8
BERDOA DAN MENGELUH DI MEDIA SOSIAL Pertanyaan dari : Wak Basyir ([email protected]) Pertanyaan : Assalamu'alaikum Wr. Wb Dengan maraknya sosial media yang sedang hangat di lingkungan kita yaitu Facebook dan Twitter, banyak pula kejadian dan situasi yang sangat tidak pantas dan terkadang tidak penting (dibagikan di media sosial). Dengan kondisi itu banyak orang-orang yang mengeluh dan berdoa di sosial media (Facebook/Twitter). Pertanyaan saya adalah, apakah hukumnya berdoa di media sosial? Terimakasih atas perhatiannya dan mohon dijawab, agar mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Jawaban : Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berikut ini adalah jawaban dari kami. Pada dasarnya, menggunakan media sosial seperti Facebook atau Twitter termasuk perkara yang tidak disebutkan hukumnya di dalam dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah. Olehnya hukum asal menggunakan media sosial adalah mubah atau boleh. Hukumnya kemudian berubah sesuai penggunaan alat-alat tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah-kaidah di berikut; ِ م يِ رْ حَ ّ ت ل ى اَ لَ عُ ل يِ لَ ّ الدُ ّ لُ دَ ى يَ ّ تَ حُ ةَ احَ يِ " ْ الِ اءَ يْ شَ ) ْ ال ىِ * فُ لْ صَ ) ْ الArtinya : Hukum asal dari segala sesuatu adalah mubah kecuali ada dalil yang menunjukan keharamannya. (as-Suyuthi, 1983 : 133) و ل اَ ِ دِ اصَ قَ م لْ اُ امَ كْ حَ ) ا اَ هَ لُ لِ ) اَ سArtinya: Hukum alat tergantung pada hukum maksud digunakannya alat tersebut.

Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

fatwa tentang bedoa di media sosial

Citation preview

Page 1: Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial

BERDOA DAN MENGELUH DI MEDIA SOSIALPertanyaan dari :

Wak Basyir ([email protected])Pertanyaan :

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Dengan maraknya sosial media yang sedang hangat di lingkungan kita yaitu Facebook dan Twitter, banyak pula kejadian dan situasi yang sangat tidak pantas dan terkadang tidak penting (dibagikan di media sosial). Dengan kondisi itu banyak orang-orang yang mengeluh dan berdoa di sosial media (Facebook/Twitter). Pertanyaan saya adalah, apakah hukumnya berdoa di media sosial?

Terimakasih atas perhatiannya dan mohon dijawab, agar mampu menyelesaikan permasalahan yang ada.

Jawaban : Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Terima kasih atas pertanyaan Anda. Berikut ini adalah jawaban dari kami. Pada dasarnya, menggunakan media sosial seperti Facebook atau Twitter

termasuk perkara yang tidak disebutkan hukumnya di dalam dalil-dalil al-Qur’an dan Sunnah. Olehnya hukum asal menggunakan media sosial adalah mubah atau boleh. Hukumnya kemudian berubah sesuai penggunaan alat-alat tersebut. Hal ini sesuai dengan kaidah-kaidah di berikut;

د�ل� ال��د�ل�يل� ت�ى ي�� ة� ح �ب اح�� ي اء� اإل� ش� ل� ف�ي األ� ص� األ�

ر�يم� ع ل ى الت�ح�Artinya : Hukum asal dari segala sesuatu adalah mubah kecuali ada dalil yang

menunjukan keharamannya. (as-Suyuthi, 1983 : 133)

د� الو اص� ك ام� ا�لم ق ا أ ح� ائ�ل� ل ه سArtinya: Hukum alat tergantung pada hukum maksud digunakannya alat tersebut.Dengan demikian, penggunaan media sosial untuk kebaikan hukumnya boleh

bahkan menjadi dianjurkan. Begitu pula sebaliknya, apabila media tersebut dipakai untuk hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Islam, maka hukumnya menjadi terlarang, bisa pada level makruh bahkah haram. Tergantung hukum perbuatan tersebut.

