6
APLIKASI PEMBERIAN LEGIN (Rhizobium) PADA UJI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING I Nyoman Adijaya, Putu Suratmini dan Ketut Mahaputra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasar e-mail: [email protected] ABSTRAK Kajian telah dilakukan di Desa Pejarakan, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng pada tahun 2004, untuk mengetahui pengaruh pemberian legin (Rhizobium) terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan tanpa legin dan dengan legin. Varietas kedelai yang diuji yaitu Sinabung, Kaba, Sibayak, dan Tanggamus. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pemberian legin dan varietas kecuali terhadap jumlah bintil akar tanaman. Pemberian legin berpengaruh terhadap peningkatan variabel pertumbuhan, komponen hasil dan produksi tanaman. Peningkatan jumlah bintil akar tanaman kedelai akibat pemberian legin memberikan peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman akibat meningkatnya fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Produksi kedelai meningkat dari 1,07 ton/ha menjadi 1,67 ton/ha dengan pemberian legin atau meningkat 56,07%. Penggunaan varietas yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan varietas yang diuji memiliki respon dan adaptasi yang tidak jauh berbeda jika dibudidayakan di lahan kering. Kata Kunci : aplikasi legin, varietas kedelai, lahan kering PENDAHULUAN Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat dan ini tidak bisa diimbangi oleh produksi kedelai nasional sehingga impor kedelai masih terus dilakukan. Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor 60% dari kebutuhan nasional atau sekitar 1,2 juta ton. Program pemerintah sekarang ini adalah untuk mencapai swasembada kedelai, dimana Bali dijadikan daerah salah satu sentra produksi kedelai nasional (Anon, 2005). Sampai saat ini budidaya kedelai umumnya kebanyakan dilakukan di lahan sawah setelah tanaman padi. Demikian pula halnya dengan di daerah Bali, kedelai sangat jarang dibudidayakan di lahan kering, selain juga produksinya sangat rendah. Sudaryono (2002) menyatakan bahwa produktivitas kedelai pada lahan kering di tingkat petani berkisar antara 0,7 ton/ha - 1,0 t/ha. Lebih lanjut Sunarlin (1994) menyatakan bahwa tingkat produksi yang relatif masih rendah ini selain disebabkan faktor varietas juga disebabkan oleh rendahnya kesuburan tanah terutama kadar C- organik, N,P dan K.

contoh proposal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kimia gambut

Citation preview

Page 1: contoh proposal

APLIKASI PEMBERIAN LEGIN (Rhizobium) PADA UJI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI LAHAN KERING

I Nyoman Adijaya, Putu Suratmini dan Ketut MahaputraBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Jalan By Pass Ngurah Rai Pesanggaran Denpasare-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kajian telah dilakukan di Desa Pejarakan, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng pada tahun 2004, untuk mengetahui pengaruh pemberian legin (Rhizobium) terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai. Percobaan dirancang menggunakan rancangan acak kelompok dengan perlakuan tanpa legin dan dengan legin. Varietas kedelai yang diuji yaitu Sinabung, Kaba, Sibayak, dan Tanggamus. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara pemberian legin dan varietas kecuali terhadap jumlah bintil akar tanaman. Pemberian legin berpengaruh terhadap peningkatan variabel pertumbuhan, komponen hasil dan produksi tanaman. Peningkatan jumlah bintil akar tanaman kedelai akibat pemberian legin memberikan peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman akibat meningkatnya fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium. Produksi kedelai meningkat dari 1,07 ton/ha menjadi 1,67 ton/ha dengan pemberian legin atau meningkat 56,07%. Penggunaan varietas yang berbeda tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan varietas yang diuji memiliki respon dan adaptasi yang tidak jauh berbeda jika dibudidayakan di lahan kering.

Kata Kunci : aplikasi legin, varietas kedelai, lahan kering

PENDAHULUAN

Kebutuhan kedelai di Indonesia terus meningkat dan ini tidak bisa diimbangi oleh produksi kedelai nasional sehingga impor kedelai masih terus dilakukan. Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor 60% dari kebutuhan nasional atau sekitar 1,2 juta ton. Program pemerintah sekarang ini adalah untuk mencapai swasembada kedelai, dimana Bali dijadikan daerah salah satu sentra produksi kedelai nasional (Anon, 2005).

Sampai saat ini budidaya kedelai umumnya kebanyakan dilakukan di lahan sawah setelah tanaman padi. Demikian pula halnya dengan di daerah Bali, kedelai sangat jarang dibudidayakan di lahan kering, selain juga produksinya sangat rendah. Sudaryono (2002) menyatakan bahwa produktivitas kedelai pada lahan kering di tingkat petani berkisar antara 0,7 ton/ha - 1,0 t/ha. Lebih lanjut Sunarlin (1994) menyatakan bahwa tingkat produksi yang relatif masih rendah ini selain disebabkan faktor varietas juga disebabkan oleh rendahnya kesuburan tanah terutama kadar C-organik, N,P dan K.

