6
FRASA Merupakan kelompok kata yang tidak mengadung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat serta mengandung kesatuan makna yang jelas. Unsur frasa tidak terbatas pada dua atau tiga kata, tetapi dapat beberapa kata asalkan gabungan kata itu tidak membentuk predikat. Ciri frasa 1. konstruksinya tidak mempunyai predikat 2. proses pemaknaannya berbeda dengan idom 3. susunan katanya berpola tetap 1. Konstruksinya tidak mempunyai predikat Misal 1. bahasa Indonesia 2. di balik awan putih bersih 3. air mineral dari pegunungan 4. dua minggu yang lalu 5. sejumlah persoalan yang pelik Gabungan kata yang sudah membentuk predikat dan tidak dapat dikatakan frasa misal 1. belajar bahasa Indonesia 2. menghilang di balik awan 3. meminum air mineral 4. datang berkunjung dua minggu yang lalu 5. membawa sejumlah persoalan yang pelik 2. Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom Frasa berbeda dengan idiom walaupun keduanya berupa gabungan kata. Idiom dapat terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk makna baru, dan makna itu sudah sudah bergeser jauh dengan makna sebenarnya. Frasa cakupan maknanya masih disekitar makna sebenarnya atau inti maknanya tetap. Contoh idiom 1. tipis kuping = tak tahan sindiran 2. gulung tikar = bangkrut 3. main api = menyerempet bahaya Contoh frasa 1. haus kekuasaan = haus akan kekuasaan 2. siap tempur = siap untuk bertempur 3. jumpa pers = berjumpa dengan pers

FRASA

Embed Size (px)

Citation preview

FRASA

Merupakan kelompok kata yang tidak mengadung predikat

dan belum membentuk klausa atau kalimat serta mengandung

kesatuan makna yang jelas.

Unsur frasa tidak terbatas pada dua atau tiga kata, tetapi

dapat beberapa kata asalkan gabungan kata itu tidak membentuk

predikat.

Ciri frasa

1. konstruksinya tidak mempunyai predikat

2. proses pemaknaannya berbeda dengan idom

3. susunan katanya berpola tetap

1. Konstruksinya tidak mempunyai predikat

Misal

1. bahasa Indonesia

2. di balik awan putih bersih

3. air mineral dari pegunungan

4. dua minggu yang lalu

5. sejumlah persoalan yang pelik

Gabungan kata yang sudah membentuk predikat dan tidak

dapat dikatakan frasa misal

1. belajar bahasa Indonesia

2. menghilang di balik awan

3. meminum air mineral

4. datang berkunjung dua minggu yang lalu

5. membawa sejumlah persoalan yang pelik

2. Proses pemaknaannya berbeda dengan idiom

Frasa berbeda dengan idiom walaupun keduanya berupa

gabungan kata. Idiom dapat terdiri dari dua kata atau lebih yang

membentuk makna baru, dan makna itu sudah sudah bergeser jauh

dengan makna sebenarnya. Frasa cakupan maknanya masih

disekitar makna sebenarnya atau inti maknanya tetap.

Contoh idiom

1. tipis kuping = tak tahan sindiran

2. gulung tikar = bangkrut

3. main api = menyerempet bahaya

Contoh frasa

1. haus kekuasaan = haus akan kekuasaan

2. siap tempur = siap untuk bertempur

3. jumpa pers = berjumpa dengan pers

3. Susunan katanya berpola tetap

Susunan kata dalam frasa bersifat tetap, tegar, tidak

tergoyahkan, dan tidak boleh dibalik. Kalau posisinya brpindah,

kelompok kata itu berpindah secara utuh.

Misal

1. Hari ini akan diadakan jumpa pers.

2. Jumpa pers akan diadakan hari ini.

Berbeda dengan idiom yang penulisannya masih bisa

dibalik tanpa mengubah maknanya.

Misal

1. tipis kuping kuping tipis

2. besar kepala kepala besar

3. panjang tangan tangan panjang

Bandingkan dengan frasa bila susunan katanya

dipertukarkan.

Misal

1. haus kekuasaan kekuasaan haus

2. siap tempur tempur siap

3. temu wicara wicara temu

Frasa dapat dikelompokkan atas lima macam

1. frasa verbal (artinya sama dengan kata kerja)

a. mengetik dengan sepuluh jari (intinya: mengetik)

b. asyik belajar (intinya: belajar)

c. tidak harus pergi (intinya: pergi)

d. sedang berpikir keras (intinya: berpikir)

e. sudah melarikan diri (intinya: melarikan)

2. frasa adjectival (artinya sama dengan kata sifat)

a. sudah tidak layak

b. sama sekali tidak sombong

c. makin lama makin panas

d. malu sekali

e. lebih dari cukup

3. frasa adverbial (artinya sama dengan kata keterangan)

a. pada zaman jepang

b. dengan kereta api cepat

c. karena cinta yang membara

d. untuk mencerdaskan bangsa

e. sebelum azan subuh

4. frasa nominal (artinya sama dengan kata benda)

a. anak cucu

b. penyakit yang sangat berbahaya

c. formulir pendaftaran calon mahasiswa baru

d. manajer pemasaran yang terampil

e. lima lembar kuitansi tanda bukti pembayaran

5. frasa partikel (artinya sama dengan kata depan)

a. selain dari

b. sampai dengan

c. di belakang

d. dari samping

e. oleh karena

Makna setiap frasa ditentukan oleh intinya.

KLAUSA Klausa adalah kelompok kata yang berpotensi menjadi

kalimat.

