Interpersonal Intelligence (People Smart)

Anak dengan kecerdasan interpersonal yang menonjol memiliki interaksi yang

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 19/22

baik dengan orang lain, pintar menjalin hubungan sosial, serta mampu mengetahui danmenggunakan beragam cara saat berinteraksi. Mereka juga mampu merasakan perasaan, pikiran,tingkah laku dan harapan orang lain, serta mampu bekerja sama denganm orang lain.

Intra personal Intelligence (Self Smart)

Anak dengan kecerdasan intra personal yang menonjol memiliki kepekaan

perasaan dalam situasi yang tengah berlangsung, memahami diri sendiri, dan mampumengendalikan diri dalam situasi konflik. Ia juga mengetahui apa yang dapat dilakukan dan apayang tidak dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Mereka mengetahui kepada siapa harusmeminta bantuan saat memerlukan.

Naturalist Intelligence (Nature Smart)

Anak-anak dengan kecerdasan naturalist yang menonjol memiliki ketertarikan

yang besar terhadap alam sekitar, termasuk pada binatang, di usia yang sangat dini. Merekamenikmati benda-benda dan cerita yang berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinyaawan dan hujan, asal usul binatang, pertumbuhan tanaman, dan tata surya.

Tahun 1999 Gardner menemukan jenis kecerdasan baru, kecerdasan kesembilan dalam teorinya,yang ia namakan Existence Intelligence Anak yang memiliki kecerdasan ini memiliki ciri-ciriyaitu cenderung bersikapmempertanyakan segala sesuatu mengenai keberadaan manusia,artikehidupan, mengapa manusia mengalami kematian, dan realitas yangdihadapinya.

Temuan Gardner menuntut semua orang untuk mengevaluasi kembali ”Paradigma Pendidikan”

yang diyakininya selama ini, khususnya dalam memandang kecerdasan seorang siswa dan prosespembelajaran yang harus dilakukan. Kita tidak dapat lagi memandang kecerdasan seseoranghanya dari satu atau dua jenis kecerdasan dan menafikan kecerdasan yang lain. Kita tidak dapatlagi mengklasifikasikan seorang siswa sebagai siswa cerdas dan siswa bodoh. Menurut ReneeFuller dalam Gordon Dryden (2000) jika kita ngotot ingin melihat kecerdasan dengan kacamatafilter tunggal, banyak kecerdasan akan terselubung sama sekali. Setiap anak secara potensialpasti berbakat tetapi ia mewujudkan dengan cara yang berbeda-beda.

Selain kecerdasan, setiap orangpun mempunyai gaya belajar, bekerja dan karakter yang unik.Pakar psikiatri Carl Jung pada tahun 1921 telah memetakan tipe orang berdasarkan carapandangnya. Dia mengklasifikasikan menjadi empat tipe: perasa (feeler), pemikir (thinker),

pelakon (sensor), dan yang mengandalkan intuisi (intuitor). (Dryden: 2000). Sementara LloydGeering mengklasifikasikannya menjadi: Pemikir ekstrovert, Pemikir introvert, Perasaekstrovert, Perasa introvert, Pelakon ekstrovert, Pelakon Introvert, Intuitif ekstrovert, dan Intuitif introvert. (Dryden: 2000).

Prof. Ken dan Rita Dunn dari Univ. St. Johns, New York dalam penelitiannya tentang bagaimanaseseorang menyerap informasi menyimpulkan tiga gaya belajar yaitu: Visual, Auditorial danKinestetik. Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ke ketiga gaya visual, auditorial, dan

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 20/22

kinestetik, hampir semua orang cenderung pada salah satu gaya belajar (Bandler dan Grindler,1981) yang berperan sebagai saringan untuk pembelajaran, pemrosesan, dan komunikasi.

Gaya visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Seseorang dengan gayavisual memiliki ciri sebagai berikut :

  Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan  Mengingat dengangambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan  Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa

yang dilihat.

Gaya Auditorial mengakses segala jenis bunyi dan kata diciptakan dan diingat. Ciri-ciri yangbergaya auditorial adalah:

  Perhatiannya mudah terpecah  Berbicara dengan pola berirama

  Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakan bibir/bersuara saat membaca  Berdialog secara internal dan eksternal

Gaya kinestetik mengakses segala jenis gerak dan emosi-diciptakan maupun diingat. Seseorangyang bergaya kinestetik mempunyai ciri-ciri:

  Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak  Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik  Mengingat sambil berjalan dan melihat.

