Upload
nursewanjr
View
515
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
FRASA
Merupakan kelompok kata yang tidak mengadung predikat
dan belum membentuk klausa atau kalimat serta mengandung
kesatuan makna yang jelas.
Unsur frasa tidak terbatas pada dua atau tiga kata, tetapi
dapat beberapa kata asalkan gabungan kata itu tidak membentuk
predikat.
Ciri frasa
1. konstruksinya tidak mempunyai predikat
2. proses pemaknaannya berbeda dengan idom
3. susunan katanya berpola tetap
1. Konstruksinya tidak mempunyai predikat
Misal
1. bahasa Indonesia
2. di balik awan putih bersih
3. air mineral dari pegunungan
4. dua minggu yang lalu
5. sejumlah persoalan yang pelik
Gabungan kata yang sudah membentuk predikat dan tidak
dapat dikatakan frasa misal
1. belajar bahasa Indonesia
2. menghilang di balik awan
3. meminum air mineral
4. datang berkunjung dua minggu yang lalu
5. membawa sejumlah persoalan yang pelik
2. Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom
Frasa berbeda dengan idiom walaupun keduanya berupa
gabungan kata. Idiom dapat terdiri dari dua kata atau lebih yang
membentuk makna baru, dan makna itu sudah sudah bergeser jauh
dengan makna sebenarnya. Frasa cakupan maknanya masih
disekitar makna sebenarnya atau inti maknanya tetap.
Contoh idiom
1. tipis kuping = tak tahan sindiran
2. gulung tikar = bangkrut
3. main api = menyerempet bahaya
Contoh frasa
1. haus kekuasaan = haus akan kekuasaan
2. siap tempur = siap untuk bertempur
3. jumpa pers = berjumpa dengan pers
3. Susunan katanya berpola tetap
Susunan kata dalam frasa bersifat tetap, tegar, tidak
tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik. Kalau posisinya brpindah,
kelompok kata itu berpindah secara utuh.
Misal
1. Hari ini akan diadakan jumpa pers.
2. Jumpa pers akan diadakan hari ini.
Berbeda dengan idiom yang penulisannya masih bisa
dibalik tanpa mengubah maknanya.
Misal
1. tipis kuping kuping tipis
2. besar kepala kepala besar
3. panjang tangan tangan panjang
Bandingkan dengan frasa bila susunan katanya
dipertukarkan.
Misal
1. haus kekuasaan kekuasaan haus
2. siap tempur tempur siap
3. temu wicara wicara temu
Frasa dapat dikelompokkan atas lima macam
1. frasa verbal (artinya sama dengan kata kerja)
a. mengetik dengan sepuluh jari (intinya: mengetik)
b. asyik belajar (intinya: belajar)
c. tidak harus pergi (intinya: pergi)
d. sedang berpikir keras (intinya: berpikir)
e. sudah melarikan diri (intinya: melarikan)
2. frasa adjectival (artinya sama dengan kata sifat)
a. sudah tidak layak
b. sama sekali tidak sombong
c. makin lama makin panas
d. malu sekali
e. lebih dari cukup
3. frasa adverbial (artinya sama dengan kata keterangan)
a. pada zaman jepang
b. dengan kereta api cepat
c. karena cinta yang membara
d. untuk mencerdaskan bangsa
e. sebelum azan subuh
4. frasa nominal (artinya sama dengan kata benda)
a. anak cucu
b. penyakit yang sangat berbahaya
c. formulir pendaftaran calon mahasiswa baru
d. manajer pemasaran yang terampil
e. lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran
5. frasa partikel (artinya sama dengan kata depan)
a. selain dari
b. sampai dengan
c. di belakang
d. dari samping
e. oleh karena
Makna setiap frasa ditentukan oleh intinya.
KLAUSA Klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi
kalimat.
1. Klausa Kalimat Majemuk Setara
Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif) setiap klausa
mempunyai kedudukan yang sama. Kalimat majemuk
koordinatif ini dibangun dengan dua klausa atau lebih yang
tidak saling menerangkan.
Misal
a. Rima pergi ke kampus atau ke rumah temannya.
Klausa pertama Rima pergi ke kampus.
Klausa kedua Rima ke rumah temannya.
b. Rima membaca Kompas sedangkan adiknya menonton
televisi.
Klausa pertama Rima membaca Kompas.
Klausa kedua adiknya menonton televisi.
2. Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat (subordinat) dibangun dengan
klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya.
Misal
a. Tetanggaku pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja
di Bank Indonesia.