1. Klausa Kalimat Majemuk Setara

Dalam kalimat majemuk setara (koordinatif) setiap klausa

mempunyai kedudukan yang sama. Kalimat majemuk

koordinatif ini dibangun dengan dua klausa atau lebih yang

tidak saling menerangkan.

Misal

a. Rima pergi ke kampus atau ke rumah temannya.

Klausa pertama Rima pergi ke kampus.

Klausa kedua Rima ke rumah temannya.

b. Rima membaca Kompas sedangkan adiknya menonton

televisi.

Klausa pertama Rima membaca Kompas.

Klausa kedua adiknya menonton televisi.

2. Klausa Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat (subordinat) dibangun dengan

klausa yang berfungsi menerangkan klausa lainnya.

Misal

a. Tetanggaku pindah ke Jakarta setelah suaminya bekerja

di Bank Indonesia.

Tetanggaku pindah ke Jakarta sebagai klausa utama

(lazimnya disebut induk kalimat)

setelah suaminya bekerja di Bank Indonesia sebagai

klausa sematan (lazimnya disebut anak kalimat)

b. Mereka mengolah kekayaan alam secara kreatif karena

itu sangat makmur. (klausa utama + klausa sematan)

3. Klausa Kalimat Majemuk Gabungan Setara dan Bertingkat

Klausa ini digabung dari kalimat majemuk setara dan kalimat

majemuk bertingkat (kalimat subordinat-koordinat) terdiri

atas tiga klausa atau lebih.

a. Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan

ibunya kawin lagi.

dia pindah ke Jakarta (klausa utama)

setelah ayahnya meninggal (klausa sematan)

ibunya kawin lagi (klausa sematan)

MAKNA DAN PERUBAHANNYA

Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek

atau sesuatu hal yang diacunya. Makna tersebut dibagai atas dua,

yaitu

1. Makna leksikal (makna denotasi)

Makna lugas yang tidak mempunyai kaitan dengan kata

lain. Makna ini sering juga disebut dengan makna yang

tertera dalam kamus

Misal

Belah dpat mempunyai makna (1) celah, (2) pecah

menjadi dua, (3) sisi, (4) setengah, dst..

2. Makna gramatikal / struktural (makna konotasi)

Makna yang timbul akibat pergesaran dari makna leksikal

ke gramatikal. Makna yang timbul akan bergantung

kepada struktur tertentu

Misal

hitam (makna leksikal ‘warna yang gelap’) makna

gramatikalnya dapat menjadi ‘penuh kegetiran’

a. Dia hampir terjerumus ke lembah hitam

(daerah/tempat mesum)

b. kuhitamkan negeri ini (kutunggalkan untuk

selamanya)

c. dia tidak ingin membicarakan masa lalunya yang

hitam

PERTALIAN MAKNA KATA Dalam kaitannya dengan makna ada beberapa makna yang

mempunyai pertalian makna

1. Sinonim

Kata yang mempunyai persamaan makna.

Misal; muda, nasib = takdir, sunyi = senyap

Pemirsa = pirsawan = penonton

2. Antonim

Kata yang mempunyai perlawanan makna.

Misal; atas dan bawah, menjual dan membeli

3. Homonim

Kata yang mempunyai persamaan bunyi, persamaan

tulisan tetapi mempunyai makna yang berbeda.

Misal ; bandar = pelabuhan

= parit

= pemegang uang dalam perjudian

4. Homofon

Kata yang mepunyai persamaan bunyi, tetapi penulisan

dan maknanya berbeda.

Misal ; sangsi dan sanksi ( ragu dan hukuman)

5. Homograf

Kata yang mempunyai persamaan tulisan, tetapi membaca

dan maknanya berbeda.

Misal ; Ia makan apel (buah) sesudah apel (upacara) di

lapangan

6. Polisemi

Kata yang mempunyai makna yang beragam sesuai

dengan konteks katanya.

Misal; kaki

kaki tangan

kaki bukit

kaki meja

catatan kaki

7. Hipernim

Kata yang mempunyai cakupan makna yang lebih

luasatau lebih umum.

Misal ; bunga, warna

8. Hiponim

Kata yang mempunyai cakupan yang lebih khusus atau

lebih sempit.

Misal ; anyelir, melati, mawar, anggrek

Merah, kuning, hitam, biru, putih

PERGESERAN MAKNA / PERUBAHAN MAKNA 1. Makna Meluas

Perubahan makna kata yang cakupan makna sekarang lebih

luas dari makna sebelumnya.

Misal ; putri, dahulu dipakai untuk anak raja-raja

sekarang dipakai untuk menyebut semua anak

permpuan.

2. Makna menyempit

Perubahan makna kata yang cakupan makna sekarang lebih

sempit dari makna sebulumnya.

Misal ; sarjana, dahulu dipakai untuk kaum cerdik pandai

sekarang hanya untuk gelar akademis.

3. Ameliorasi

Perubahan makna kata yang mengakibatkan makna sekarang

lebih tinggi nilai rasanya dari makna sebelumnya.

Misal ; istri lebih tinggi/halus dari bini

4. Peyorasi

Perubahan makna kata yang cakupan makna sekarang lebih

rendah atau lebih kasardari makna sebelumnya.

Misal ; gerombolan dahulu maknanya halus, sekarang

bermakna pada bentuk negatif

5. Sinestesia

Perubahan makna yang terjadi karena pertukaran dua alat

indra yang berlainan.

Misal; Kopi ini manis (indra pengecap)

Wajahnya manis untuk dilihat. (indra penglihatan)

6. Asosiasi

Perubahan makna kata karena persasmaan sifat.

Misal ; Belikan saya amplop (pembungkus surat)

Berikan saja amplop ini biar urusan cepat selesai

(sogokan)