Di dalam pertanyaan saudara disebutkan dua kegiatan yang dalam pengamatan saudara banyak dilakukan oleh para pengguna media sosial. Perbuatan tersebut adalah mengeluh dan berdoa. Dua hal ini sungguh sangat berbeda statusnya dalam pandangan Islam.

Mengeluh, meskipun merupakan sifat bawaan pada diri manusia, tapi ia merupakan perbuatan yang tercela. Allah berfirman dalam surah al-Ma’arij ayat 19-20 ;

ل�وع+ا ل�ق ه ان خ� �ن�س وع+ا. إ�ن� اإل� ز� ر� ج ه� الش� �ذ ا م س� إ

Page 2: Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial

Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. (QS. Al-Ma’arij : 19-20)

Syaikh al-Maraghi di dalam tafsirnya menjelaskan bahwa manusia yang tetap memelihara sifat kikir dan gemar berkeluh kesah adalah mereka yang tidak dijaga oleh Allah. Adapun mereka yang masuk alam penjagaan Allah akan mendapatkan petunjuk dan taufiq dari Allah kepada kebaikan (al-Maraghi, 1946 : 71).

Mengeluh dalam makna mengadukan kesusahan kepada Allah sebenarnya tidak masuk dalam kategori yang dicela ayat di atas. Bahkan para Nabi di dalam al-Qur’an disebutkan banyak yang mengeluhkan kesusahan hidupnya kepada Allah. Namun perlu dicatat bahwa keluhan tersebut hanya dialamtkan kepada Allah semata dan sifatnya intim antara seorang hamba dan Tuhannya. Maka mempublikasikannya di sosial media yang lalu dibaca oleh banyak orang tidaklah patut dilakukan. Allah Swt berfirman tentang salah satu Nabi-Nya, Yaqub AS;

ن أ ع�ل م� م� ن�ي إ�ل ى الل�ه� و ز� ك�و ب ث>ي و ح� ا أ ش� �ن�م ال إ ق ا ال ت ع�ل م�ون الل�ه� م

Artinya : Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya." (QS Yuusuf : 86)

Dalam penjelasannya tentang ayat ini, Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi mengutip sebuah riwayat bahwa suatu ketika orang-orang mengunjungi Ali bin Abi Thalib yang sedang sakit keras dan menanyakan mengapa beliau tidak mengeluhkan penyakitnya secara terang-terangan. Ali bin Abi Thalib RA pun menjawab, “Aku malu kepada Allah” (asy-Sya’rawi, 1997 : 7052). Dengan demikian, berkeluh kesah tentang problema hidup di sosial media merupakan perbuatan yang harus dihindari.

Perbuatan kedua yang saudara sebutkan adalah amalan yang mulia, yakni berdoa. Allah dan Rasul-Nya menganjurkan kita untuk berdoa. Bahkan mereka yang enggan berdoa kepada Allah dipandang sebagai orang sombong dan mendapatkan murka dari Allah.

ب� ل ك�م� إ�ن� ال�ذ�ين ت ج� س� ب�ك�م� اد�ع�ون�ي أ ال ر و ق

ر�ين ن�م د اخ� ه ل�ون ج ي د�خ� ب اد ت�ي س ون ع ن� ع� ت ك�ب�ر� ي س�

Artinya : Dan Tuhanmu berfirman: “Mohonlah (mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku perkenankan (permintaan) kamu itu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (berdoa pada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.(QS. Ghafir : 60)

Berdoa secara publik sehingga isi doa kita bisa diketahui oleh orang lain pun pada dasarnya tidaklah mengapa. Ada banyak hadis yang menunjukan Rasulullah dan para

Page 3: Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial

sahabat memberitahukan isi doanya, atau berdoa di depan umum sehingga isi doanya tersebut diketahui oleh orang lain. Misalnya riwayat dari Ummu Salamah berikut ini