Nitrogen yang diperlukan tanaman kedelai bersumber dari dalam tanah juga dari N atmosfir melalui simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Bakteri ini membentuk bintil akar (nodul) pada akar tanaman kedelai dan dapat menambat N dari udara. Hasil fiksasi nitrogen ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan N yang diperlukan oleh tanaman kedelai. Pada fiksasi yang efektif 50-75% dari total kebutuhan tanaman akan nitrogen tersebut dapat dipenuhi (Pasaribu et al., 1989).

Hasil penelitian Artha (1993) dan Simanungkalit dkk., (1995) menunjukkan bahwa inokulasi rhizobium pada lahan kering dapat meningkatkan bintil akar dan hasil biji kedelai. Hasil penelitian Rahayu (2004) menunjukkan bahwa dengan pemberian rhizoplus pada tanaman kedelai varietas Willis dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman seperti jumlah cabang per tanaman, jumlah polong isi per tanaman dan hasil per ha.

Melihat permasahan tersebut maka uji adaptasi beberapa varietas kedelai ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian legin (Rhizobium) terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa varietas kedelai, serta mendapatkan varietas kedelai yang adaptif untuk dibudidayakan di lahan kering.

METODA PENELITIAN

Page 2: contoh proposal

Pengkajian dilakukan di lahan kering Desa Pejarakan, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng, dari bulan April sampai dengan Juli 2004 menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 3 ulangan. Varietas kedelai yang diuji yaitu: Sinanbung, Sibayak, Kaba dan Tanggamus dikombinasikan dengan penggunaan dan tanpa legin.

Ukuran petak 2 m x 4 m, jarak tanam 40 cm x 20 cm dengan 2 tanaman per lubang. Pupuk dasar yang diberikan adalah 50 kg Urea, 50 kg TSP dan 50 kg KCl pada saat tanam. Penyiangan tanaman dilakukan pada umur 15 hst dan 40 hst. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah cabang per tanaman, jumlah cabang produktif per tanaman, jumlah bintil akar per tanaman, jumlah polong per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, jumlah polong hampa per tanaman, berat biji per tanaman, berat 100 serta produksi per ha. Data dianalisis menggunakan analisis varian. Apabila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap variabel yang diamati dilanjutkan dengan uji BNT 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis statistik menunjukkan tidak terjadi interaksi antara penggunaan legin dan varietas kecuali terhadap variabel jumlah bintil akar per tanaman. Pemberian legin tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tinggi tanaman dan jumlah cabang, sedangkan terhadap variabel lainnya berpengaruh nyata (P<0,05). Penggunaan varietas yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap varieabel yang diamati keculai terhadap jumlah cabang produktif menunjukkan pengaruh nyata.

Interaksi penggunaan legin dan varietas terlihat pada variabel jumlah bintil akar per tanaman (Tabel 2). Bintil akar tertinggi dihasilkan oleh varietas Kaba (11,40 bh) tidak berbeda dengan varietas Tanggamus (10,40 bh), sedangkan bintil akar terendah dihasilkan oleh semua varietas tanpa legin yang tidak menunjukkan perbedaan dengan jumlah bintil akar 3,87 bh – 4,60 bh.

Tabel 1. Pengaruh Penggunaan Legin terhadap Pertumbuhan pada Uji Beberapa Varietas Kedelai di Desa Pejarakan, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali 2004

Perlakuan

Variabel

Tinggi tanaman (cm) Jumlah cabang (bh)Jumlah cabang produktif (bh)

LeginTanpa Legin 59,82 a 3,60 a 2,87 bDengan Legin 61,02 a 4,03 a 3,35 aBNT 5% - - 0,35VarietasSinabung 58,83 a 3,40 b 2,93 aKaba 59,90 a 3,60 ab 3,03 aSibayak 62,10 a 4,23 a 3,37 aTanggamus 60,83 a 4,03 ab 3,10 aBNT 5% - 0,65 -

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Penggunaan legin (Rizhobium) pada budidaya kedelai meningkatkan komponen pertumbuhan (Tabel 1). Hasil ini didukung oleh meningkatnya jumlah bintil akar akibat pemberian legin/Rizhobium (Tabel 2). Pemberian legin meningkatkan jumlah bintil akar (nodule) tanaman kedelai menyebabkan akan semakin meningkatnya simbiose bakteri Rhizobium di dalam menambat N bebas dari udara. Hal ini akan menyebabkan ketersediaan N bagi tanaman meningkat yang berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan tanaman kedelai.

Tabel 2. Interaksi Penggunaan Legin dan Varietas pada Uji Beberapa Varietas Kedelai terhadap Jumlah Bintil Akar di Desa Pejarakan, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Bali, 2004.

