2
Nama: Josafat Anhar Kelas : X IPA 1 Di suatu waktu yang tidak terdeteksi, terdapat dua orang politisi muda. Yang satu bernama Igbal dan yang satunya lagi bernama Adam, mereka berdua sedang ngobrol-ngbrol di warung kopi di sekitar daerah Senayan (maklum mau merakyat). Lalu mereka berdua pun terlibat percakapan yang seru. Igbal : “Dam, teman-teman kita di dunia politik ini sudah banyak yang kaya ya…” Adam : “Kalau masalah itu sih aku juga sudah tau sejak dulu, Bal!” Igbal : “Saking kayanya nih, banyak banget teman kita yang punya baju termahal di Indonesia.” Adam : “Lho, maksud kamu baju termahal itu apa, Bal?” Igbal : “Yah apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.” Adam : “Kok baju tahanan KPK?” Igbal : “Coba deh kamu pikir-pikir, seorang politisi minimal “nyolong” uang Negara 1 milyar dulu baru bisa pakai baju tahanan KPK.” Adam : “Ooh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku, susah juga ya jadi politisi kalau belum siap iman.” Igbal : “Betul sekali itu, ya sudah lah mari kita pesan kopi lagi untuk mengenang teman-teman kita yang sudah bisa pakai baju termahal itu.”

contoh anekdot tugas bahasa indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: contoh anekdot tugas bahasa indonesia

Nama: Josafat Anhar

Kelas : X IPA 1

Di suatu waktu yang tidak terdeteksi, terdapat dua orang politisi muda. Yang satu bernama Igbal dan yang satunya lagi bernama Adam, mereka berdua sedang ngobrol-ngbrol di warung kopi di sekitar daerah Senayan (maklum mau merakyat). Lalu mereka berdua pun terlibat percakapan yang seru.

Igbal : “Dam, teman-teman kita di dunia politik ini sudah banyak yang kaya ya…”

Adam : “Kalau masalah itu sih aku juga sudah tau sejak dulu, Bal!”

Igbal : “Saking kayanya nih, banyak banget teman kita yang punya baju termahal di Indonesia.”

Adam : “Lho, maksud kamu baju termahal itu apa, Bal?”

Igbal : “Yah apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.”

Adam : “Kok baju tahanan KPK?”

Igbal : “Coba deh kamu pikir-pikir, seorang politisi minimal “nyolong” uang Negara 1 milyar dulu baru bisa pakai baju tahanan KPK.”

Adam : “Ooh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku, susah juga ya jadi politisi kalau belum siap iman.”

Igbal : “Betul sekali itu, ya sudah lah mari kita pesan kopi lagi untuk mengenang teman-teman kita yang sudah bisa pakai baju termahal itu.”

Dan mereka berdua pun melanjutkan mengopi di warung kopi tersebut.