37
I. PENDAHULUAN Keberhasilan produksi pertanian tidak terlepas dari kontribusi peranan sarana produksi pertanian, antara lain pupuk. Pentingnya peranan pupuk dalam upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil komoditas pertanian, menjadikan pupuk sebagai sarana produksi pertanian yang strategis bagi petani. Akhir-akhir ini sudah mulai terlihat kecenderungan degradasi lahan berupa kerusakan lahan (tanah menjadi asam dan mengeras) yang disebabkan oleh penggunaan pupuk an- organik (khususnya Urea dan Phospat) secara terus menerus dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk an- organik yang tidak tepat dan secara terus menerus menyebabkan tanah menjadi jenuh akibat akumulasi bahan-bahan sintetis yang dikandungnya. Efek selanjutnya yang lebih serius adalah proses degradasi rantai makanan yang semula berjalan normal menjadi lambat dikarenakan ketidakmampuan alam (bakteri) untuk menguraikan bahan-bahan sintetis tersebut. Disamping itu harga pupuk yang terus mengalami kenaikan dan sering tidak tersedia telah memicu petani memupuk tanamannya tidak sesuai dengan kebutuhan. Ketersediaan pupuk Urea, KCl, maupun NPK dipasaran yang tidak menentu juga menyulitkan bagi petani untuk memperoleh pupuk sesuai jumlah dan waktu yang diinginkan. Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya perhatian dalam penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri. Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah sentra produksi padi, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara nasional pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai. Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 1

Buku Kompos

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Buku Kompos

I. PENDAHULUAN

Keberhasilan produksi pertanian tidak terlepas dari kontribusi peranan sarana produksi pertanian, antara lain pupuk. Pentingnya peranan pupuk dalam upaya peningkatan produktivitas dan mutu hasil komoditas pertanian, menjadikan pupuk sebagai sarana produksi pertanian yang strategis bagi petani.

Akhir-akhir ini sudah mulai terlihat kecenderungan degradasi lahan berupa kerusakan lahan (tanah menjadi asam dan mengeras) yang disebabkan oleh penggunaan pupuk an-organik (khususnya Urea dan Phospat) secara terus menerus dan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman. Penggunaan pupuk an-organik yang tidak tepat dan secara terus menerus menyebabkan tanah menjadi jenuh akibat akumulasi bahan-bahan sintetis yang dikandungnya. Efek selanjutnya yang lebih serius adalah proses degradasi rantai makanan yang semula berjalan normal menjadi lambat dikarenakan ketidakmampuan alam (bakteri) untuk menguraikan bahan-bahan sintetis tersebut.

Disamping itu harga pupuk yang terus mengalami kenaikan dan sering tidak tersedia telah memicu petani memupuk tanamannya tidak sesuai dengan kebutuhan. Ketersediaan pupuk Urea, KCl, maupun NPK dipasaran yang tidak menentu juga menyulitkan bagi petani untuk memperoleh pupuk sesuai jumlah dan waktu yang diinginkan.

Intensifikasi padi dengan asupan pupuk kimia dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama, serta kurangnya perhatian dalam penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang berakibat terhadap penurunan kualitas sumberdaya lahan itu sendiri. Gejala ini terlihat dibeberapa wilayah sentra produksi padi, dimana terjadi pelandaian produktivitas, bahkan secara nasional pada beberapa tahun terakhir ini produksi padi cenderung melandai. Pelandaian produksi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, terutama

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 1

Page 2: Buku Kompos

penggunaan pupuk yang sudah melampaui batas efisiensi teknis dan ekonomis.

Upaya untuk menanggulangi pelandaian produksi melalui pemupukan kimia secara berimbang belum mampu mengatasi masalah tersebut, bahkan terjadi penurunan efisiensi pemupukan. Salah satu indikator menurunnya kualitas sumberdaya lahan, khususnya sawah adalah menurunnya kandungan C organik tanah. Dilaporkan oleh Karama et al. (1990) bahwa dari 30 lokasi tanah sawah di Indonesia yang diambil secara acak, 68 % diantaranya mempunyai kandungan C tanah kurang dari 1,5 % dan hanya 9 % yang lebih dari 2 %.

Data tersebut mengambarkan bahwa kondisi lahan sawah yang sudah sekian lama diusahakan secara intensif dengan asupan agrokimia tinggi, telah mengalami semacam gejala sakit “ soil sickness”. Agar tidak terjadi keadaan yang lebih buruk lagi, yang dapat mengganggu keberlanjutan sistem produksi padi sawah, maka perlu ditempuh upaya-upaya guna mengkonservasi dan merehabilitasi sumberdaya lahan yang ada.

Model intensifikasi padi sawah dimasa mendatang sudah selayaknya untuk tidak bertumpu kepada penggunaan pupuk kimia guna mencapai target produksi, namun perlu difikirkan dan dikembangkan upaya-upaya untuk mengembalikan kesuburan lahan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah pemasyarakatan kembali penggunaan bahan organik pada usahatani padi sawah.

Penggunaan kompos secara terus menerus pada setiap musim tanam dapat memperbaiki kondisi lahan, sehingga makin lama lahan akan menjadi makin subur dan sehingga produktivitas tanaman semakin meningkat. Lahan yang hanya diberi pupuk kimia saja tanpa pengembalian bahan organik atau kompos ke tanah, akan menyebabkan degradasi lahan sehingga lahan menjadi tidak subur, semakin gersang dan pada akhirnya menjadi rusak.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 2

Page 3: Buku Kompos

II. PENGERTIAN DAN MANFAAT KOMPOS

A. Pengertian Kompos

Kompos adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan seperti pupuk kandang, pupuk hijau daun dan kompos, berbentuk cair maupun padatan yang dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air tanah, kimia tanah dan biologi tanah.

Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam, abu dapur dan lain-lain.

Kompos yang berasal dari sisa/limbah tanaman maupun kotoran ternak mengandung berbagai unsur hara, baik mikro maupun makro yang cukup komplit seperti N, P, K, Ca, Mg, Fe, Cu, Zn, Mn, B dan S. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam kompos atau pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak.

