Upload
dorgistra
View
1.352
Download
24
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH PENDAHULUAN FISIKA ZAT PADAT
PERROMAGNETIK DAN ANTI-PERROMAGNETIK
Disusun Oleh:
KELOMPOK II
Saut Dohot Siregar (071244210034)
Dion Putra Padang(071244210034)
Devi Riani Sihombing (071244210034)
Herbina Silaban (071244210034)
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
UNIMED
2011
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu. Makalah ini dikembangkan dari berbagai sumber yang
merupakan bagian dari topik atau materi perkuliahan Pendahuluan Fisika Zat
Padat.
Makalah yang kami susun, dalam pembahasan materinya tentunya
menyangkut dengan topik permasalahan yaitu Perromagnetik dan Anti-
Perromagnetik. Hasil pengembangan materi makalah ini dikemas sedemikian
sesuai dengan standar kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa dalam mata
kuliah Pendahuluan Fisika Zat Padat. Dosen menyampaikan tugas untuk
menyusun makalah ini adalah sebagai penunjang dan media pembelajaran
mahasiswa yakni sebagai bahan presentasi di depan kelas secara berkelompok.
Disamping itu, agar lebih kompeten dalam mengikuti mata kuliah Pendahuluan
Fisika Zat Padat dan dapat bersikap kritis serta terampil dalam menyampaikan
materi yang ditentukan kepada kelompok lain.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
Pendahuluan Fisika Zat Padat yang telah membina dan membimbing kami dalam
proses perkuliahan. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada rekan
mahasiswa Fisika prodi. Pendidikan Fisika B 2007, atas kerjasamanya yang baik
serta pertukaran informasinya tentang penyelesaian makalah ini.
Kami berharap semoga apa yang kami kemas dalam makalah ini dapat
bermanfaat terutama bagi kami sendiri serta rekan mahasiswa lainnya sehingga
memudahkan kami dalam proses perkuliahan. Makalah yang kami susun ini masih
jauh dari sempurna. Dengan kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penyusunan makalah untuk
selanjutnya.
Medan, Mei 2011
Penulis,
Kelompok II
BAB I
KEMAGNETAN
1. Bahan Magnetik dan Nonmagnetik
Berdasarkan kemagnetannya, bahan-bahan dibedakan menjadi sebagai berikut:
1. Bahan magnetik yang disebut juga ferromagnetik, yaitu bahan yang dapat
ditarik oleh magnet dengan cukup kuat. Contoh: besi, nikel, baja, kobalt
dan berbagai logam campuran yang lain
2. Bahan nonmagnetik yaitu benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh
magnet, terdiri dari:
Paramagnetik, yaitu bahan yang hanya sedikit ditarik oleh magnet
kuat. Contoh : kayu, aluminium dan platina
Diamagnetik, yaitu bahan yang sedikit ditolak oleh magneti kuat.
Contoh : emas, bismuth, merkuri, timah, aluminium, serta stainless.
Bahan-bahan magnetik dapat digolongkan lagi menjadi magnet keras dan
magnet lunak. Bahan magnet keras adalah bahan yang sukar dijadikan magnet,
tetapi setelah menjadi magnet akan menyimpan kemagnetannya dalam waktu
yang lama. Contoh: baja, alkomak, dan kobalt. Bahan magnet lunak adalah bahan
yang mudah dijadikan magnet, namun tidak mampu menyimpan kemagnetannya
dalam waktu yang lama, misalnya besi.
2. Sifat Kemagnetan
Beberapa sifat kemagnetan yang dapat diamati:
1. Magnet memiliki dua buah kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan.
Kutub utara selalu menunjuk ke arah utara Bumi, sedangkan kutub selatan
selalu menunjuk ke arah selatan Bumi.
2. Kutub-kutub senama (sejenis) akan tolak-menolak dan kutub-kutub yang
tidak senama (tidak sejenis) akan tarik-menarik.
