29
Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Irigasi disuatu tempat tertentu amatlah dibutuhkan, mengingat mata pencaharian penduduk dan pengadaan pangan merupakan salah satu hal yang vital dan perlu diperhatikan lebih jauh. Umumnya negara Republik Indonesia merupakan negara pertanian (Agraris), yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Pada bulan-bulan tertentu, terutama pada musim kemarau, sawah-sawah mulai mengering karena kekurangan air, bahkan tidak ada air sama sekali. Juga pada bulan- bulan tertentu curah hujan begitu sering, dapat menggenangi sawah dan menjadi permasalahan bagi para petani yang menggantungkan hidup mereka. Oleh karena itu, analisa yang tepat dan akurat amatlah perlu dilakukan dalam merencanakan sistem irigasi yang efektif dan efisien, sehingga peranan jaringan irigasi menjadi sangat penting bagi kehidupan para petani, karena merupakan sarana yang sangat membantu dalam menyediakan kebutuhan air untuk mengairi sawah. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari Perencanaan Irigasi mengenai analisa kebutuhan air irigasi ini adalah untuk memahami Septian Eko Putra (0704101010081)

BANGAI NFR JILID pertama.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perencanaan Irigasi disuatu tempat tertentu amatlah

dibutuhkan, mengingat mata pencaharian penduduk dan

pengadaan pangan merupakan salah satu hal yang vital dan perlu

diperhatikan lebih jauh. Umumnya negara Republik Indonesia

merupakan negara pertanian (Agraris), yang sebagian besar

penduduknya adalah petani. Pada bulan-bulan tertentu, terutama

pada musim kemarau, sawah-sawah mulai mengering karena

kekurangan air, bahkan tidak ada air sama sekali. Juga pada

bulan-bulan tertentu curah hujan begitu sering, dapat

menggenangi sawah dan menjadi permasalahan bagi para petani

yang menggantungkan hidup mereka.

Oleh karena itu, analisa yang tepat dan akurat amatlah

perlu dilakukan dalam merencanakan sistem irigasi yang efektif

dan efisien, sehingga peranan jaringan irigasi menjadi sangat

penting bagi kehidupan para petani, karena merupakan sarana

yang sangat membantu dalam menyediakan kebutuhan air untuk

mengairi sawah.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Perencanaan Irigasi mengenai analisa

kebutuhan air irigasi ini adalah untuk memahami bagaimana

proses dan tahapan dalam merencanakan kebutuhan air di sawah

untuk tanaman padi maupun palawija.

Tujuan dari Perencanaan Irigasi mengenai analisa

kebutuhan air irigasi ini adalah agar dapat merencanakan analisis

hidrologi mengenai besarnya kebutuhan air di sawah untuk

tanaman padi dan palawija.

1.3 Deskripsi dan Data Perencanaan

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 2: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 2

Lokasi yang dipilih dalam perencanaan ini ialah di daerah

Blang Bintang Aceh Besar. Secara geografis daerah irigási

tersebut terletak pada posisi 050 05’ LU.

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Evapotranspirasi Potensial

Menurut Anonim (1986), besaran evapotranspirasi potensial

yang terjadi dapat dihitung dengan menggunakan metode

Penman Modifikasi, yang mana harga ET0 mengacu pada tanaman

acuan yaitu rerumputan pendek. Besarnya evapotranspirasi yang

terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor klimatologi sebagai

berikut :

- Temperatur udara

- Kelembaban udara

- Kecepatan angin

- Penyinaran matahari

Persamaan Penman Modifikai dirumuskan sebagai berikut

(Doorenbos, 1977) :

......................... (3.1)

....................................................... (3.2)

................................................ (3.3)

........................................... (3.4)

..................................................... (3.5)

................................................................ (3.6)

dengan :

ET0 = evapotranspirasi potensial (mm/hari);

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 3: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 3

c = faktor perkiraan dari kondisi musim;

W = faktor temperatur;

Rn = radiasi;

Rs = harga radiasi matahari;

Rn1 = radiasi gelombang panjang netto;

Ra = radiasi matahari yang didasarkan pada letak

lintang;

N = lamanya penyinaran matahari rerata yang mungkin

terjadi;

f(T) = faktor yang tergantung pada temperatur;

f(ed) = faktor yang tergantung pada uap jenuh;

f(n/N) = faktor yang tergantung pada jam penyinaran

matahari;

n = penyinaran matahari yang diperoleh dari data

terukur (jam/hari);

U = kecepatan angin (km/hari);

RH = kelembaban relatif (%).