Tetanggaku pindah ke Jakarta sebagai klausa utama
(lazimnya disebut induk kalimat)
setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia sebagai
klausa sematan (lazimnya disebut anak kalimat)
b. Mereka mengolah kekayaan alam secara kreatif karena
itu sangat makmur. (klausa utama + klausa sematan)
3. Klausa Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan Bertingkat
Klausa ini digabung dari kalimat majemuk setara dan kalimat
majemuk bertingkat (kalimat subordinat-koordinat) terdiri
atas tiga klausa atau lebih.
a. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan
ibunya kawin lagi.
dia pindah ke Jakarta (klausa utama)
setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)
ibunya kawin lagi (klausa sematan)
MAKNA DAN PERUBAHANNYA
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek
atau sesuatu hal yang diacunya. Makna tersebut dibagai atas dua,
yaitu
1. Makna leksikal (makna denotasi)
Makna lugas yang tidak mempunyai kaitan dengan kata
lain. Makna ini sering juga disebut dengan makna yang
tertera dalam kamus
Misal
Belah dpat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah
menjadi dua, (3) sisi, (4) setengah, dst..
2. Makna gramatikal / struktural (makna konotasi)
Makna yang timbul akibat pergesaran dari makna leksikal
ke gramatikal. Makna yang timbul akan bergantung
kepada struktur tertentu
Misal
hitam (makna leksikal ‘warna yang gelap’) makna
gramatikalnya dapat menjadi ‘penuh kegetiran’
a. Dia hampir terjerumus ke lembah hitam
(daerah/tempat mesum)
b. kuhitamkan negeri ini (kutunggalkan untuk
selamanya)
c. dia tidak ingin membicarakan masa lalunya yang
hitam
PERTALIAN MAKNA KATA Dalam kaitannya dengan makna ada beberapa makna yang
mempunyai pertalian makna
1. Sinonim
Kata yang mempunyai persamaan makna.
Misal; muda, nasib = takdir, sunyi = senyap
Pemirsa = pirsawan = penonton
2. Antonim
Kata yang mempunyai perlawanan makna.
Misal; atas dan bawah, menjual dan membeli
3. Homonim
Kata yang mempunyai persamaan bunyi, persamaan
tulisan tetapi mempunyai makna yang berbeda.
Misal ; bandar = pelabuhan
= parit
= pemegang uang dalam perjudian
4. Homofon
Kata yang mepunyai persamaan bunyi, tetapi penulisan
dan maknanya berbeda.
Misal ; sangsi dan sanksi ( ragu dan hukuman)
5. Homograf
Kata yang mempunyai persamaan tulisan, tetapi membaca
dan maknanya berbeda.
Misal ; Ia makan apel (buah) sesudah apel (upacara) di
lapangan
6. Polisemi
Kata yang mempunyai makna yang beragam sesuai
dengan konteks katanya.
Misal; kaki
kaki tangan
kaki bukit
kaki meja
catatan kaki
7. Hipernim
Kata yang mempunyai cakupan makna yang lebih
luasatau lebih umum.
Misal ; bunga, warna
8. Hiponim
Kata yang mempunyai cakupan yang lebih khusus atau
lebih sempit.
Misal ; anyelir, melati, mawar, anggrek
Merah, kuning, hitam, biru, putih
PERGESERAN MAKNA / PERUBAHAN MAKNA 1. Makna Meluas
Perubahan makna kata yang cakupan makna sekarang lebih
luas dari makna sebelumnya.
Misal ; putri, dahulu dipakai untuk anak raja-raja
sekarang dipakai untuk menyebut semua anak
permpuan.
2. Makna menyempit
Perubahan makna kata yang cakupan makna sekarang lebih
sempit dari makna sebulumnya.
Misal ; sarjana, dahulu dipakai untuk kaum cerdik pandai
sekarang hanya untuk gelar akademis.
3. Ameliorasi
Perubahan makna kata yang mengakibatkan makna sekarang
lebih tinggi nilai rasanya dari makna sebelumnya.
Misal ; istri lebih tinggi/halus dari bini
4. Peyorasi
Perubahan makna kata yang cakupan makna sekarang lebih
rendah atau lebih kasardari makna sebelumnya.
Misal ; gerombolan dahulu maknanya halus, sekarang
bermakna pada bentuk negatif
5. Sinestesia
Perubahan makna yang terjadi karena pertukaran dua alat
indra yang berlainan.
Misal; Kopi ini manis (indra pengecap)
Wajahnya manis untuk dilihat. (indra penglihatan)
6. Asosiasi
Perubahan makna kata karena persasmaan sifat.
Misal ; Belikan saya amplop (pembungkus surat)
Berikan saja amplop ini biar urusan cepat selesai
(sogokan)