B. Manfaat Kompos

Bahan organik memiliki fungsi-fungsi penting dalam tanah (Karama, Marzuki dan Manwan, 1990) yaitu; fungsi fisika yang dapat memperbaiki sifat fisika tanah seperti memperbaiki agregasi dan permeabilitas tanah; fungsi kimia dapat meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah, meningkatkan daya sangga tanah dan meningkatkan ketersediaan beberapa unsur hara serta meningkatkan efisiensi penyerapan P; dan fungsi biologi sebagai sumber energi utama bagi aktivitas jasad renik tanah. Mengingat begitu penting peranan bahan organik, maka penggunaannya pada lahan-lahan yang kesuburannya mulai menurun

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 3

Page 4: Buku Kompos

menjadi amat penting untuk menjaga kelestarian sumberdaya lahan tersebut.

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman. Penggunaan kompos/pupuk organik pada tanah memberikan manfaat, antara lain :

1. Menambah kesuburan tanah 2. Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah dan

gembur 3. Memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara

yang tersedia dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman

4. Memperbaiki tata air dan udara dalam tanah, sehingga akan dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil

5. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air

6. Memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup dalam tanah

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 4

Page 5: Buku Kompos

III. AKTIVATOR MIKROBA

Mikroba berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Aktivator yang digunakan untuk mempercepat pembuatan kompos sering juga disebut pupuk mikroba, ada yang berasal dari dalam negeri dan ada juga yang berasal dari luar negeri.

Proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Hal ini tergantung dari bahan organiknya, bisa memerlukan waktu 2 – 3 bulan, bahkan ada yang 6 – 12 bulan. Kompos yang terjadi secara alami mempunyai kualitas yang kurang baik karena dalam proses penghancuran sering terjadi hal-hal yang merugikan, seperti pencucian kandungan unsur-unsur penting dan penguapan oleh sinar matahari.

Cara memperoleh kompos yang baik adalah dengan mengaktifkan perkembangan bakteri yang melakukan penghancuran terhadap bahan bahan organik dalam waktu yang singkat, dan menghindarkan faktor-faktor yang dapat mengurangi kualitas kompos. Dengan pemberian pupuk mikroba, proses pengomposan dapat dipercepat menjadi 2 – 3 minggu atau 1 – 1,5 bulan tergantung dari bahan dasarnya.

Dalam proses pengomposan peranan mikroba selulolitik dan lignolitik sangat penting, karena kedua mikroba tersebut memperoleh energi dan karbon dari proses perombakan bahan yang mengandung karbon. Proses pengomposan secara aerob, lebih cepat dibanding anaerob dan waktu yang diperlukan tergantung beberapa faktor antara lain: ukuran partikel bahan kompos, C/N rasio bahan kompos, keberadaan udara (keadaan aerobik), dan kelembaban. Kompos yang sudah matang diindikasikan oleh suhu yang konstan, pH alkalis, C/N rasio <20, Kapasitas Tukar Kation > 60 me/100g abu dan laju respirasi < 10 mg/g kompos, sedangkan indikator yang dapat diamati secara langsung adalah jika berwarna coklat tua (gelap) dan tidak berbau busuk (berbau tanah).

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 5

Page 6: Buku Kompos

Pembuatan kompos dengan penambahan pupuk mikroba mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: bebas dari biji biji tanaman liar (gulma); bebas dari bakteri patogenik (bakteri yang dapat menimbulkan penyakit); tidak berbau; tanaman tidak terbakar; mudah digunakan serta menyediakan berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

A. Pembuatan Aktivator Dekomposer Bahan Organik

Pembuatan aktivator kompos relatif mudah dilakukan karena hanya menggunakan peralatan sederhana dan bahan-bahannya mudah diperoleh di lokasi desa. Yang perlu dicermati sebelum pembuatan kompos adalah: (1) seluruh peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih, (2) pemakaian bahan sesuai takaran, (3) proses fermentasi akan berlangsung selama seminggu, dan (4) sebelum dimanfaatkan aktivator harus disimpan di tempat teduh, jangan terkena sinar matahari langsung. Bahan dan alat yang diperlukan serta tahapan pelaksanaan pembuatan aktivator kompos diuraikan sebagai berikut:

Bahan dan alat:

1. Suspensi mikroba 1 liter 2. Gula pasir atau gula merah 1,5 kg 3. Air cucian beras 10 liter atau air rendaman 1 kg dedak

dalam 10 liter air 4. Botol bekas sirup 20 buah 5. Kertas penutup 6. Karet gelang 20 buah 7. Panci perebus 8. Kompor atau tungku

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 6

Page 7: Buku Kompos

Tahapan pelaksanaan pembuatan aktivator kompos:

1. Air cucian beras dan gula dilarutkan dan direbus sampai mendidih.

2. Pada saat larutan masih panas, masukkan ke dalam botol sebanyak 500 ml, tutup botol dengan kertas dan diikat dengan karet gelang.

3. Dinginkan larutan selama 2-3 jam. 4. Masukkan suspensi mikroba ke dalam larutan sebanyak

50 ml. 5. Diamkan selama seminggu untuk proses fermentasi.

Setelah itu aktivator siap untuk digunakan. Aktivator dapat disimpan dalam suhu kamar selama 3-6 bulan sebelum kadaluarsa.

Evaluasi hasil pembuatan kompos dilaksanakan pada hari ketujuh setelah pembuatan. Hasil dinyatakan bagus ditandai dengan aroma harum pada produk aktivator kompos berbentuk cair maupun padat. Dari bahan 10 liter air cucian beras atau air rendaman 1 kg dedak dalam 10 liter air ditambah 1 liter suspensi mikroba, akan dihasilkan aktivator kompos sebanyak 10 botol sirup.Untuk membuat 1 ton kompos kotoran sapi, diperlukan aktivator kompos sebanyal 1 botol sirup.

Jika hendak dipasarkan, pengemasan produk harus diperhatikan karena kemasan yang baik akan menarik perhatian dan minat konsumen untuk membeli. Pengemasan aktivator padat dapat dilakukan dengan plastik tebal, sedangkan aktivator cair dapat dikemas dalam botol. Kemasan diberi label produk sesuai dengan kandungan bahan serta cara penggunaannya.

Sumber Aktivator Mikroba: 1. Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas

Bengkulu. 2. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bengkulu.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 7

Page 8: Buku Kompos

B. Pengembangan Mikro Organisme Lokal (MOL)

MOL adalah cairan yang terbuat dari bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau sebagai dekomposer/aktivator dan juga sebagai tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikro organisme yang berada ditempat tersebut. Adapun bahan yang digunakan untuk mengembangkan mikro organisme lokal tersebut antara lain: limbah hijauan sayuran segar, rebung bambu, keong mas, buah maja dan mol limbah buah-buahan.

Berikut adalah cara pembuatan dekomposer dengan bahan yang mudah didapat yaitu keong mas dan buah maja.

