14
BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Pada zaman sekarang perencanaan kehamilan bisa di lakukan dengan berbagai cara berupa cara alami dengan menggunakan alat dan sebagainya. Dalam makalah ini, kelompok akan lebih memperjelas pengetahuan tentang metode sederhana dengan alat berupa kondom dan barier intra vagina. Hal ini karena kondom lebih sering di gunakan pada kalangan masyarakat yang kurang pengetahuan tentang macam-macam metode KB. B.Tujuan Pembuatan Makalah 1. Untuk mengetahui metode KB sederhana dengan alat secara mekanisme/barier. 2. Untuk mengetahui metode KB secara Barier dengan metode kondom. 3. Untuk memgetahui metode KB secara barier dengan metode barier intra vagina. 4. Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah KB.

Barierintra vagina

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Barierintra vagina

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Pada zaman sekarang perencanaan kehamilan bisa di lakukan dengan berbagai

cara berupa cara alami dengan menggunakan alat dan sebagainya. Dalam makalah ini,

kelompok akan lebih memperjelas pengetahuan tentang metode sederhana dengan alat

berupa kondom dan barier intra vagina. Hal ini karena kondom lebih sering di

gunakan pada kalangan masyarakat yang kurang pengetahuan tentang macam-macam

metode KB.

B.Tujuan Pembuatan Makalah

1. Untuk mengetahui metode KB sederhana dengan alat secara

mekanisme/barier.

2. Untuk mengetahui metode KB secara Barier dengan metode kondom.

3. Untuk memgetahui metode KB secara barier dengan metode barier intra

vagina.

4. Untuk memenuhi salah satu tugas kuliah KB.

Page 2: Barierintra vagina

BAB II

PEMBAHASAN

METODE KB SEDERHANA DENGAN ALAT SECARA

MEKANISME/BARIER

Pengertian Metode Barier

Metode kontrasepsi dengan cara menghalangi pertemuan sperma dengan sel

telur yang sifatnya sementara, yakni menghalangi masuknya sperma dari vagina

sampai kanalis servikalis.

Metode yang akan dibahas antara lain :

A. Kondom bagi pria

B. Barier intra vagina :

1. Diafragma

2. Kap serviks

3. Spons

4. Kondom bagi wanita

A. Kondom

Kondom bagi pria

Kondom adalah salah satu ala t kontrasepsi yang terbuat karet/lateks,

berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat

dandilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari

karet lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing)

atau plastic (polietelin). (Niken, dkk, 2010 : 74)

Pemakaian kondom dengan tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira abad ke-

18 di inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun 1844

Page 3: Barierintra vagina

Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet. Yang kini paling umum dipakai

ialah kondom dari karet ; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. kini telah tersedia

berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 :

539).

Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan

koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah

silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu

berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm

dan panjang lebih kurang 19 mm. kondom dilapisi dengan pelican yang mempunyai

sifat spermatisid. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).

Syarat-syarat standar yang harus dipenuhi oleh kondom :

1. Test elektronik

a. Untuk menemukan lubang kecil/”lubang jarum” pada kondom

b. Dasar test ini : karet tidak menghantarkan arus listrik

2. Test pengisian air (water volume test)

a. Untuk menemukan ada tidaknya lubang pada kondom

b. Kondom diisi dengan 300 cc air, diikat, dan diletakkan pada diletakkan pada

kertas absorbent atau kain

3. Kekuatan kondom

a. Ini merupakan factor terpenting dari kondom

b. Untuk menentukan kekuatan kondom dilakukan :

Test pengisian udara (air bust test) :

Kondom diisi dengan 20-25 liter udara

Test ini menguji kekuatan seluruh kondom

Tensile test :

Page 4: Barierintra vagina

Sebagian kecil dari kondom diregangkan dan diukur

kekuatannya sampai bagian tersebut pecah. (minimal : 200

kg/cm2)

Test ini hanya menguji sebagian dari kondom

4. “Umur” kondom (aging)

a. Dilakukan pemanasan dari kondom pada 70 ± 2 c selama 166 ± 2 jam, lalu

didiamkan pada suhu 23 ± 5 C selama 12-96 jam, lalu kondom dibuka dan

diperiksa ada tidaknya kerusakan.

