Upload
diana-novitasari
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
disebuah perkampunagan nun jauh disana hiduplah sepasang kakak beradik
kembar, meskipun kembar mereka mempunyai watak yang berbeda satu sama lain,
Sang adik memiliki watak yang sabar dan belas asih kepada sesama, kebalikan nya
sang kakak ceroboh dan angkuh, mereka sama-sama miskin pekerjaan keduanya
hanyalah seorang nelayan, jika pagi mereka mencari makan, sore harinya
dihabiskan buat santap malam sekeluarga terkadang keduanya tidak makan sama
sekali ketika hasil tangkapan ikannya lagi sepi. Sang adik yang baik hati bernama
latando sedangkan istrinya bernama seruni, sedangkan sang kakak yang congkak
bernama latanday sang istri bernama Jelita, keduanya tinggal dalam satu
pekarangan namun rumah yang berbeda.
Suatu hari Latando dengan Latanday mengeluh karena hasil tangkapan ikan sore
itu tidak sesuai dengan harapan mereka, mereka pulang kerumah dengan tangan
hampa, setibanya dirumah latanday marah-marah kepada istri nya karena hanya
menghidangkan nasi saja tanpa lauk sedikitpun, sementara Latando menerima
hidangan yang disiapkan oleh isteri nya dengan senang hati meskipun hanya nasi
dan lauk pauk seadanya.
"Alhamdulillah bu, sekarang kita masih bisa makan, nikmati saja pemberian Tuhan
ini dengan penuh rasa syukur” latando mencoba mengingatkan istri nya.
“Iya pak, ibu mengerti seharian ini bapak ke laut susah payah mencari ikan, ibu
tidak marah kok meskipun tidak ada hasil, yang penting bapak pulang dengan
selamat”. Kata sang istri sambil menghidangkan makanan, ketika mereka tengah
asyik mengobrol terdengar suara gaduh dari sebelah rumahnya, sura itu berasal
dari rumahnya latanday
“Keluar kamu pengemis malas, bisa nya cuma meminta-minta saja,kamu tahu cari
makanan itu sulit, pergi saja, sebelum aku usir degan kasar” Latanday terlihat agak
kesal dibuat nya, melihat hal itu latando agak sedikit iba pada kakek pengemis
yang berpakaian compang-camping itu.
“kakek, sini. makan bersama kami disini”. Kemudian pengemis itu menghampiri
latando, disuruhnya pengemis itu masuk, dengan lahap nya makan, sampai-sampai
jatah makan untuk dia dan istri nya dihabiskan pula, melihat hal itu mereka hanya
tersenyum, mereka sudah saling mengingatkan jika ada makanan ataupun tidak,
rezeki sudah ada yang mengatur, hingga tidak perlu berkeluh kesah.
“kakek sudah kenyang?” Tanya latando dengan senyum tersungging dibibirnya
“Sudah nak, terimakasih bapak kenyang sekali, tapi… kakek minta maaf, saking
laparnya hingga tidak menyisakan barang sedikitpun” Kata kekek pengemis, kalau
saja si latanday yang di perlakukan seperti itu mungkin dia akan marah besar, lain
hal nya saat ini latando menerima dan pasrah meskipun dalam keadaan lapar.
“Kamu baik sekali nak, sebagai balasan atas kebaikan mu. Terimalah ini
pemberian kakek sebuah lesung penumbuk garam, namun ini bukan lesung
sembarangan nak, pergunakan alu ini, kemudian tumbukklah, maka dari dalam
lesung ini akan mengeluarkan garam terus menerus sampai kamu mengetukkan alu
ini ketanah tiga kali” kakek memberikan lesung kecil itu pada latando, ia sangat
gembira menerima pemberian kakek itu, karena senang nya, sampai-sampai tidak
menyadari kepergian kakek-kakek tadi.
Latando menumbukkan alu ke lesung itu tiga kali dengan ajaib keluarlah garam
dari dalamnya kemudian ketika mengetukkan nya ketanah lesung itu berhenti
mengeluarkan garam, setiap kali dia membutuhkan uang tinggal menjual garam-
garam yang keluar dari lesung ajaib itu, lama-kelamaan laando menjadi kaya raya
berkat lesung pemberian kakek pengemis, sehingga menimbulkan keirian dihati
latanday, dia mengetahui perihal lesung ajaib milik adik nya itu, kemudian dengan
siasat licik nya dia berupaya untuk merebutnya.
“hahahaha dasar bodoh, tolol. Goblok, kena tipu dia, padahal aku bilang hanya
pinjam saja” tawa latanday penuh kegirangan, setelah meminjam lesung itu
kemudian dia dan istri nya pergi menyeberangi lautan, meninggalkan
perkampungan, di tengah-tengah lautan latanday tertawa terbahak-bahalk.
“hahahaha baik nya kita coba keajaiban lesung ini, mana penumbuknya istriku.
Sini”pinta latando tidak sabar untuk menyaksikan keajaiban lesung tersebut
“ini suamiku” sang istri menyerahkan penumbuk itu pada suaminya
“hahahahahaha… kita kaya istriku, lihatlah ini, garam nya semakin banyak
hahaha”
Latanday tidak menyadari kalau semakin bertambah saja garam memenuhi
perahunya, dia berusaha menghentikan garam yang keluar dari dalam lesung itu,
tidak akan mungkin ada daratan untuk mengetukkan alu ini, lama kelamaan isi
perahu latanday semakin penuh, saking penuhnya tidak bisa ia keluarkan denga
cepat, perahu pun tenggelam karena kelebihan beban, bersama dengan itu latanday
dengan istrinyapun ikut tenggelam kedasar lautan, sementara lesung itu terus saja
mengeluarkan garam sampai mengubah air laut yang semulanya tawar menjadi
asin. Konon Lesung yang tenggelam kedasar laut itulah Yang Menyebabkan Air
Laut Asin.