1. Pembuatan Dekomposer dengan Bahan Keong mas

Bahan yang diperlukan:

- 5 Kg keong mas yang masih hidup/segar, - 2 buah buah maja matang (jika tidak ada dapat

diganti dengan cairan tebu 1 liter, atau gula merah 1kg) dan

- air kelapa 10 liter.

Cara membuat:

Keong mas ditumbuk hingga halus, masukkan pada tong plastik, campurkan dengan buah maja yang sudah dihaluskan atau gula yang lebih dulu dihaluskan atau atau cairan tebu, tambahkan 10 liter air kelapa dan aduk hingga rata. Tutup rapat dengan plastik dan berikan slang palstik yang disambungkan pada botol yang telah berisi air.

Cara Penggunaan:

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 8

Page 9: Buku Kompos

a. Untuk pengomposan: Dengan konsentrasi 1 : 5 (1 liter cairan MOL ditambah dengan 5 liter air tawar), tambahkan 1 ons gula merah, aduk rata dan siramkan pada bahan organik yang mau dikomposkan.

b. Penggunaan pada tanaman: dapat disemprotkan pada berbagai tanaman dengan konsentrasi 400 cc dicampur dengan 14 liter air tawar. Pada tanaman padi sejak fase vegetatif hingga generatif (umur 10, 20, 30, 40 atau umur setelah fase masak susu). MOL keong mas ini dapat dicampur dengan MOL lainnya. Disemprotkan pada pagi/sore hari, hindari penyemprotan pada siang hari (saat terik matahari).

2. Pembuatan Dekomposer dengan Bahan Buah Maja

Bahan:

- 5 buah labu kayu/maja yang matang, - 30 liter air beras, - 20 liter air kencing sapi/ Kebau/Kambing atau

Kelinci.

Cara Pembuatan:

Buah maja dihaluskan dan dimasukkan pada drum/tong plastik, campurkan dengan 30 liter air beras dan 20 liter air kencing, diaduk hingga rata dan tutup rapat dengan plastik. Masukan slang palstik (diameter 0,5 cm) sambungkan kedalam botol plastik yang sudah berisi air tawar, simpan(fermentasi) selama 15 hari.

Penggunaan:

a. Pengomposan: 1 liter MOL maja dicampur dengan 5 liter air tawar, tambahkan 1 ons gula merah dan aduk hingga rata, siramkan pada bahan organik yang akan dikomposkan hingga rata.

b. Penggunaan pada tanaman: Penyemprotan dilakukan pagi/sore hari dengan konsentrasi 400 cc ditambah

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 9

Page 10: Buku Kompos

dengan 14 liter air tawar, aduk hingga rata. Disemprotkan pada umur tanaman padi: 10 hari, 20, 30, 40 dan fase akhir pembungaan (generatif).

C. Aktivator Dekomposer Lainnya

Berbagai jenis aktivator mikroba lain yang tersedia di pasaran antara lain adalah Promi, M-Dec, Stardec dan Probion. Jika aktivator tersebut tersedia di lokasi, aktivator tersebut bisa digunakan sesuai dengan petunjuk pemakaiannya.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 10

Page 11: Buku Kompos

IV. TEKNOLOGI PEMBUATAN KOMPOS

A. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembuatan Kompos Secara Umum

Dalam pengolahan limbah menjadi kompos/ pupuk organik diperlukan berbagai bahan dan sarana pendukung pengolahan sampai terjadinya pengomposan, maka perlu perhatian terhadap:

1. Bahan kompos harus dibuat jangan terlalu besar dan terlalu lembut, jika terlalu besar bakteri pembusuk mengalami kesulitan dalam proses penghancuran dan terlalu kecil menyebabkan terjadinya pemadatan yang mengakibatkan aerasi (penghawaan) udara untuk jasad renik dan mikro-organisme akan kurang. Untuk itu bagi kulit kakao harus dilakukan pencacahan terlebih dahulu sebelum proses pengomposan dilakukan.

2. Suhu dan ketinggian tumpukan dalam proses pengomposan juga harus menjadi perhatian. Suhu yang baik berkisar antara 50-60°c dan ketinggian tumpukan yang ideal 1 - 1,5 m, sehingga dapat mengatur kelembaban (40-60%) dengan baik. Tumpukan yang terlalu rendah akan cepat terjadi penurunan panas dan sebaliknya tumpukan terlalu tinggi mempercepat pemadatan, sehingga suhu dalam timbunan menjadi tinggi dan dapat membunuh bakteri pembusuk.

3. Biang/mikroba atau starter diperlukan untuk mempercepat proses pengomposan, sehingga dapat mempercepat pengomposan dalam waktu 3 - 4 minggu, dibanding dengan pengomposan biasa tanpa menggunakan starter yang memakan waktu 12 – 14 minggu. Starter ini ada berbagai nama dari produsen mikroba, seperti probion, stardec, trichoderma, orgadec, starbio dll.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 11

Page 12: Buku Kompos

4. Serta ketersediaan nitrogen (N) yang diperlukan mikroba untuk bertumbuh dan berkembangbiak selama berlangsungnya proses dekomposisi pelapukan yang dapat bersumber dari urea maupun dari tanaman yang banyak mengandung N, seperti daun lamtoro, gliricidia, gamal, turi dan daun kacang-kacangan.

5. Pengadukan sangat diperlukan saat proses pengomposan, guna memberikan ruang udara baru dan juga untuk meratakan mikro-organisme.

6. Tempat penumpukan harus kering dan diberi naungan untuk menghindari terkena matahari langsung dan air hujan, sebaiknya naungan terbuat dari bahan yang tidak mudah keropos akibat terkena uap nitrogen.

B. Proses Pembuatan Kompos

1. Secara Anaerob

Pengomposan secara anaerob memerlukan waktu 1,5 sampai 2 bulan dan sering menghasilkan kompos dengan bau kurang sedap, karena suhu yang dihasilkan tidak terlalu tinggi sehingga tidak mematikan organisme pengganggu. Satu bak atau lubang berukuran 2 m x 1 m x 1 m dapat diproses sekitar 0,5-0,8 ton kompos yang cukup untuk memupuk sekitar 0,2 sampai 0,3 ha lahan tanaman pangan. Bahan baku yang digunakan antara lain sisa tanaman (jerami, rumput, tongkol jagung, dll.) dan pupuk kandang.