2.2 Kebutuhan Air Irigasi

2.2.1 Menentukan waktu dan kebutuhan air untuk

persiapan lahan

Menurut Anonim (1986) faktor-faktor penting yang

menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :

- Tersedianya tenaga kerja dan alat untuk penyiapan lahan

- Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia

cukup waktu untuk menanam padi

Jangka waktu penyiapan lahan untuk petak tersier yang

dikerjakan dengan traktor secara luas diambil satu bulan dan

untuk jangka waktu penyiapan lahan yang tidak dikerjakan

dengan traktor diambil 1,5 bulan.

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 4: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 4

Kebutuhan air untuk penyiapan lahan dipengaruhi oleh

porositas tanah di sawah. Untuk tanah bertekstur berat tanpa

retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200

mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah.

Pada permulaan transplantasi (pemindahan bibit ke petak sawah)

tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah

transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm.

Secara keseluruhan lapisan air yang diperlukan 250 mm untuk

penyiapan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi

selesai. Pada lahan yang dibiarkan bera atau tidak digarap dalam

jangka waktu 2,5 bulan atau lebih, maka lapisan air yang

diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, 250 mm

untuk penyiapan lahan dan 50 mm untuk penggenangan setelah

transplantasi.

2.2.2Kebutuhan air irigasi tanaman padi

Menurut Anonim (1986), kebutuhan air bersih di sawah

untuk tanaman padi dapat dihitung dengan dua rumus:

- Kebutuhan bersih air di sawah saat penyiapan lahan :

NFR = IR – Ref.......................................................... (3.7)

- Kebutuhan bersih air di sawah saat sesudah penyiapan lahan:

NFR = ETc + P – Ref +WLR...................................... (3.8)

dengan :

NFR = kebutuhan bersih air untuk padi (mm/hari);

IR(LP) = kebutuhan air untuk penyiapan lahan

(mm/hari);

Ref = curah hujan efektif (mm/hari);

ETc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari);

P = perkolasi (mm/hari);

WLR = penggantian lapisan air (mm/hari).

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 5: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 5

2.2.3Kebutuhan air selama penyiapan lahan

Menurut Anonim (1986), pada umumnya waktu untuk

penyiapan lahan berkisar antara 30 dan 45 hari. Besarnya

kebutuhan air selama penyiapan lahan dihitung dengan metode

yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Ziljlstra. Metode

tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama

periode penyiapan lahan. Rumus tersebut sebagai berikut :

IR = .............................................................. (3.9)

M = Eo + P ............................................................. (3.10)

k = ................................................................. (3.11)

dengan :

IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan (mm/hari);

M = kebutuhan air untuk mengganti/mengkonpensasi

air yang hilang

akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang telah

di jenuhkan

(mm/hari);

Eo = evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo

selama

penyiapan lahan (mm/hari);

P = perkolasi (mm/hari);

k = parameter fungsi dari air yang diperlukan untuk

penjenuhan

waktu penyiapan lahan dan kebutuhan air untuk

lapisan

pengganti;

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 6: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 6

T = jangka waktu penyiapan lahan (hari);

S = kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan

lapisan air

(mm);

e = 2,7182818

2.2.4Curah hujan efektif

Curah hujan efektif adalah curah hujan andalan yang jatuh

di suatu daerah dan digunakan tanaman untuk pertumbuhannya.

Penentuan curah hujan efektif didasarkan untuk setiap setengah

bulanan, yaitu merupakan hujan 70 % dari hujan berpeluang

terpenuhi 80 % atau berpeluang gagal 20 % (Anonim, 1986) :

Ref = .............................. (3.12)

Pr = ........................................................ (3.13)

dengan :

Ref = curah hujan efektif (mm/hari);

Re80 % = hujan setengah bulanan berpeluang terpenuhi

80 % (mm);

Pr = probabilitas (%);

m = nomor urut data setelah diurut dari besar ke

kecil;

n = jumlah tahun data.