5. Kemasan kondom

a. Kemasan kondom harus kedap udara karena udara dapat merusak karet.

b. Demikian pula dengan panas dan cahaya, yang bila disertai adanya udara

(O2) dapat mempercepat kerusakan karet

6. Ukuran kondom

a. Ada 2 kelas ukuran kondom :

Kelas I : panjang 160 mm. lebar 52 ± 2 mm

Kelas II : panjang 150 mm, lebar 48 ± 2 mm

b. Umumnya ukuran standar kondom adalah :

Panjang : minimal 160 mm

Lebar : 45-55 mm

Tebal : maksimal 0.07-0.16 mm

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 62-63)

Tipe kondom terdiri dari :

a. Kondom Biasa

b. Kondom Berkontur (bergerigi)

c. Kondom Beraroma

d. Kondom tidak beraroma

(Bari Saifuddin,Abdul, 2006 : MK 17)

Page 5: Barierintra vagina

Macam-macam kondom :

1. Kulit

a. Dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum)

b. Tidak meregang atau mengkerut

c. Menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama

sanggama

d. Lebih mahal

e. Jumlahnya < 1 % dari semua jenis kondom

2. Lateks

a. Paling banyak dipakai

b. Murah

c. Elastic

3. Plastik

a. Sangat tipis (0.025-0.035 mm)

b. Juga menghantarkan panas tubuh

c. Lebih mahal dari kondom lateks

Keuntungan Kondom : (Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)

1. Mencegah kehamilan

2. Memberi perlindungan terhadap PHS (Penyakit akibat hubungan seks)

3. Dapat diandalkan

Page 6: Barierintra vagina

4. relatif murah

5. Sederhana, ringan, disposable, reversible

6. Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up

7. Reversibel

8. Pria ikut secara aktif dalam program KB

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 62)

Kerugian Kondom :

1) Angka kegagalan realtif tinggi

2) Perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna

memasang kondom

3) Perlu dipakai secara konsisten, hati – hati dan terus menerus setiap sanggama

(kurang praktis)

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 60)

Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan

untuk membuat karet. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539).

Kontra Indikasi Kondom :

1. Absolut

a) Pria dengan ereksi yang tidak baik

b) Riwayat syok septik

c) Tidak bertanggung jawab secara sexual

d) Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual

Page 7: Barierintra vagina

e) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual

2. Relatif

a) Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 65)

Indikasi:

I.Pria :

1. Penyakit genitalia

2. Sensitivitas penis terhadap secret vagina

3. Ejakulasi premature

II.Wanita :

1. Vaginistis, termasuk yang dalam pengobatan.

2. Kontra indikasi terhadap kontrasepsi oral dan IUD, sedangkan pemasangan

diafragma atau kap serviks secara anatomis atau psikologis tidak memungkinkan.

3. Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan di dalam vagina.

4. Metode temporer :

a. Belum mengadakan sanggama secara teratur

b. Selama haid

c. Selama mid-siklus pada pemakaian IUD

d. Selama siklus peretama dari kontrasepsi oral dosis-rendah

Page 8: Barierintra vagina

e. Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar/tepat

f. Selama periode awal post-partum

g. Keengganan psikologis untuk bersentuhan dengan semen

h. Keengganan psikologis atau religious untuk menggunakan suatu

kontraseptivum

III.Pasangan pria dan wanita :

1. Pengendalian diri dari pihak pria lebih diutamakan

2. Sanggama yang jarang

3. Penyakit kelamin (aktif atau tersangka)

4. Herpes genitalis atau kondiloma akuminata

5. Urethritis karena sebab apapun, termasuk yang sedang dalam terapi

6. Sistitis, disuria atau pyuria, sampai penyebabnya ditegakkan

7. Metode sementara sebelum menggunakan kontrasepsi oral atau IUD

(Hartanto,Hanafi, 2004 : 61)

Cara Penggunaan Kondom Pria :

1) Pegang bungkus kondom dengan kedua belah tangan, lalu dorong kondom dengan jari

ke posisi bawah. Tujuannya agar tidak tersobek saat membuka bungkusannya.