Cara Kerja:

a. Masukkan bahan baku secara berlapis-lapis mulai dengan sisa tanaman, kemudian pupuk kandang, abu sekam atau abu dapur ke dalam lubang yang berukuran 2 m x 1 m dengan kedalam 1 m, yang telah disiapkan sebelumnya yang dasarnya telah dipadatkan agar tidak terjadi rembesan air (ukuran lubang dapat disesuaikan menurut ketersediaan tenaga kerja dan bahan baku yang tersedia).

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 12

Page 13: Buku Kompos

b. Tutup bagian atas permukaan dengan tanah setebal 5-10 cm dan semprotkan air sebanyak 30 liter di atas lubang setiap 10 hari dan aduklah seluruh bahan dalam lubang setelah satu bulan pengomposan.

c. Dibiarkan berlangsung selama 1,5 – 2 bulan agar terjadi proses pengomposan dengan sempurna. Untuk mempercepat waktu pengomposan, dapat digunakan mikroba selulolitik atau lignolitik yang berperan sebagai dekomposer. Mikroba dekomposer yang dapat digunakan antara lain Biodec, Stardec, dan lain-lain.

2. Secara Aerob

Cara Kerja:

a. Bahan baku kompos disusun berlapis kemudian disiram dengan larutan mikroba hingga mencapai kebasahan 30-40%, atau dengan ciri bila dikepal dengan tangan air tidak keluar dan bila kepalan dilepas bahan baku akan mekar,

b. Bahan baku digundukkan sampai ketinggian 15 – 20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni atau karung plastik,

c. Suhu kompos diperiksa setiap hari, pertahankan suhu pada kisaran 40 – 50o C, jika suhu lebih tinggi, kompos diaduk sampai suhunya turun dan ditutup kembali,

d. Setelah 3-5 hari bahan baku sudah menjadi kompos bokashi dan siap untuk digunakan.

3. Kompos Yang Diperkaya Dengan Pupuk Buatan Pabrik

Cara Kerja:

a. Sisa tanaman ditumpuk dengan ketebalan 15 cm, kemudian ditambahkan pupuk urea dan SP-36 masing-masing 5 kg untuk tiap ton bahan yang

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 13

Page 14: Buku Kompos

dikomposkan, selanjutnya ditaruh pupuk kandang, demikian seterusnya hingga ketinggian lapisan 1,2 m.

b. Kelembaban di dalam tumpukan harus dijaga agar tetap lembab, tetapi tidak becek.

c. Setelah 3 – 4 minggu kompos perlu dibalik, d. Untuk mengetahui kenaikan suhu, digunakan tongkat

kayu kering dan halus yang ditusukkan ke dalam tumpukan kompos selama sekitar 10 menit. Apabila tongkat terasa lembab dan hangat, berarti proses pengomposan berjalan normal dan baik, namun jika tongkat kering segera siramkan air ke dalam kompos,

e. Setelah satu bulan dan suhu mulai menurun dan konstan, kompos siap digunakan.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 14

Page 15: Buku Kompos

V. PEMBUATAN KOMPOS MENGGUNAAN AKTIVATOR MIKROBA

Pembuatan kompos/pupuk organik tidak terlepas dari proses pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai atau dekomposisi berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat kompos. Penggunaan mikroba sebagai aktivator untuk memperoleh kompos dengan kualitas yang baik tergantung kepada bahan bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan. Berikut ini ada beberapa teknologi pembuatan kompos dari berbagai aktivator yang digunakan.

A. Pembuatan Kompos Menggunakan Stardec

Aktivator Stardec berisi beberapa mikroba yang berperan dalam penguraian atau dekomposisi limbah organik hingga dapat menjadi kompos. Mikroba tersebut lignolitik, selulolitik, proteolitik, lipolitik, aminolitik dan mikroba fiksasi nitrogen non-simbiotik. Mikroba dalam Stardec diperoleh dari isolasi tanah lembab di hutan, akar rerumputan dan kolon sapi.

Untuk memperoleh kompos dengan kualitas yang baik maka harus diperhatikan bahan bahan yang digunakan, cara pembuatannya, tempat pembuatannya serta lama pengomposan.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan 1 ton kompos:

- 1 ton bahan organik (pupuk kandang/limbah pertanian lain yang tersedia dilokasi).

- 2,5 kg stardec. - 100 kg serbuk gergaji (dapat diganti dengan dedak atau

bahan halus lainnya). - 100 kg abu dan 20 kg kalsit atau dolomit. Cara pengolahan aplikasi mikroba stardec:

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 15

Page 16: Buku Kompos

1. Siapkan media pengolahan kompos pada tempat terlindung atau tidak kena matahari langsung, bisa dibawah atap pondok atau dibawah pohon dengan alas atau lantai dibuat agak tinggi untuk menghindari genangan air. Pengolahan kompos juga bisa menggunakan media berbentuk lobang dengan ukuran dalam 1 m, lebar 2 m s/d 3 m dan panjangnya tergantung lokasi dan kebutuhan. Sebaiknya dibuat bangunan khusus untuk pengolahan secara berkesinambungan.

2. Campurkan bahan organik (pupuk kandang atau limbah pertanian lain) dengan serbuk gergaji, abu dan kalsit kemudian diaduk merata.

3. Buat lapisan setinggi 60 cm taburkan Stardec secara merata pada bahan dasar kompos, kemudian dilapisi lagi setinggi 60 cm dan taburkan Stardec kembali secara merata . Demikian seterusnya dialkukan sesuai dengan kapasitas bahan yang diproses.

4. Selama proses pengomposan, tambahkan air pada bahan organik untuk mempertahankan kadar air dan kelembaban tetap berkisar 50 – 60 %.

5. Tumpukan bahan tersebut dibalik seminggu sekali dengan waktu proses pengomposan selama 3-4 minggu. Jika ingin mempercepat waktu pengomposan, bisa ditambahkan pupuk urea sebanyak 2,5 kg per ton bahan organik.

6. Ciri-ciri kompos yang telah matang (dapat digunakan) yaitu warna menjadi coklat kehitaman, terjadi perubahan bentuk menjadi remah, tidak berbau, suhu tidak panas.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 16

Page 17: Buku Kompos

Gambar 1. Pencampuran Bahan-Bahan Kompos.