2.2.5Kebutuhan air tanaman

Menurut Anonim (1986), kebutuhan air tanaman dapat

dihitung dengan menggunakan rumus :

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 7: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 7

ETc = Kc x ETo ........................................................ (3.14)

dengan :

ETc = kebutuhan air konsumtif (mm/hari);

Kc = koefisien tanaman padi;

ETo = evapotranspirasi potensial (mm/hari).

2.2.6Perkolasi

Menurut Anonim (1986), laju perkolasi untuk tanaman

palawija sama dengan tanaman padi, pada daerah yang

mempunyai tanah lempung diperkirakan berkisar 1-3 mm/hari.

Tanah yang banyak mengandung pasir, laju perkolasi dan

rembesan dapat mencapai angka yang lebih tinggi.

2.2.7Penggantian lapisan air

WLR (Water Losses Requirement) setinggi 50 mm dilakukan

dua kali, yaitu satu bulan setelah pemindahan bibit ke petak

sawah (transplantasi) dan dua bulan setelah transplantasi.

Penggantian lapisan air dilakukan setelah proses pemupukan

dilakukan. Oleh karena itu jadwal penggantian air sangat

dipengaruhi oleh umur tanaman padi (Anonim , 1986).

Penggantian lapisan air dapat diberikan selama setengah bulan

yaitu 50 mm dibagi setengah bulan (15 hari) sebesar 3,3 mm/hari

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 8: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 8

dan selama satu bulan yaitu 50 mm dibagi satu bulan (30 hari)

sebesar 1,7 mm/hari.

2.2.8Pola tanam

Pola tanam disesuaikan dengan daerah studi. Pola tanam

adalah penggantian berbagai jenis tanaman yang ditanam dalam

waktu tertentu. Musim tanam adalah penentuan waktu untuk

melakukan penanaman. Penentuan waktu untuk satu kali tanam

ditentukan oleh umur dan jenis tanaman (Anonim , 1986).

2.2.9Kebutuhan pengambilan

Kebutuhan pengambilan untuk tanaman adalah jumlah

debit air yang dibutuhkan oleh satu hektar sawah untuk menanam

padi atau palawija. Kebutuhan pengambilan ini dipengaruhi oleh

efisiensi irigasi. Efisiensi irigasi ini adalah air hilang akibat dari

bocoran (rembesan) dan penguapan di dalam saluran pada saat

air mengalir (Anonim, 1986). Kebutuhan pengambilan dihitung

dengan rumus sebagai berikut :

DR = ......................................................... (3.15)

dengan :

DR = kebutuhan pengambilan (l/dtk/ha);

NFR = kebutuhan bersih air di sawah (mm/hari);

ef = efisiensi irigasi total (65%);

= angka konversi satuan mm/hari menjadi l/dtk/ha.

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 9: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 9

2.2.10 Debit pengambilan

Debit pengambilan ditentukan oleh kebutuhan pengambilan

dan luas daerah yang akan diairi. Debit pengambilan dapat

dihitung dengan rumus (Anonim , 1986) :

............................................................... (3.16)

dengan :

Qp = debit pengambilan (m3/dtk);

DR = kebutuhan pengambilan (l/dtk/ha);

A = luas areal sawah (ha).

2.3 Curah Hujan Rencana

Curah hujan rancangan dihitung dengan metode Log

Pearson Tipe III. Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil

transformasi dari distribusi Parson Tipe III dengan menggantikan

data menjadi nilai logaritmatik. Persamaan distribusi Log Pearson

Tipe III dapat ditulis sebagai berikut :

Log Xt = Log X + ( G x S )

Keterangan :

Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)

Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil

pengamatan (mm)

S = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil

pengamatan

=

G = Faktor Frekuensi Distribusi Pearson III yang dipengaruhi oleh Cs, dari tabel.

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 10: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 10

BAB III

HASIL

3.1 Contoh –contoh perhitungan

A. Cara Perhitungan Curah Hujan Efektif:

a) Urutkan data dari terbesar ke terkecil

b) Hitung probabilitas (peluang) terpenuhi dengan rumus

%1001x

n

mPr

Dimana:

rP = Probabillitas, %

m = nomor urut data setelah diurut dari besar ke kecil

n = jumlah tahun data

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 11: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 11

c) Tentukan hujan efektif

1. Untuk padi

Re = 0,70 x

2. Untuk palawija

Re = 0,70 x

Dimana:

Re = hujan efektif, mm/hari

(setengah bulanan) = hujan setengah bulanan

berpeluang terpenuhi 80%, dalam satuan mm.