Selanjutnya sobek bagian atas bungkus kondom.

Page 9: Barierintra vagina

2) Dorong kondom dari bawahagar keluar dari bungkusnya, kemudian pegang kondom

dan perhatikan bagian yang menggulung harus berada disebelah luar.

3) pencet ujung kondom dengan ibu jari dan telunjuk agar tidak ada udara yang masuk

dan letakkan pada kepala penis.

4) pada saat kondom dipasang, penis harus dalam keadaan tegang (ereksi). Pasanglah

kondom dengan menggunakan telapak tangan untuk mendorong gulungan kondom

hingga pangkal penis (jangan menggunakan kuku karena kondom dapat robek).

5) Setelah ejakulasi, cabut penis dari vagina ketika masih ereksi, dan tahan kondom di

pangkal penisdengan jari agar kondom tidak lepas dan tidak meninggalkan air mani di

vagina.

6) Setelah menggunakan, ikat kondom agar cairan sperma tidak keluar. Kondom bekas

langsung dibuang ketempat yang bseharusnya, untuk mencegah mengkontaminasi

orang lain, terutama anak-anak.

(Niken,dkk, 2010 : 77)

Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian dalam

penggunaannya. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 539)

B.Barier Intra-vaginal

Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita

dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. (Hartanto, Hanafi, 2004

: 57)

Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :

1) Mencegah kehamilan

Page 10: Barierintra vagina

2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks

(Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)

Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :

1) Angka kegagalan relatif tinggi

2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya

3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama.

(Hartanto, Hanafi, 2004 : 57)

Macam-macam Barier Intra-Vaginal :

1) Diafragma (Diaphragma)

2) Kap Serviks (Cervical cap)

3) Spons (Sponge)

4) Kondom Wanita

Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal

harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas

metode ini, antara lain:

a) Paritas

b) Frekuensi sanggama

Page 11: Barierintra vagina

c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar

d) Kebiasaan-kebiasaan akseptor

e) Motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan

(Hartanto, Hanafi, 2004 : 67)

Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang

menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom

SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam pemakaiannya.

Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri Staphylococcus

aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang memakai tampon (intra-

vaginal) selama haid. (Hartanto, Hanafi, 2004 : 67-68)

Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-instruksi untuk

mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom SyokToksik :

1. Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya

2. Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam

3. Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada perdarahan

per-vaginam, atau adanya vaginal discharge abnormal (pakailah kondom)

4. Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6 – 12 minggu sebelum menggunakan metode

Barier Intra-vaginal, (pakailah kondom)

5. Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :

a. Demam

b. muntah

Page 12: Barierintra vagina

c. Diarrhoe

d. Nyeri otot tubuh

e. rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)

6. Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis

7. Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.

(Hartanto, Hanafi, 2004 : 68)

I. Diafragma (Diaphragma)

Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk

pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dalam bentuk aslinya,

diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakkan

selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji

; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome). (Prawirohardjo,

Sarwono, 2009 : 541).

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)

yang diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup

serviks. (Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21)

Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila

sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan

Page 13: Barierintra vagina

spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak boleh dikeluarkan

selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan,

diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai,

lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi. (Hartanto,Hanafi, 2004 : 72-73)

Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter

antara 55 sampai 100 mm. Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-

masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan

secara individual. (Prawirohardjo, Sarwono, 2009 : 541).

Cara Kerja sebagai berikut :

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi

bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida. (Bari

Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21)

Manfaat nya ada 2 yaitu :

1. Manfaat kontrasepsi

a. Efektif bila digunakan dengan benar

b. Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien

c. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6

jam sebelumnya

d. Tidak menggangu kesehatan klien

e. Tidak mempunyai pengaruh sistemik

Page 14: Barierintra vagina

2. Manfaat non kontrasepsi

a. Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila

digunakan dengan spermisida.

b. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.

(Bari Saifuddin, Abdul, 2006 : MK-21,22)

Kerugian Diafragma :

1. Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai

Posted 17th April 2012 by taman baca nya bidan

0

Add a comment

Loading

Send feedback