3. Teori Kemagnetan
Menurut teori kemagnetan,
1. Sebuah bahan magnet tersusun dari sejumlah besar magnet-magnet kecil
yang dinamakan magnet elementer
2. Pada magnet, magnet elementer tersusun secara teratur, sedangkan pada
bahan nonmagnetik, magnet elementer tersusun secara acak;
3. Prinsip membuat magnet adalah menjadikan magnet elementer yang
tadinya tidak teratur menjadi teratur dan searah;
4. Pada bahan magnet lunak, magnet elementer mudah "diputar" sehingga
bahan-bahan tersebut mudah dijadikan magnet;
5. Pada bahan magnet keras, magnet elementer sukar "diputar" sehingga
bahan ini sukar dijadikan magnet;
6. Bila magnet permanen dipotong, masing-masing potongan akan tetap
mempunyai dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan
BAB II
PERROMAGNETIK DAN ANTI-PERROMAGNETIK
1. DIAMAGNETIK
Diamagnetisme adalah sifat suatu benda untuk menciptakan suatu medan
magnet ketika dikenai medan magnet. Sifat ini menyebabkan efek tolak menolak.
Diamagnetik adalah salah satu bentuk magnet yang cukup lemah, dengan
pengecualian superkonduktor yang memiliki kekuatan magnet yang kuat.
Pada tahun 1778 S. J. Bergman menjadi orang pertama yang berhasil
mengamati bahwa bismut dan antimoni ditolak oleh medan magnet. Namun
demikian, istilah "diamagnetik" diusulkan oleh Michael Faraday pada bulan
September 1845, ketika ia menyadari bahwa semua material di alam memiliki
sifat diamagnetik.
Sifat Diamagnetik Material
Semua material menunjukkan peristiwa diamagnetik ketika berada dalam
medan magnet. Oleh karena itu, diamagnetik adalah peristiwa yang umum terjadi
karena pasangan elektron, termasuk elektron inti di atom, selalu menghasilkan
peristiwa diamagnetik yang lemah. Namun demikian, kekuatan magnet material
diamagnetik jauh lebih lemah dibandingkan kekuatan magnet material
feromagnetik ataupun paramagnetik. Material yang disebut diamagnetik
umumnya berupa benda yang disebut 'non-magnetik', termasuk di antaranya air,
kayu, senyawa organik seperti minyak bumi dan beberapa jenis plastik, serta
beberapa logam seperti tembaga, merkuri, emas dan bismut. Superkonduktor
adalah contoh diamagnetik sempurna.
Persamaan Langevin Diamagnetik
Pada elektromagnetik, ada dikenal dengan Hukum lenz : ”Saat fluks
magnetik pada rangkaian listrik berubah, arus imbas induksi akan muncul dalam
arah sedemikian rupa sehingga arah tersebut menentang perubahan yang
menghasilkannya”. Pada superkonduktor atau pada orbit elektron dalam atom,
arus induksi sepanjang medannya ada. Medan magnet arus induksi berlawanan
arah dengan medan magnet luar dan momen medan magnet yang dihubungkan
dengan arus adalah momen diamagnetik. Pada logam normal ada kontribusi
diamagnetik dari konduksi elektron dan diamagnetisnya tidak dirusak oleh
benturan elektron.
Perlakuan diamagnetik atom dan ion adalah dengan menggunakan
Teorema Larmor, yaitu : Dalam sebuah medan magnet, gerak elektron di sekitar
inti adalah sama dengan gerak tanpa medan magnet, kecuali untuk superposisi
dari sebuah presisi elektron dengan frekuensi sudut :
Bila arus listrik akibat gerak presisi dari Z buah elektron adalah ekivalen
dengan arus listrik (I). Dimana dalam satuan SI, arus adalah:
Momen magnet ( µ ) pada rangkaian tertutup adalah:
dimana luas loop yang berjari-jari ρ adalah πρ2. Sehingga persamaan momen
magnetiknya adalah:
Dimana
Untuk distribusi elektron yang simetris bola, x2 = y2 = z2 sehingga :
Dari persamaan di atas
Suseptibilitas per satuan volume untuk N = jumlah atom per satuan volume dan M
= jumlah momen dipol per volume adalah :
Bila diplot ke dalam grafik, hubungan antara (suseptibilitas) dengan suhu T,
akan diperoleh grafik sebagai berikut :
2. PARAMAGNETIK
Logam Paramagnetik adalah logam yang memiliki suseptibilitasnya
bernilai positif ( µ > 0 ).