ول الل�ه� -ص��لى س� ع�ت� ر م� ال ت� س ا ق ن�ه ة أ ل م ع ن� أ�م> سKة يب يب�ه� م�ص� ل�مM ت�ص� ا م�ن� م�س� ول� م الله عليه وسلم- ي ق�م� ون الل�ه� ع��� اج� �ل ي�ه� ر �ن�ا إ إ �ن�ا ل�ل�ه� و ه� الل�ه� إ ر م

ا أ ول� م ي ق� فا. إ�ال� ن�ه�� ا م� ر+ ي��� ف� ل�ى خ ل��� أ خ� يب ت�ى و ن�ى ف�ى م�ص��� ر� أ�ج���

ا ن�ه ا م� ي�ر+ ل ف الل�ه� ل ه� خ ة أ خ� ل م و س�� ب��� ات أ ا م ل م� ال ت� ف قMي�ت و�ل� ب

ة أ ل م ب�ى س�� رK م�ن� أ ي��� ل�م�ين خ ى� ال�م�س���

ل�ت� أ ق�ول� الل�ه� -صلى الله علي��ه وس��لم-. ث�م� س� ر إ�ل ى ر اج هه� -ص��لى الل��ه ول الل��� س� ل ف الل�ه� ل�ى ر أ خ� ا ف ل�ت�ه إ�ن>ى ق�ه� -ص��لى ول� الل��� س��� �ل ى� ر ل إ س ر�

ال ت� أ عليه وسلم-. قه� ط�ب�ن�ى ل�� ة ي خ� ب�ى ب ل�ت ع��

اط�ب ب�ن أ الله عليه وسلم- حا ا اب�ن ت�ه�� م���

ال » أ ق�� . ف Kور ا غ ي��� ن�� أ ا و ل�ت� إ�ن� ل�ى ب�ن�ت��+ ق� ف ذ�ه ب ه أ ن� ي�� و الل��� أ د�ع��� ا و ا ع ن�ه�� ن د�ع�و الل�ه أ ن� ي�غ�ن�ي ه�� ف

ة� ب�ال�غ ي�رArtinya : Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, “Saya

mendengar Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, ‘Tidaklah seorang mukmin tertimpa musibah lalu ia membaca apa yang telah diperintahkan oleh Allah, ‘Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan gantikanlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya).’ melainkan Allah akan mengganti baginya dengan yang lebih baik.” Ummu Salamah Radhiyallahu anha berkata, “Ketika Abu Salamah radhiyallahu anhu telah meninggal, saya bertanya, “Orang muslim manakah yang lebih baik daripada Abu Salamah? Dia adalah orang-orang yang pertama-tama hijrah kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Kemudian aku pun mengucapkan doa tersebut. Lalu Allah pun menggantikannya bagiku Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.” Ummu Salamah mengisahkan; Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengutus Hatib bin Abu Balta’ah melamarku untuk beliau sendiri. Lalu saya pun menjawab, “Bagaimana mungkin, aku telah mempunyai seorang anak wanita, dan aku sendiri adalah seorang pencemburu.” Selanjutnya beliau shalallahu 'alaihi wasallam pun menjawab, “Adapun anaknya, maka kita doakan semoga Allah mencukupkan kebutuhannya, dan aku mendoakan pula semoga Allah menghilangkan rasa cemburunya itu.” (HR. Muslim)

Di dalam hadis di atas, ditunjukan bahwa Ummu Salamah RA menceritakan isi doanya kepada orang yang mendengarkan hadis ini dari beliau. Hal yang sama juga pernah dipraktikan oleh Nabi Muhammad Saw ketika beliau bedoa di depan umum meminta hujan atas permintaan seorang Badui, dan banyak kejadian lagi dimana Rasulullah membiarkan isi doanya diketahui oleh orang-orang. Memposting tulisan berisikan doa di media sosial pun sebenarnya sama dengan kasus-kasus tersebut, yakni membiarkan orang lain mengetahui isi dari doa kita. Olehnya kami berpendapat bahwa boleh-boleh saja melakukannya.