Contoh Pada Bulan Januari (1):

1. Untuk padi

JAN (1)Pr =

m/(n+1)

32,8 72,73

26,4 81,82

=

= 27,680 mm

=

= 1,292 mm/hari

2. Untuk palawija

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 12: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 12

Jan (1)Pr =

m/(n+1)

67,9 45,45

56 54,55

=

= 61,950 mm

=

= 2,891 mm/hari

B. Cara Perhitungan Evapotranpirasi Potensial:

Contoh perhitungan pada bulan januari :

a) Faktor c

Dari data yang ada tidak ada data yang membedakan

kecepatan angin pada siang hari atau malam hari, maka

nilai c dianggap 1.

b) Hitung perbedaan tekanan uap (ea-ed)

Berdasarkan nilai temperatur udara rata-rata (Tmean):

ea = karena suhunya terletak pada 25,7 ºC, jadi untuk nilai

(ea = 33,03mbar)

di tabel, perlu diinterpolasi lagi.

Temp 0 1 2 3 4 5 6 7 9 10

Ea(mba 6.10 6.60 7.10 7.60 8.10 8.70 9.80 10.0 10.7 11.5 12.3

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 13: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 13

r) 0 0 0 0

Temp 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

Ea(mba

r)

13.1

0

14.0

0

15.0

0

16.1

0

17.0

0

18.2

0

19.4

0

20.6

0

22.0

0

23.4

0

24.9

0

Temp 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32

Ea(mba

r)

26.4

0

28.1

0

29.8

0

31.7

0

33.6

0

35.7

0

37.8

0

40.1

0

42.4

0

44.6

0

47.6

0

Temp 33 34 35 36 37 38 39        

Ea(mba

r)

50.3

0

53.2

0

56.2

0

59.4

0

62.8

0

66.3

0

69.9

0        

ed = Rh x ea, dengan Rh = 80,7 %

ed = 0,807 x 33,03 = 26,655 mbar

(ea-ed) = 33,03 – 26,655 = 6,375 mbar

c) Hitung fungsi kecepatan angin f(u) :

f(u) = 0,27 x

Dimana:

u = kecepatan angin harian rata-rata dalam satuan km/hari

yang diukur pada ketinggian 22 m dpl.

U bulan januari = 4,8 x 24 = 115,2 km/hari

f(u) = 0,27 x

= 0,581

d) Faktor pembobot (W)

Dihitung dengan menggunakan tabel dengan cara

interpolasi dilihat dari nilai T dan Z yang terdapat dalam

soal.

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 14: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 14

Tabel nilai faktor pembobot:

Tabel Nilai Faktor Pembobot (W)          

Tempt 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Ketinggi

an                  

0

0.4

3

0.4

6

0.4

9

0.5

2

0.5

5

0.5

8

0.6

1

0.6

4

0.6

6

0.6

9

500

0.4

4

0.4

8

0.5

1

0.5

4

0.5

7

0.6

0

0.6

2

0.6

5

0.6

7

0.7

0

1000

0.4

6

0.4

9

0.5

2

0.5

5

0.5

8

0.6

1

0.6

4

0.6

6

0.6

9

0.7

1

2000

0.4

9

0.5

2

0.5

5

0.5

8

0.6

1

0.6

4

0.6

6

0.6

9

0.7

1

0.7

3

Tempt 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40

Ketinggi

an                  

0

0.7

1

0.7

3

0.7

5

0.7

7

0.7

8

0.8

0

0.8

2

0.8

3

0.8

4

0.8

5

500

0.7

2

0.7

4

0.7

6

0.7

8

0.7

9

0.8

1

0.8

2

0.8

4

0.8

5

0.8

6

1000

0.7

3

0.7

5

0.7

7

0.7

9

0.8

0

0.8

2

0.8

3

0.8

5

0.8

6

0.8

7

2000

0.7

5

0.7

7

0.7

9

0.8

1

0.8

2

0.8

4

0.8

5

0.8

6

0.8

7

0.8

8

T bulan januari = 25,7 ºC

Ketinggian = 22 m dpl

W =

Untuk ketinggian pada tabel = 0

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 15: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 15