Persamaan Langevin untukdiamagnetisme
Adapun klasifikasi logam paramagnetik berdasarkan spin elektronnya adalah:
1. Ferromagnetik
2. Anti Ferromagnetik
3. Ferrimagnetik
4. Canted Anti Ferromagnetik
5. Helical Spin
Sebuah ferrromagnetik memiliki momen magnetik yang spontan, meski
berada didaerah yang tidak terdapat medan magnetik. Temperatur Curie (TC)
adalah temperatur yang membedakan magnetisasi spontan, ini memisahkan
paramagnetik pada daerah T > TC dan ferromagnetik pada daerah T < TC.
Suseptibilitas paramagnetik ditentukan oleh hukum Curie X = C/T , dimana C
adalah konstanta Curie.
Suseptibilitas untuk bahan feromagnetik, adalah:
Keterangan:
c = Konstanta Curie
Tc = Suhu Curie; “suhu yang memisahkan antara Ferromagnetik dengan non
Ferromagnetik”.
Suseptibilitas memiliki kesingularan pada T = C. X, Pada temperatur ini
(dan dibawahnya) terdapat magnetisasi spontan, karena jika X infinit kita akan
dapatkan finit M untuk Ba sama dengan nol. Dari persamaan di atas, kita dapatkan
hukum Curie-Weiss.
KETERANGAN GRAFIK:
1. Sebuah bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai ferromagnetik bila
suhunya diturunkan sampai dengan suhu tertentu “Suhu Curie”.
2. Suatu bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai anti ferromagnetik
bila suhunya dinaikkan sampai dengan suhu tertentu “Suhu
Weiss”.
BAB III
KESIMPULAN
1. Berdasarkan kemagnetannya, bahan-bahan dibedakan menjadi sebagai
berikut:
a. Bahan magnetik yang disebut juga ferromagnetik, yaitu bahan yang dapat
ditarik oleh magnet dengan cukup kuat. Contoh: besi, nikel, baja, kobalt
dan berbagai logam campuran yang lain.
b. Bahan nonmagnetik yaitu benda-benda yang tidak dapat ditarik oleh
magnet, terdiri dari:
- Paramagnetik, yaitu bahan yang hanya sedikit ditarik oleh magnet
kuat. Contoh : kayu, aluminium dan platina.
- Diamagnetik, yaitu bahan yang sedikit ditolak oleh magneti kuat.
Contoh : emas, bismuth, merkuri, timah, aluminium, serta stainless.
2. Diamagnetisme adalah sifat suatu benda untuk menciptakan suatu medan
magnet ketika dikenai medan magnet. Sifat ini menyebabkan efek tolak
menolak. Diamagnetik adalah salah satu bentuk magnet yang cukup lemah,
dengan pengecualian superkonduktor yang memiliki kekuatan magnet yang
kuat.
3. Adapun klasifikasi logam paramagnetik berdasarkan spin elektronnya adalah:
1. Ferromagnetik
2. Anti Ferromagnetik
3. Ferrimagnetik
4. Canted Anti Ferromagnetik
5. Helical Spin
4. - Sebuah bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai ferromagnetik bila
suhunya diturunkan sampai dengan suhu tertentu “Suhu Curie”.
- Suatu bahan yang paramagnetik bisa berlaku sebagai anti ferromagnetik bila
suhunya dinaikkan sampai dengan suhu tertentu “Suhu Weiss”.