Page 4: Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial

Namun demikian ada beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan terkait berdoa di sosial media. Pertama, sebaiknya doa yang diposting adalah doa-doa yang ma’tsur redaksinya di dalam al-Qur’an maupun sunnah. Selain memang lebih utama memakai doa ma’tsur, postingan berisi doa ma’tsur juga bisa berfungsi dakwah. Sangat mungkin di antara teman-teman media sosialnya ada yang belum mengetahui doa-doa tersebut sebelumnya dan baru mengetahuinya dari tulisan yang mereka lihat di media sosial. Dengan demikian, ia termasuk menunjukan kebaikan kepada sesama. Rasulullah Saw bersabda ;

ل�ه� اع� ر� ف ث�ل� أ ج� ل ه� م� ي�رM ف م ن� د ل� ع ل ى خArtinya : Siapa yang menunjukkan kebaikan, dia akan mendapatkan pahala

seperti pahala pelakunya (orang yang mengikutinya). (HR. Muslim).Kedua, di dalam doa, biasanya seorang hamba mengakui dosa-dosanya kepada

Allah sebelum meminta pengampunan. Doa semacam ini tidak seharusnya disampaikan di media sosial. Rasulullah Saw memperingatkan umatnya agar tidak menjadi al-mujahirin, yakni mereka yang menngungkap ke publik secara detail maksiat-maksiat yang telah lakukannya. Beliau bersabda ;

ة� ر اه إ�ن� م�ن الم�ج ، و ر�ين اه� ع اف+ى إ�ال� الم�ج ت�ي م� م� ك�ل� أ�

ه� ت ر د� س�� ب�ح و ق�� ، ث�م� ي�ص��� ل� ب�الل�ي�ل� ع م ال+ ج� أ ن� ي ع�م ل الر�ذ ا ة ك�� ل�ت� الب ار�ح�� ، ع م� ال ن� ا ف� : ي�� ول ي ق��� ه�، ف ه� ع ل ي��� الل���ت�ر الل�ه� ف� س� ب�ح� ي ك�ش� ي�ص� ب�ه�، و ه� ر ت�ر� د� ب ات ي س� ك ذ ا، و ق و

ع ن�ه�Artinya : Setiap umatku dimaafkan (kesalahannya) kecuali orang-orang

melakukan mujaharah (terang-terangan bermaksiat), dan termasuk sikap mujaharah adalah seseorang melakukan sebuah perbuatan dosa di malam hari, kemudian pagi harinya dia membuka rahasianya dan mengatakan, ‘Wahai fulan, tadi malam aku melakukan seperti ini, seperti ini’, padahal Allah telah menutupi dosanya. Di malam hari, Allah tutupi dosanya, namun di pagi hari, dia singkap tabir Allah pada dirinya. (HR. Bukhari).

Ketiga, apabila mereka yang berdoa di media sosial memang benar-benar berniat berdoa, maka hendaklah bahasa yang digunakan lugas, umum dan tidak terlalu dibuat bersajak-sajak. Rasulullah Saw bersabda ;

ول� الل�ه� - س� ال ت� ك ان ر ة رضى الله عنها ق ع ن� ع ائ�شع م�ن ال��د�ع اء� و ام� ب� ال�ج ت ح� صلى الله عليه وسلم- ي س�

و ى ذ ل�ك ا س� ي د ع� م وArtinya ; Dari Aisyah Radiyallahu anha, ia berkata bahwa Rasulullah saw

menyukai berdoa dengan kata-kata yang singkat dan padat makna dalam doanya dan meninggalkan yang selainnya. (HR. Abu Dawud). Syaikh Syu’aib al-Arnauth dalam catatan tahqiqnya terhadap kitab Sunan Abu Dawud menyatakan bahwa sanad hadis ini sahih.