Page 3: contoh proposal

VarietasInokulan

Tanpa Legin Dengan Legin

Sinabung 4,20 d 7,27 c

Kaba 3,87 d 11,40 a

Sibayak 4,60 d 8,93 bc

Tanggamus 4,20 d 10,40 ab

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Meningkatnya pertumbuhan tanaman kedelai akibat semakin meningkatnya fiksasi N dari udara berpengaruh terhadap metabolisme tanaman, sehingga menghasilkan asimilat/fotosintat semakin banyak yang ditranstolasikan ke organ penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan jumlah polong total per tanaman, jumlah polong isi per tanaman, berat biji per tanaman, berat 100 biji yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi. Komponen lain yang dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu menurunnya jumlah polong hampa per tanaman (Tabel 3). Produksi kedelai meningkat dari 1,07 ton/ha menjadi 1,67 ton/ha dengan pemberian legin atau meningkat 56,07%.

Tabel 3. Pengaruh Penggunaan Legin terhadap Variabel Komponen Hasil dan Produksi Kedelai pada Uji Beberapa Varietas Kedelai di Desa Pejarakan, Kec. Gerokgak, Buleleng, Bali, 2004.

Perlakuan

Variabel

J.polong/ tan (bh)

J.polong isi/tan (bh)

J. polong hampa/tan

(bh)

J. biji/ tan (bh)

Berat biji/tan

(g)

Berat 100 biji

(g)

Produksi (ton/ha)

LeginTanpa Legin 56,58 b 44,67 b 11,62 a 68,50 b 8,04 b 11,13 b 1,07 bDengan Legin 68,40 a 61,95 a 6,43 b 104,08 a 12,82 a 12,33 a 1,67 aBNT 5% 11,34 11,82 1,96 19,27 2,4 2 0,43 -VarietasSinabung 54,60 a 46,47 a 8,07 a 73,57 a 9,45 a 11,53 a 1,36 aKaba 56,00 a 47,73 a 9,07 a 94,27 a 11,45 a 11,85 a 1,25 aSibayak 67,70 a 57,47 a 8,83 a 83,33 a 9,67 a 11,52 a 1,41aTanggamus 71,67 a 61,57 a 10,12 a 94,00 a 11,15 a 12,03 a 1,44 aBNT 5% - - - - - - -

Keterangan : Angka-angka pada kolom yang sama diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%

Penggunaan varietas yang berbeda (Sinabung, Kaba, Sibayak dan Tanggamus) pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Kisaran produksi yang dihasilkan yaitu 1,25 ton/ha – 1,44 ton/ha, demikian juga dengan komponen pertumbuhan dan komponen hasil tanaman kecuali jumlah cabang per tanaman. Hal ini mengindikasikan semua varietas yang diuji memiliki respon dan adaptasi yang tidak jauh berbeda untuk dibudidayakan di lahan kering.

KESIMPULAN

1. Pemberian legin pada uji beberapa varietas kedelai memberikan peningkatan pertumbuhan dan produksi kedelai. Produksi meningkat 56,07% dengan pemberian legin.

2. Penggunaan varietas kedelai yang berbeda (Sinabung, Kaba, Sibayak dan Tanggamus) tidak memberikan perbedaan pertumbuhan dan produksi tanaman kecuali terhadap variabel jumlah cabang per tanaman menunjukkan pengaruh nyata. Kisaran produksi pada uji varietas kedelai tersebut yaitu 1,25 ton/ha – 1,44 ton/ha.

3. Pemberian legin berpengaruh terhadap peningkatan jumlah bintil akar (nodule) tanaman, yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai.

Page 4: contoh proposal

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2005. Bali Jadi Sentra Produksi Kedelai Nasional. Bali Post. 12 April 2005 Hal.15. Kolom 3-4

Artha, N. 1993. Respon Tanaman Kedelai terhadap Inokulasi Rhizobium japonicum dan Pupuk Anorganik di Lahan Kering pada Musim Hujan. Prosiding Lokakarya Palawija. Bogor. Vol.4; 329-339

Pasaribu D.A., N. Sumarlin, Sumarno, Y. Supriati, R. Saraswati, Sucipto dan S. Karama. 1989. Penelitian Inokulasi Rhizobium di Indonesia. Risalah Lokakarya Penelitian Penambatan Nitrogen Secara Hayati pada Kacang-kacangan. Kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian Pengembangan Pertanian dan Pusat Penelitian dan Pngembangan Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.

Rahayu, M. 2004. Pengaruh Pemberian Rhizoplus dan Takaran Urea terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Petani Miskin di Lahan Marginal Melalui Inovasi Teknologi Tepat Guna. Pusat Penelitian Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian.

Sunarlin, N. 1992. Effect of Nitrogen and Rhizobium Inoculation on Growth and Yield of Soybean in Red-Yellow Podsolic Soil. Penelitian Pertanian. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Vol.12 No.3 ; 116-118.

Sudaryono. 2002. Sumber K Alternatif dan Peranan Pupuk Kandang pada Tanaman Kedelai di Lahan Kering Alfisol dan Vertisol. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Peningkatan Produktivitas, Kualitas, Efisiensi dan Sistem Produksi Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Menuju Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Puslitbang Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian.

Simanungkalit, R.D.M., A. Indrasumunar, R.D. Hastuti, E. Pratiwi and R.J. Roughley. 1995. Soybean Response on Inoculation to Starter Nitrogen and Inoculation with Rhizobium japonicum. Indonesian J.Crop Sci. 10; 25-32.