(Booby dePorter, 1999)

Menurut penelitian Dunn pelajar jenis kinestetis paling mengalami kesulitan di sekolah-sekolahtradisional. Sebagian besar mereka mengalami kegagalan dalam belajar karena sekolah-sekolahtradisional tidak mengakomodasi gaya belajar mereka. Sekolah tradisional pada umumnyamelaksanakan proses pembelajaran secara visual dan auditorial, sementara pelajar kinestetikmembutuhkan gerak, menyentuh, atau bertindak sehingga mereka merasa tidak terlibat,ditinggalkan dan bosan. Mereka tidak tahan duduk berjam-jam hanya untuk mendengarkan.Sebagian besar gurupun tidak memahami gaya alami mereka, sehingga mereka sering dicapsiswa nakal, bermasalah, kesulitan belajar. Di dalam kelas mereka sering mendapat teguran dankena marah guru karena dianggap tidak mau memperhatikan. Ketika mereka berusaha untukmengikuti pelajaran dengan mencatat setiap kalimat yang diucapkan guru saat menjelaskan,

mereka sering kena tegur karena dianggap tidak memperhatikan. Sebagian besar gurumenginginkan siswanya duduk manis menyimak yang dia katakan saat menjelaskan.

Fenomena saat ini banyak sekolah yang memanfaatkan LKS (lebih tepat kumpulan soal, karenasebagian besar tidak memenuhi syarat sebagai LKS), sangat menguntungkan siswa-siswa dengangaya visual tetapi siswa-siswa gaya auditorial sangat tersiksa, sulit mengikuti pelajaran. Karenaalasan itulah saya terpaksa memindahkan anak saya yang duduk di kelas II SD negeri menjaditurun kembali ke kelas I, ke Sekolah Alam Tangerang, sebuah sekolah yang mengakomodasi

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 21/22

semua gaya belajar. Anak saya gaya belajar dominannya Auditorial, namun di sekolahnya setiaphari hanya mengerjakan LKS sehingga dia tertekan dan kalau dibiarkan bisa mengalamiShutdown Learning (kebuntuan belajar), dan ini sangat fatal untuk masa depan belajrnya.

Menurut Dryden ketidak sesuaian gaya sekolah dalam proses pembelajaran dengan gaya belajar

siswanya telah menyebabkan kegagalan pada banyak anak dan menjadi penyebab terbesarkegagalan sekolah. Cara pandang sekolah yang mengasumsikan bahwa setiap siswa mempunyaigaya belajar yang sama dan mengklasifikasikan siswa sebagai siswa pintar dan siswa bodoh telahmengingkari fitrah kemanusiaan yang sesungguhnya dan menjerumuskansebagian siswa padakegagalan. Oleh karena itu merupakan kewajiban sekolah, guru dan orangtua untuk menemukangaya belajar siswanya, menemukan jenis-jenis kecerdasannya dan mengakomodasi keragamantersebut dalam proses pembelajaran serta mendorong seluruh kemampuan potensial mereka.

Kebijakan pemerintah dengan memberlakukan kurikulum satuan pendidikan (KTSP),sebelumnyanya Kurikulim Berbasis Kompetensi (KBK), merupakan suatu kesadaran daripemerintah akan keragaman siswa. Secara konsep dalam KTSP keunikan gaya belajar setiap

siswa dan keragaman kecerdasan sangat memungkinkan untuk diakomodasi. Namun pada tataranimplementasi sangat sulit untuk diimplementasikan karena terdapat hambatan-hambatan baikstruktural maupun kultural. Hambatan struktural tingkat pusat adalah masih dipertahankannyakebijakan UN dalam KTSP dan di daerah masih banyak yang melaksanakan Ulangan UmumBersama. Untuk menerapkan Kecerdasan Majemuk dibutuhkan sistem evaluasi belajar tersendiriyang sesuai dengan kecerdasan alami siswa, bukan seperti Uan dan Ulangan Umum Bersama.Hambatan kultural muncul dari sikap guru dan sekolah yang malas untuk berubah dan stagnan,alergi dengan pembaharuan serta malas berinovasi. Sementara untuk melayani gaya belajar yangberbeda dan mengoptimalkan kecerdasan setiap siswa dibutuhkan metoda pembelajaran yangberbeda dari metoda pembelajaran yang banyak digunakan saat ini. Dibutuhkan inovasi-inovasidalam metoda dan strategi pembelajaran sehingga seluruh keunikan siswa terlayani. Ini

membutuhkan kerja keras dan keikhlasan!Contoh kasus adalah bagaimana seorang Hellen Keller yang cacat buta dan bisu dapat menjadiseorang yang hebat, sesuatu yang tidak mungkin kalau belajar hanya mengandalkan satukecerdasan saja.

Daftar Pustaka:

1.  Thomas Amstrong, Sekolah Para Juara, Kaifa: 2000.2.  Gordon Dryden & Jeannette Bvos, Revolusi Cara Belajar , Kaifa: 19993.  Linda Campbell dkk., Pembelajaran Berbasis Multi Intelegensi., Intuisi Press: 2004

4.  Bobbi DePorter dkk., Quantum Teaching., Kaifa: 1999

5/16/2018 Gaya Mengajar - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/gaya-mengajar-55ab541271477 22/22