Mب�اس ت ن�ب�ه�...ع ن� اب�ن� ع اج� ع م�ن� الد�ع اء� ف ج� ان�ظ�ر� الس� ف ل�م ه� و س� ه� ع ل ي�� ل�ى الل�� ه� ص� ول الل�� س�� د�ت� ر إ�ن>ي ع ه�� ف

Page 5: Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial

ع ل�ون إ�ال� ذ ل�ك ع ل�ون إ�ال� ذ ل�ك ي ع�ن�ي ال ي ف� اب ه� ال ي ف� ح ص� أ و

ت�ن اب ج� اال�Artinya :Dari Ibnu Abbas.. jauhilah as-saja’ dalam berdoa, karena sesungguhnya

aku mendapati Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- dan para sahabatnya tidak melakukan kecuali itu -yakni: Mereka tidak melakukan kecuali menjauhi hal itu. (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam Fathul Bari, menjelaskan makna as-saj’a sebagai untaian kalimat yang dibuat berima. Alasan dilarangnya menggunakan kalimat semacam itu di dalam doa adalah agar pikiran seseorang yang berdoa bisa lebih khusyuk. Jika seseorang terlalu fokus pada penggubahan kata-kata indah maka ia tidak bisa lagi khusyuk meminta kepada Allah. Padahal khusyuk adalah salah satu syarat penting dalam doa. (al-Asqalani, tt : 139). Jadi apabila maksud seseorang berdoa di media sosial memang hendak meminta kepada Allah, atau mengajak orang lain turut berdoa, maka hendaknya ia tidak memakai kalimat-kalimat yang dibuat indah sehingga fokus orang pun pada nilai sajaknya, bukan pada esensi permintaannya.

Keempat, dalam melakukan doa di media sosial adab-adab berdoa secara umum pun perlu diperhatikan. Menurut Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkar menyebutkan adab-adab doa antara lain; 1) kehadiran dan kesungguhan hati; 2) bertepatan dengan saat-saat yang mulia seperti ketika sujud, ketika shalat dan setelahnya; 3) menghadap kiblat, mengangkat dua tangan, mengusap wajah ketika selesai; 4) merendahkan suara dengan penuh ketundukan; 5) khusyuk; 6) tidak berhenti berdoa dan yakin bahwa doanya pasti diijabah oleh Allah; 7) betul-betul memohon, mengulangi hingga tiga kali tapi tidak meminta agar ijabahnya ditunda; 8) membuka doa dengan memuji dan berdzikir pada Allah; 9) senantiasa bertaubat atas dosa-dosa yang dilakukan, membersihkan diri dari maksiat, mengembalikan hak-hak orang lain yang diambil secara zhalim serta memenuhi perintah Allah. Poin terakhir inilah yang paling penting menurut Imam an-Nawawi. Di antara adab-adab ini ada yang sesuai dengan doa di media sosial, ada pula yang tidak. Kualitas doa tentu terletak pada penjagaan atas adab-adab ini.

KesimpulanDari penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa media sosial hanyalah alat

sehingga hukum memakainya tergantung maksud pemakaian. Apabila digunakan untuk mengeluhkan hidup tentu tidak baik. Bila digunakan untuk berdoa maka boleh saja sebab ada riwayat yang menunjukan Rasulullah Saw dan para sahabat menunjukan isi doanya kepada orang lain seperti yang terjadi ketika seseorang memposting doa di media sosial. Namun ketika seseorang hendak memposting doa di media sosial maka sebisa mungkin ia menggunakan doa ma’tsur, tidak terlalu dibuat-buat sebagai syair yang lebih mengutamakan keindahan ketimbang esensi permohonannya, dan tidak berisi pembeberan terhadap maksiat yang dilakukannya. Selebihnya berdoa di media sosial juga terikat adab-adab doa secara umum.

Page 6: Berdoa Dan Mengeluh Di Media Sosial