13

Click here to load reader

Farmakognosi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Farmakognosi

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM BIOFARMAKA

FARMAKOGNOSI

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Kuswanti (31091184)

2. Lusiana Hermawati I (31091190)

3. Hutri Catur Sad Winarni (31091198)

4. Arta Puspita Sari (31091206)

5. Pradito Haryo Yudanto (31091215)

Asisten: Theresia Desy. A

FAKULTAS BIOTEKNOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Farmakognosi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang hidup dan berkembangbiak. Dalam

bidang kesehatan telah berkembang dalam pengolahan tumbuhan yang berkhasiat sebagai

obat. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan alami yang

digunakan untuk pengobatan. Penggunaan obat tradisional yang berasal dari bahan alam telah

lama dikenal dan sampai saat ini masih terus berlangsung bahkan penggunaannya cenderung

untuk meningkat, karena khasiatnya dalam mencegah, mengurangi dan mengobati berbagai

macam penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut maka muncullah berbagai macam upaya

dalam mencari dan menemukan bahan-bahan alam khususnya tanaman yang dimanfaatkan

sebagai sumber bahan obat dan usaha meminimalisasi kekurangannya, maka dilakukan

penelitian untuk memperoleh data-data tentang tanaman obat tersebut, salah satunya yaitu

dengan melakukan farmakognosi.

Farmakognosi merupakan cara pengenalan ciri-ciri atau karakteristik obat yang

berasal dari bahan alam. Farmakognosi mulai berkembang, namun masih terbatas pada

bentuk makroskopis dan mikroskopis. Untuk lebih jelasnya, dilakukan praktikum

farmakognosi yang dilakukan untuk mengidentifikasi sel-sel penyusun struktur anatomi dari

daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia).

B. Tujuan

Untuk mengetahui dan menganalisis struktur anatomi sel-sel penyusun simplisia nabati.

Page 3: Farmakognosi

BAB II

DASAR TEORI

Tanaman Obat

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai

obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah

mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak

mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan/sinergi dari berbagai zat yang

berfungsi mengobati (Anonim, 2011).

Farmakognosi

Farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan

dan bahan lain yang merupakan sumber obat. Seiring perkembangan waktu cabang ilmu

farmakognosi ini memiliki peranan penting dalam perkembangan dunia farmasi maupun ilmu

farmakologi (Anonim, 2011).

Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A. Seydler (1815), seorang

peneliti kedokteran di Haalle Jerman. Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmacon

yang artinya "obat alam" dan gnosis yang artinya pengetahuan. Jadi farmakognosi adalah

pengretahuan tentang obat-obat alamiah (Anonim, 2011).

Farmakognosi adalah ilmu yang mempelajari tentang sumber-sumber bahan obat

alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan (bentuk makroskopis dan mikroskopis berbagai

tumbuhan serta organisme lainya yang dapat digunakan dalam pengobatan (Syamsuni,2006).

Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari alam yang meliputi

tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral. Keberadaan farmakognosi dimulai sejak

manusia pertama kali manusia mulai mengenal penyakit, seperti menjaga kesehatan,

menyembuhkan penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan rasa

sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan makanan kesehatan (Anonim,

2011).

Page 4: Farmakognosi

Jati Belanda (Guazuma ulmifolia)

Klasifikasi Ilmiah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Family : Stercuiliseae

Genus : Guazuma

Spesies : Guazuma ulmifolia

Deskripsi:

Jati belanda merupakan tumbuhan tropis yang berasal dari Amerika, termasuk dalam

kelompok Dicotyledonae, dalam famili Sterculiaceae. Jati belanda dapat tumbuh di dataran

rendah dengan ketinggian 800 mdpl. Pohon berbatang keras bercabang. Berkayu bulat

dengan permukaan batang yang kasar, berwarna coklat kehijauan. Daunnya berbentuk bulat

telur berwarna hijau dengan pinggiran bergerigi, permukaan kasar, ujung rucing, pangkal

berlekuk, pertulangan menyirip berseling, dan berukuran panjang 10-16 cm serta lebar 3-6

cm. Bunganya berwarna kuning, berbau harum, memiliki titik merah di bagian tengah,

berbentuk mayang dan muncul di ketiak daun. Buah berbentuk bulat, keras dengan lima

ruang, jika buah masih muda berwarna hijau, jika sudah tua berwarna cokelat kehitaman.

Tanaman jati belanda dapat dimanfaatkan, apabila tanaman tersebut telah berusia 2-3 tahun

dan akan berubah kurang lebih 5-6 tahun.

Bagian yang dipakai: Folium (daun) dan semen (biji)

Kandungan Kimia: mengandung kafein, sterol, dan asam fenolat. Tannin dan musilago

yang terdapat dalam jati belanda mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam

permukaan usus halus, sehingga mengurangi penyerapan makanan.