W(a) =

= 0,747

Untuk ketinggian pada tabel = 500

W(b) =

= 0,757

Untuk ketinggian = 22 m dpl

W =

W =

W = 0,747

e) Pengaruh temperatur f(T) terhadap Rn1

f(T) dicari dengan cara interpolasi:

Tabel Pengaruh Temp f(T) thp Rn1          

Tem

p 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

F(T)

11.0

0

11.4

0

11.7

0

12.0

0

12.4

0

12.7

0

13.1

0

13.5

0

13.8

0

14.2

0

                   

Tem

p 20 22 24 26 28 30 32 34 36

F(T)

14.6

0

15.0

0

15.4

0

15.9

0

16.3

0

16.7

0

17.2

0

17.7

0

18.1

0

T bulan januari = 25,7 ºC

f(T) =

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 16: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 16

f(T) =

= 15,825

f) Pengaruh tekanan uap f(ed) terhadap Rn1

f(ed) dicari dengan cara interpolasi:

Tabel Pengaruh Tek. Uap f(ed) thp

Rn1          

Ed(mbar) 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24

f(ed)

0.2

3

0.2

2

0.2

0

0.1

9

0.1

8

0.1

6 0.15 0.14

0.1

3

0.1

2

`                

Ed(mbar) 26 28 30 32 34 36 38 40

f(ed)

0.1

2

0.1

1

0.1

0

0.0

9

0.0

8

0.0

8 0.07 0.06

ed bulan januari = 26,655 mbar

f(ed) =

f(ed) = = 0,12.

g) Pengaruh tekanan uap f(n/N) terhadap Rn1

f(n/N) dicari dengan cara interpolasi:

Tabel pengaruh penyinaran matahari f(n/N)

thp Rn1          

n/N 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35

0.4

0

0.4

5

0.5

0

f(n/N) 0.10 0.15 0.19 0.24 0.28 0.33 0.37 0.42

0.4

6

0.5

1

0.5

5

`                    

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 17: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 17

n/N 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85 0.90

0.9

5

1.0

0

f(n/N) 0.60 0.64 0.69 0.73 0.78 0.82 0.87 0.91

0.9

6

1.0

0

n/N bulan januari = 0,56

f(n/N) =

f(n/N) =

= 0,606

h) Rs = Radiasi matahari yang sampai ke bumi

Rs = (0,25 + 0,50 x n/N) x Ra

Rs = (0,25 + 0,50 x 0,56) x 14,100

Rs = 7,452 mm/hari

Note: untuk nilai Ra dilihat dari tabel, karena koordinatnya

terletak pada 05º 05’ LU, maka untuk mendapatkan nilai Ra perlu

dinterpolasi.

Ra =

= 14,100

i) Rns = Radiasi bersih matahari gelombang pendek

α = Albedo atau persentase radiasi yang dipantulkan,

untuk tanaman acuan pada rumus penman modifikasi

diambil α = 0,25

Rns = (1 - α ) x Rs

Rns = (1-0,25) x 7,452

Rns = 5,592 mm/hari

j) Rn1 = f(t) x f(ed) x f(n/N)

Rn1 = 15,825 x 0,117 x 0,606

Rn1 = 1,122 mm/hari

k) Rn = Rns - Rn1

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 18: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 18

Rn = 5,592 – 1,122

= 4,470 mm/hari

l) Tidak ada data yang membedakan kecepatan angin pada

siang hari dan malam, maka nilai c dianggap 1.

m)ET0 = c x [W x Rn + (1-W) x f(u) x (ea-ed)]

ET0 = 1 x [0,747 x 4,470 + (1 - 0,747) x 0,581 x (6,375)]

ET0 = 4,277 mm/hari = 132,579 mm/bulan.

C. Perhitungan kebutuhan air tanaman (NFR):

C.1 Kebutuhan air di sawah pada saat penyiapan lahan untuk

padi.

Contoh perhitungan pada 1 Januari:

a) P = 2 mm/hari

b) E0 = 1,1 x ET0 ; ET0 = 4,277 mm/hari

= 1,1 x 4,277 = 4,704 mm/hari

c) M = E0 + P

= 4,704 + 2 = 6,704 mm/hari

d) K = = 0,805 mm/hari

e) IR =

= = 12,130 mm/hari

f) ETc = IR

Pada bulan januari (1) masih termasuk persiapan lahan.

g) NFR = IR-Re (untuk LP)

= 12,130 – 1,292

= 10,839 mm/hari

Dimana:

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 19: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 19

IR = kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm/hari

M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat

evaporasi dan

Perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan tanahnya,

mm/hari

E0 = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 ET0, mm/hari

ET0 = evapotranspirasi potensial tanaman acuan (dihitung

dengan rumus

Penman Modifikasi), mm/hari

P = perkolasi, mm/hari

T = jangka waktu penyiapan lahan, hari

S = jumlah air untuk penjenuhan dan lapisan air.