Ciri kompos yang telah matang (dapat digunakan):

1. Warna menjadi coklat kehitaman.

2. Terjadi perubahan bentuk menjadi remah.

3. Tidak berbau dan suhu tidak panas.

Kompos diaplikasikan pada lahan dengan cara diberikan pada jalur atau lahan yang dicangkul atau di sekitar lubang tanam sebelum tanam. Untuk pertanaman padi sawah digunakan minimal 2 ton kompos dan pertanaman jagung 2 – 4 ton kompos. Penggunaan kompos dikombinasikan dengan penggunaan 50% rekomendasi pupuk kimia. Dosis kompos pada tanaman sayuran (cabe, tomat) berkisar 10 – 20 ton/ha atau 0,5 s/d 1 kg kompos/tanaman.

Penggunaan kompos ini mulai berkembang di tingkat petani, tidak hanya untuk komoditi padi dan palawija, tetapi juga sayur-sayuran. Dengan pemakaian 0,5 s/d 1 kg kompos/ tanaman, tangkai buah cabe cenderung lebih kuat sehingga dapat mengurangi gugur bunga. Pada tanaman terung, pemberian kompos menyebabkan buah terung menjadi besar.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 17

Page 18: Buku Kompos

Gambar 2. Pemberian Pupuk Organik Pada Lahan Pertanian.

Keunggulan Kompos Stardec

Manfaat dari penggunaan kompos yang diproses dengan penambahan stardec yaitu: meningkatkan mikrobia tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan daya menahan air sehingga mempertahankan dan meningkatkan kelembaban tanah, menyediakan unsur mikro yang dibutuhkan tanaman meskipun dalam jumlah sedikit, serta meningkatkan efisiensi pemupukan (mengurangi penggunaan pupuk kimia hingga 30 – 50 %), menekan biaya penggunaan pupuk serta meningkatkan produksi.

Dengan penggunaan minimal 2 ton kompos stardec maka penggunaan pupuk kimia (Urea, SP-36 dan KCl) dapat dikurangi hingga 50%. Produksi tanaman dengan penggunaan pupuk kimia penuh (100%), tidak berbeda dengan produksi tanaman dengan penggunaan pupuk kimia 50 % ditambah kompos 2 ton/ha. Dengan demikian, modal petani untuk membeli pupuk kimia dapat ditekan. Dalam jangka panjang diharapkan produksi akan meningkat karena lahan menjadi semakin subur.

Sumber Aktivator Mikroba: PT. Lembah Hijau

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 18

Page 19: Buku Kompos

B. Pembuatan Kompos Menggunakan Trichoderma

Pada umumnya, sehabis panen padi, petani membakar jeraminya karena dianggap mengganggu dalam pengolahan lahan terutama jika menggunakan traktor. Sebagian petani meletakkan jeraminya diatas pematang-pematang, yang apabila sering hujan maka tanah pada pematang tersebut malah menjadi terbis terbawa air hujan. Petani tidak menyadari bahwa dengan pembakaran jerami, maka terjadi kehilangan bahan organik yang cukup tinggi pada lahannya pada setiap musim tanam. Disamping itu, pembakaran jerami juga menghasilkan asap dan CO2 yang kurang baik bagi kesehatan.

Di dalam jerami terdapat beberapa unsur hara yang berguna untuk tanaman seperti Nitrogen dan Kalium. Dengan membakar jerami berarti sama saja dengan membakar uang karena jerami yang dibakar tersebut sebenarnya dapat membantu menggantikan pupuk KCl sebanyak 1 sak (50 kg). Berapa rupiah yang dibakar petani karena ketidaktahuannya? Dengan mengembalikan jerami padi ke lahan sawah pada lahan-lahan dengan kesuburan sedang s/d tinggi, petani tidak perlu lagi memberikan pupuk KCl atau jika ingin memperoleh produksi yang lebih tinggi bisa di berikan pupuk KCl 25 kg/ha dan maksimal 50 kg/ha. Untuk lahan-lahan dengan kesuburan rendah pupuk KCl masih diperlukan sekitar 50 kg/ha. Jika petani menggunakan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 150 s/d 300 kg/ha maka penambahan KCl tidak diperlukan lagi.

Selain dikembalikan langsung ke lahan sawah, jerami padi dapat juga dijadikan sebagai bahan baku pembuatan pupuk organik (kompos). Cara pembuatan kompos jerami adalah sbb;

Bahan yang diperlukan:

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 19

Page 20: Buku Kompos

Jerami padi segar 1 m3 (1 m x 1 m X 1m), Urea 2 kg, SP-36 1 kg, Kapur 1 kg, pupuk kandang 20 kg dan starter trichoderma 0,5 kg.

Cara Pembuatan:

1. Jerami segar direndam selama 1 malam. Perendaman ini bertujuan agar jerami tetap lembab.

2. Bahan aktif (Urea, SP-36, kapur, pupuk kandang, starter trichoderma) dicampur dan diaduk sampai rata dan dibagi atas 4 bagian.

3. Jerami ditumpuk 1 m3 dibagi atas 4 lapisan. 4. Pada lapisan jerami pertama (¼ bagian jerami)

ditaburkan bahan aktif ¼ bagian dan dipercikkan air untuk menjaga kelembabannya.

5. Setelah itu, tumpukkan kembali lapisan jerami kedua (¼ bagian jerami) dan taburkan kembali bahan aktifnya ¼ bagian. Demikian seterusnya hingga jerami habis. Tinggi tumpukan jerami sebaiknya kurang dari 1,5 m agar memudahkan dalam pembalikannya.

6. Tutup tumpukan dengan plastik agar terlindung dari hujan dan panas, atau dapat diletakkan ditempat yang terlindung.

7. Lakukan pembalikkan tumpukan jerami setiap minggu. 8. Kelembaban tumpukan jerami dijaga agar kadar airnya

60 – 80 % dengan cara menyiram/memercikkan air (kalau diremas jeraminya maka air tidak menetes)

9. Kompos siap digunakan setelah 3 – 4 minggu.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 20

Page 21: Buku Kompos

Ciri kompos yang telah matang (dapat digunakan):

1. Berwarna coklat gelap sampai hitam, remah/gembur 2. Bersuhu dingin dan tidak berbau atau berbau daun lapuk

Mutu atau kualitas kompos:

Kualitas kompos sangat tergantung kepada teknis pembuatan di lapangan. Untuk itu beberapa hal harus diperhatikan:

1. Starter/biang trichoderma yang digunakan harus yang berkualitas baik. Trichoderma bisa diperoleh dari laboratorium BPTPH atau Dinas Pertanian setempat atau Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.

2. Pembalikan kompos dilakukan tiap minggu karena mikro-organisme pengurai jerami yaitu trichoderma perlu aerasi atau penghawaan agar dapat bekerja secara optimal.