Khasiat : Obesitas dapat terhambat, menurunkan kadar kolesterol, berkhasiat sebagai obat

pelangsing tubuh dan bijinya sebagai obat mencret, obat penyakit cacing, kaki gajah,

menciutkan urat darah.

(Anonim, 2011)

Page 5: Farmakognosi

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan:

1. Pisau

2. Pipet tetes

3. Mangkok

4. Gelas preparat

5. Mikroskop

Bahan yang digunakan:

1. Daun jati belanda 1 helai

2. Kloralhidrat 70%

3. Pewarna (bila diperlukan)

B. Cara Kerja

Diambil 1 helai daun Jati Belanda

Dipotong bagian tengah daun, diiris tipis, lapisan epidermis atas-bawah juga diambil

Ditambahkan 3 tetes Kloralhidrat 70%

Diberi pewarna (bila diperlukan)

Dianalisis dengan mikroskop

Page 6: Farmakognosi

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Penampang melintang Jati Belanda

2. Epidermis atas

3. Epidermis bawah

Page 7: Farmakognosi

B. Pembahasan

Pada praktikum farmakognosi yang bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis

struktur anatomi sel-sel penyusun simplisia nabati ini kita menggunakan sampel yang berupa

tumbuhan obat, yaitu daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia).

Diambil satu helai daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia, dipilih tanaman obat Jati

Belanda, karena pada Jati Belanda terdapat kandungan senyawa aktif berupa kafein, sterol,

dan asam fenolat. Tannin dan musilago yang terdapat dalam Jati belanda mampu

mengendapkan mukosa protein yang ada di dalam permukaan usus halus, sehingga

mengurangi penyerapan makanan. Daun Jati Belanda ini berkhasiat sebagai obat pelangsing

tubuh, sedangkan bijinya sebagai obat mencret, obat penyakit cacing, kaki gajah, menciutkan

urat darah. Penyayatan daun Jati Belanda dilakukan menggunakan pisau atau silet, dimana

bagian yang diambil yaitu bagian tengah daun, karena pada bagian ini terdapat tulang daun

dimana tulang daun pada suatu tumbuhan berfungsi sebagai jalan beredarnya zat-zat makanan

dan garam-garam mineral pada tubuh tumbuhan. Kemudian diiris tipis untuk mempermudah

dalam menganalisis susunan anatomi dari daun Jati Belanda tersebut pada saat dilihat dengan

mikroskop, diambil juga lapisan epidermis atas dan epidermis bawah untuk dianalisis.

Ditambahkan 3 tetes kloralhidrat 70%, penambahan kloralhidrat 70% ini berfungsi untuk

menghilangkan warna hijau (klorofil) sehingga dapat memperjelas gambar pada saat

dianalisis dengan menggunakan mikroskop, bila perlu diberi pewarnaan. Untuk pewarnaan

biasanya menggunakan larutan pewarna safranin 1% atau dapat juga menggunakan sudan.

Safranin merupakan pewarna sekunder yang berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang

telah kehilangan warna utamanya. Dengan adanya zat pewarna ini, maka sel-sel penyusun

simplisia nabati (Jati Belanda/ Guazuma ulmifolia) tersebut akan terlihat dengan jelas.

Setelah itu dilihat dengan menggunakan mikroskop, dimana sel-sel penyusun simplisia

tampak jelas kemudian dianalisis susunan anatominya. Hasil yang diperoleh pada simplisia

nabati bahwa susunan anatomi pada dasarnya sama, perbedaannya hanya pada bentuk atau

ukuran sel saja. Sehingga untuk melakukan pengujian pembenaran simplisia nabati harus

dilakukan dengan membandingkan dengan gambar yang sudah ada.

Page 8: Farmakognosi

BAB V

KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa untuk

mengetahui struktur anatomi penyusun simplisia nabati (daun Jati Belanda/ Guazuma

ulmifolia) dapat dilakukan secara mikroskopis.

Page 9: Farmakognosi

DAFTAR PUSTAKA

Syamsuni,H. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan. EGC: Jakarta.

Anonim, 2011. http://www.etalasemuslim.com/product_info.php?products_id=46. Diakses

pada 30 November 2011.

Anonim, 2011. http://e-course.usu.ac.id/course/course.php?id=23&app=textbook.pdf.

Diakses pada 30 November 2011.

Anonim, 2011. http://farmakologi-pharmacology.com/2008/11/pengertian-farmakognosi-

dalam.html. Diakses pada 30 November 2011.

Anonim, 2011. http://silfasi.com/2010/06/apa-itu-farmakognosi.html. Diakses pada 30

November 2011.