C.2 Kebutuhan air di sawah untuk padi setelah penyiapan lahan.

Contoh perhitungan pada 1 Februari.

a) P = 2 mm/hari

b) E0 = 1,1 x ET0 ; ET0 = 4,672 mm/hari

= 1,1 x 4,672 = 5,139 mm/hari

c) ETc = ET0 x Kc ; Kc= 1,100

= 4,672 x 1,100 = 5,139 mm/hari

d) NFR = ETc + WLR + P –Re

Re =1,699 mm/hari ; WLR = 1,667

NFR = 5,139 + 1,667 + 2 – 1,699 = 7,108 mm/hari.

C.3 Kebutuhan air di sawah untuk tanaman Palawija jenis

Kedelai.

Contoh perhitungan pada 1 Mei.

a) P = 2 mm/hari

b) E0 = 1,1 x ET0 ; ET0 = 4,982 mm/hari

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 20: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 20

= 1,1 x 4,982 = 5,481 mm/hari

c) ETc = ET0 x Kc ; Kc= 0,750

= 4,982 x 0,750 = 3,737 mm/hari

d) NFR = ETc + P –Re

Re =3,568 mm/hari

NFR = 3,737 + 2 – 3,568 = 2,169 mm/hari.

Dimana :

ETc = kebutuhan air untuk penggunaan konsumtif tanaman,

mm/hari

kc = koefesien tanaman

NFR = kebutuhan bersih air sawah, mm/hari

WLR = kebutuhan air untuk penggantian lapisan air, mm/hari

D. Perhitungan kebutuhan Pengambilan (DR):

Contoh perhitungan pada 1 Februari.

e) DR =

= = 1,349 lt/dt/ha.

E. Perhitungan Debit Pengambilan (Qp):

Contoh perhitungan pada 1 Februari.

Dengan diasumsikan nilai A = 500 ha.

f) Qp =

=

= 0,674 m3/det

Dimana :

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 21: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 21

DR = kebutuhan pengambilan, l/det/ha

ef = efesiensi irigasi (= 0,65)

= angka konfersi satuan mm/hari menjadi l/det/ha

QP = debit kebutuhan irigasi, m3/det

A = luas areal irigasi, ha

= angka konfersi satuan liter ke m3.

F. Perhitungan Curah Hujan Rencana

Diketahui :

Tahun R24 Log R24

1990 293,6 2,468 Nilai G

1991 270,4 2,432   2 5 10 20 50 100

1992 222,3 2,347 0,800 -0,132 0,780 1,336 1,839 2,453 2,891

1993 601,8 2,779 0,900 -0,148 0,769 1,339 1,859 2,498 2,957

1994 401,9 2,604              

1995 221,3 2,345 0,820 -0,135 0,778 1,337 1,843 2,462 2,904

1996 566,4 2,7531997 291 2,4641998 194 2,2881999 270,2 2,432

Log X = {∑(log R24)}/10 = 2,491 (dari data rancangan)

Cs = 0,820

S =

= 0,169

Untuk periode ulang 20 tahun. (G = 1,843)

Log Xt = Log X + ( G x S )

Log Xt = 2,491 + (1,843 x 0,169)

Log Xt = 2,802

Xt = ln (2,802)

Xt = 634,190 mm.

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 22: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 22

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Dirwan, 2008, Irigasi, Banda Aceh.

2. Anonim, 1986, Standar Perencanaan Irigasi (KP-01), Jakarta.

3. Anonim 2, 1986, Standar Perencanaan Irigasi (KP-02), Jakarta.

4. Harto Br, Sri, 2000, Hidrologi, Penerbit Nafiri Offset,

Yogyakarta.

Septian Eko Putra (0704101010081)

Page 23: BANGAI NFR JILID pertama.doc

Perencanaan Irigasi dan Bangunan Air 23

Septian Eko Putra (0704101010081)