3. Selain itu trichoderma juga memerlukan kelembaban yang tinggi untuk mengomposkan jerami.

Kandungan Beberapa Unsur Hara dalam 1 Ton Kompos Jerami Padi dengan Starter trichoderma

Dari 1 ton jerami padi dapat diperoleh ½ ton sampai 2/3 ton kompos. Dengan demikian jika kita ingin membuat 1 ton kompos, maka bahan baku jerami yang disiapkan sekitar 1,5-2 ton jerami. Kandungan beberapa unsur hara untuk 1 ton kompos jerami padi adalah: unsur makro Nitrogen (N) 2,11 %, Fosfor (P2O5) 0,64%, Kalium (K2O) 7,7%, Kalsium (Ca) 4,2%, serta unsur mikro Magnesium (Mg) 0,5%, Cu 20 ppm, Mn 684 ppm dan Zn 144 ppm.

Sumber Aktivator Mikroba:

1. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bengkulu. 2. Laboratorium Hama Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas

Bengkulu.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 21

Page 22: Buku Kompos

C. Pembuatan Kompos Menggunakan Probion Pada Limbah Kakao Dan Kotoran Ternak

Bahan:

1. Kotoran sapi dikumpulkan dengan cara mengandangkan ternak, karena ternak yang digembalakan pada siang hari kotorannya akan sulit dikumpulkan. Oleh karena itu pemeliharaan ternak yang baik adalah dengan cara dikandangkan, sehingga dapat meningkatkan manfaat dan hasil yang diperoleh dari ternak.

2. Kulit buah kakao yang terkumpul; dicacah kecil-kecil untuk mempermudah pembusukan dan penghancuran, selain itu juga dapat memberikan rongga udara yang lebih banyak untuk kebutuhan hidup mikro-organisme.

3. Sampah (rumput dan daun-daunan) kering maupun basah seperti daun kakao, sisa pakan ternak, daun bambu, dsb.

4. Sekam atau abu dari dapur maupun sisa pembakaran sekam bagus sebagai bahah campuran kompos sebagai sumber Ca.

5. Urea diperlukan bagi bakteri penghancur untuk bertumbuh.

6. Starter yang mengandung mikro-organisme dapat mempercepat proses pelapukan/pembusukan.

7. Air berfungsi untuk mempertahakan kelembaban agar mikro-organisme dapat tumbuh dengan baik.

8. Naungan atau terpal penutup tidak tembus air.

Proses pembuatan Kompos:

1. Untuk pembuatan 1 ton kompos tumpuk semua bahan kotoran sapi, kulit kakao sudah dicacah, sampah daun dan sekam abu menjadi satu. Kemudian diaduk secara merata.

2. Campuran 3 kg starter (stardec atau probion) dan 3 kg Urea diaduk sampai merata.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 22

Page 23: Buku Kompos

3. Tumpukan bahan baku kompos setebal 30 cm, kemudian taburkan campuran starter dan urea secukupnya di atas tumpukan lalu percikan air. Selanjutnya tumpukan lagi bahan baku setinggi 30 cm dan taburkan campuran starter kembali serta percikan air. Lakukan hal tersebut sampai lapisan mencapai tinggi 1 – 1,5 m atau sesuai dengan bahan baku yang ada.

4. Kemudian ditutup dengan plastik atau terpal untuk menjaga kelembabab.

5. Lakukan pembalikan tumpukan bakhan kompos tersebut setiap minggu, agar lapisan campuran tersebut berpindah. Bila kelembaban berkurang tambahkan air.

6. Selama proses pengomposan suhu akan mencapai 60° C dan akan menurun bila proses pembusukan/ pelapukan sempurna.

7. Proses pengomposan dikatakan sempurna apabila; (1) warna kompos menjadi coklat kehitaman, (2) kompos tidak berbau menyengat dan (3) kompos remah seperti tanah.

Penggunaan kompos:

1. Tanaman dibawah 5 tahun diberi 5 kg/btg/th 2. Tanaman diatas 5 tahun diberi 14 – 20 kg/btg/th 3. Pemberian kompos sebaiknya dilakukan secara bertahap

(3 - 4 tahap) tidak sekaligus.

Sumber Aktivator Mikroba: Balai Penelitian Peternakan

D. Pembuatan Kompos Menggunakan Promi

Promi adalah formula mikroba yang mengandung mikroba pemacu pertumbuhan tanaman, pelarut hara terikat tanah, pengendali penyakit tanaman, dan dapat menguraikan limbah organik pertanian/ perkebunan. Bahan aktif Promi adalah mikroba unggul asli Indonesia yang telah diseleksi dan diuji di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, yaitu Trichoderma harzianum DT 38, T. pseudokoningii DT 39, Aspergillus sp, dan mikroba pelapuk.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 23

Page 24: Buku Kompos

Penggunaan Promi sangat luas, antara lain: langsung diaplikasikan ke tanah/tanaman, untuk memperkaya kompos dengan mikroba yang bermanfaat, dan diaplikasikan pada saat pembuatan kompos limbah organik pertanian/perkebunan.

Pembuatan Kompos Limbah Organik Pertanian dengan Promi memerlukan bahan seperti Jerami, seresah, rumput-rumputan, air dan jika ada kotoran ternak/pupuk kandang.

Gambar 3. Jerami Dari Sisa Panen Padi.

Peralatan yang digunakan antara lain sabit/parang, ember/bak untuk tempat air, ember untuk menyiram aktivator, tali, cetakan dari bambu/kayu, plastik penutup, sekop garpu/cangkul.

Dosis Penggunaan Promi:

Promi terdiri dari 3 bagian, yaitu A, T ,dan Pl. Dosis Promi adalah 0,5 kg (A, T, dan Pl) untuk setiap ton bahan. A = 170 gr atau 30 sendok makan T = 170 gr atau 30 sendok makan Pl = 170 gr atau 30 sendok makan

Tahapan Pembuatan:

1. Masukkan air ke dalam bak/ember. Volume air yang diperlukan kurang lebih 300 L untuk setiap 1 m3 bahan.

2. Masukkan Promi ke dalam ember sesuai dosis yang diperlukan. Aduk hingga tercampur merata.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 24

Page 25: Buku Kompos

Gambar 4. Pengadukan Aktivator.

3. Siapkan cetakan bambu. Pasang cetakan tersebut.

Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.

Gambar 5. Cetakan Kompos Yang Dibuat Dari Bambu.

4. Masukkan satu lapis jerami ke dalam cetakan. Jika

tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 25

Page 26: Buku Kompos

Gambar 6. Memasukkan Jerami Dan Bahan Lainnya Lapis Demi Lapis Ke Dalam Cetakan Kompos.

5. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata

dipermukaan jerami. 6. Injak-injak agar jerami padat. 7. Tambahkan lagi satu lapis jerami/serasah. 8. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut

dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.

9. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.

10. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakan bambunya.

11. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastik yang telah disiapkan.

12. Ikat plastik dengan tali plastik agar tidak mudah lepas. 13. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat

lain agar plastik tidak tebuka karena angin. 14. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan

perubahan warna tumpukan jerami. 15. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga 2-

4 minggu.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 26

Page 27: Buku Kompos

Gambar 7. Tumpukan Jerami Ditutup Dengan Plastik.

Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.

Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.

Kompos jerami biasanya mengalami kekurangan air pada bagian tengahnya. Oleh karena itu perlu agar selalu memeriksa kompos pada minggu pertama. Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali.

Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 27

Page 28: Buku Kompos

terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini. Buka plastik penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalo perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambo yang diberi lubang untuk menambah aerasi.

Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain: jerami berwarna coklat kehitam-hitaman, lunak dan mudah dihancurkan, suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan, tidak berbau menyengat, dan volume menyusut hingga setengahnya.

Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.

Hasil Analisa Kompos Jerami Dan Nilai Haranya

Kompos jerami memiliki potensi hara yang tinggi. Berikut ini hasil analisa kompos jerami yang dibuat dengan promi dengan waktu pengomposan 3 minggu.

Kandungan Hara Nilai

Rasio C/N 18,88 C 35,11% N 1,86%

P2O5 0,21% K2O 5,35% Air 55%

Dari data di atas, kompos jerami memiliki kandungan hara setara dengan 41,3 kg urea, 5,8 kg SP-36, dan 89,17 kg KCl per ton kompos atau total 136,27 kg NPK per ton kompos kering.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 28

Page 29: Buku Kompos

Menurut Kim and Dale (2004) potensi jerami kurang lebih adalah 1,4 kali dari hasil panennya, sehingga kalau panen sekitar 6 kuintal GKG, maka jerami keringnya tinggal dikali dengan 1,4.

Jika jerami dibuat kompos dan rendemen komposnya adalah 60%, maka dalam satu ha sawah dapat dihasilkan 4,11 ton kompos.

Aplikasi:

Kompos yang dihasilkan adalah kompos diperkaya yang mengandung mikroba bermanfaat, yaitu: Trichoderma harzianum yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman, T. pseudokoningii yang dapat mengendalikan penyakit tanaman dan Aspergillus sp yang dapat melarutkan fosfat. Kompos diaplikasikan di tempat jerami tersebut diambil.

Gambar 8. Contoh Kemasan Promi.

Sumber Aktivator Mikroba: Koperasi Karyawan ”Puspa Kencana” BPBPI Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia. Jl. Taman Kencana No.1, Bogor.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 29

Page 30: Buku Kompos

E. Pembuatan Kompos Dengan Penggunaan MOL

Pada tahap awal, kompos dapat bersumber dari limbah pertanian pada umumnya, tetapi selanjutnya bahan dasar kompos harus bersumber pada limbah pertanian organik atau pupuk kandang yang ternaknya bebas dari aplikasi bahan kimia jika ingin menuju pertanian organik. Salah satu cara yang mudah dilakukan dan tanpa biaya adalah dengan pengembangan MOL.

Cara pembuatan kompos MOL yang dikembangkan ada 2 yaitu pengomposan dengan cara berlapis dan cara campur.

1. Pengomposan Dengan Cara Berlapis

Bahan:

Sisa tanaman, Hijauan, kotoran hewan, serbuk gergaji, kapur (CaCO3), dan MOL.

Pembuatan/Penyusunan bahan :

a. Semua bahan yang besar-besar dan panjang-panjang di potong-potong/dicincang,

b. Letakan dan susun bahan-bahan diatas tempat/ tanah yang terhindar dari genangan air.

c. Lapisan ke1 letakan/sebarkan sisa tanaman seperti jerami setebal maksimal 40 cm,

d. Sirami dengan MOL hingga bahan dalam kondisi lembab (tidak terlalu basah dan tidak kering),

e. etakan bahan organik lain dilapisan ke2 serbuk gergaji, Sirami dengan MOL,

f. Lapisan ke-3 kotoran hewan, sirami dengan MOL, g. Lapisan ke-4 bahan lainnya dan terus diikuti dengan

mol dan h. Paling atas taburi kapur dengan rata, hingga

mencapai ketinggian 1,2 m, i. Pada saat menyusun bahan letakan bambu dan pada

ruas/bukunya dilubangi agar sirkulasi udara berjalan

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 30

Page 31: Buku Kompos

dengan baik dengan jarak antara bambu yang satu dengan bambu yang lain 1 m.

j. Jika perlu tutup dengan terpal untuk menambah kelembaban agar cepat terjadi proses penghancuran oleh mikro organisme.

k. Biarkan selama 3 hari, dan lakukan pengontrolan terhadap kelembaban dan suhu udara jika terlalu panas atur suhu dengan membalikan bahan tersebut, jika terlalu basah tambahkan sekam padi, dan jika terlalu kering tambahkan MOL.

l. Selanjutnya tinggal menunggu kompos matang/jadi.

2. Pengomposan Dengan Cara Campur

Bahan:

Semua bahan yang disediakan sama dengan cara berlapis, hanya cara yang berbeda.

Pembuatan :

a. Semua bahan di campur/aduk hingga rata dan tambahkan MOL sampai benar-benar basah/lembab,

b. Simpan pada tempat yang tidak tergenang dan aman dari sinar matahari atau hujan,

c. Letakan bambu-bambu pengatur sirkulasi udara dengan jarak dari bambu ke bambu 1 m,

d. Tutup dengan terpal untuk mempercepat penghancuran oleh mikro organisme.

e. Kontrol setelah 3 hari terhadap suhu, jika terlalu panas balikan bahan-bahan tersebut, jika terlalu basah tambahkan dedak atau sekam padi dan bila terlalu kering tambahkan MOL.

f. Selanjutnya tunggu hingga kompos matang/jadi.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 31

Page 32: Buku Kompos

F. Vermikompos

Vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Vemikompos merupakan campuran kotoran cacing tanah (kascing) dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu vermikompos merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini.

Manfaat Vermikompos

1. Kompos ini mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik

2. Kompos ini berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.

3. Kompos ini mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.

4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 32

Page 33: Buku Kompos

vermikompos , sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.

5. Kompos ini banyak mengandung humus yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah. Kandungan humus pada vermikompos sebesar 13,88%. Humus merupakan suatu campuran yang kompleks, terdiri atas bahan-bahan yang berwarna gelap yang tidak larut dengan air (asam humik, asam fulfik dan humin) dan zat organik yang larut (asam-asam dan gula). Kesuburan tanah ditemukan oleh kadar humus pada lapisan olah tanah.

6. Kompos ini mengandung hormon tumbuh tanaman. Hormon tersebut tidak hanya memacu perakaran pada cangkokan. tetapi juga memacu pertumbuhan akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting-ranting baru pada batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun.

7. Kompos ini mengandung banyak mikroba tanah yang berguna. Dengan adanya mikroorganisme tersebut berarti vermikompos mengandung senyawa yang sangat diperlukan untuk meningkatkan kesuburan tanah atau untuk pertumbuhan tanaman antara lain bakteri Azotobacter sp. yang merupakan bakteri penambat N2

non simbiotik yang akan membantu memperkaya N di dalam vermikompos. Di samping itu Azotobacter sp juga mengandung vitamin dan asam pantotenat.

8. Kompos ini mempunyai struktur remah, sehingga dapat mempertahankan kestabilan dan aerasi tanah. Vermikompos mengandung enzim protease, amilase, lipase dan selulase yang berfungsi dalam perombakan bahan organik.

9. Kompos ini juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada saat tanah masuk ke dalam saluran pencernaan cacing. maka cacing akan mensekresikan suatu senyawa yaitu Ca-humat. Dengan adanya senyawa tersebut partikel-partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan dieksresikan

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 33

Page 34: Buku Kompos

dalam bentuk casting. Agregat-agregat itulah yang mempunyai kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah.

Cara Pembuatan Vermikompos

Bahan untuk pembuatan vermikompos berasal dari bahan organik seperti jerami padi kotoran ternak (sapi, kerbau, kambing, domba, ayam, kuda dan isi rumen), sampah pasar dan limbah rumah tangga.

Sebelum digunakan sebagai media atau pakan cacing tanah bahan organik tersebut difermentasi terlebih dahulu selama tiga minggu . Setelah bahan media di fermentasi dan kondisinya telah sesuai dengan persyaratan hidup bagi cacing tanah maka cacing tanah dapat mulai dibudidayakan.

Jenis cacing tanah yang dapat digunakan adalah Eisenia foetida atau Lumbricus rubellus. Budidaya dilakukan selama 40 hari, setelah itu dapat dilakukan panen cacing tanah, vermikompos dan kokon (telur).

Gambar 9. Proses Pembuatan Vermikompos.

Produksi dan Kualitas Vermikompos

Vermikompos yang dihasilkan dan usaha budidaya cacing tanah mencapai sekitar 70% dari bahan media atau pakan yang diberikan. Misalnya jumlah media atau pakan yang diberikan selama 40 hari budidaya sebanyak 100 kg maka vermikompos yang dihasilkan sebanyak 70 kg.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 34

Page 35: Buku Kompos

Kualitas vermikompos tergantung pada jenis bahan media atau pakan yang digunakan, jenis cacing tanah dan umur vermikompos.

Vermikompos yang dihasilkan dengan menggunakan cacing tanah Eisenia foetida mengandung unsur-unsur hara seperti N total 1,4-2,2%, P 0,6-0,7%, K 1,6-2,1%, C/N rasio 12,5-19,2, Ca 1,3 -1,6%, Mg 0,4-0,95, pH 6,5-6,8 dengan kandungan bahan organik mencapai 40,1 – 48,7%.

Vermikompos mengandung hormon tumbuh seperti Auksin 3,80 ììgeq/g BK. Sitokinin I,O5 ììgeq/g BK dan Giberelin 2,75 ììgeq/g BK. Sedangkan vermikompos dari cacing tanah Lumbricus rubellus mengandung C 20,20%. N 1,58%, C/N 13, P 70,30 mg/100g, K 21,80 mg/ 100g, Ca 34,99 mg/100g, Mg 21,43 mg/100g, S 153,70 mg/kg, Fe 13,50 mg/kg, Mn 661,50 mg/ kg, AI 5,00 mg/kg, Na 15,40 mg/kg, Cu 1,7 mg/ kg, Zn 33,55 mg/kg. Bo 34,37 mg/kg dan pH 6,6-7,5.

Vermikompos yang berkualitas baik ditandai dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan matang (C/N < 20).

Aplikasi Penggunaan Vermikompos

Vermikompos dapat digunakan sebagai pupuk organik tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, bunga, padi dan palawija serta untuk pemupukan rumput pada lapangan golf.

1 kg vermikompos dicampur dengan 3 kg tanah apabila digunakan untuk tanaman di dalam pot. 6-10 kg vermikompos watts setiap 10 m2 luas lahan atau 6-10 ton/ha lahan sawah. Takaran penggunaan ini sangat bergantung pada jenis tanaman dan tingkat kesuburan tanah yang akan dipupuk.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 35

Page 36: Buku Kompos

Nilai Ekonomis Vermikompos

Untuk membuat vermikompos tidak membutuhkan biaya yang mahal, peralatan dan bahan yang digunakan sederhana, tempat/lahan usaha relatif sempit, dapat dikerjakan oleh anak-anak hingga dewasa (lansia) pria atau wanita, dapat mencegah pencemaran lingkungan akibat limbah organik yang belum dimanfaatkan, teknologinya sederhana, bahan media atau pakan cacing tanah berupa limbah organik tidak dibeli. Dengan demikian dapat dijadikan sumber pendapatan baru bagi masyarakat.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 36

Page 37: Buku Kompos

VI. PENUTUP

Pupuk Kompos merupakan hasil dekomposer limbah pertanian (kotoran ternak, jerami, sisa-sisa tanaman) yang dapat dijadikan alternatif untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga pupuk kimia. Kompos atau pupuk organik berperan dalam memperbaiki struktur dan sifat fisika, kimia maupun biologis tanah. Selain itu, pupuk organik juga berperan dalam memperbaiki kesuburan lahan sehingga kesuburannya makin lama makin meningkat serta dapat mengurangi pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penumpukan limbah yang tidak termanfaatkan.

Dalam rangka menuju pertanian yang berkelanjutan, pengembalian bahan organik atau kompos ke lahan adalah merupakan suatu keharusan.

Teknologi Pembuatan Kompos (Pupuk Organik) 37