23
9 BAB II MANAJEMEN IRIGASI DAN DRAINASE PERKEBUNAN KELAPA SAWIT Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah. 2.1 Irigasi Pembibitan Kelapa Sawit Tercukupinya kebutuhan air untuk penyiraman bibit merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembibitan. Dengan tercukupinya kebutuhan air maka dapat dihindari terjadinya stress pada bibit akibat kekurangan air. Setiap hektar pembibitan dalam waktu dua hari memerlukan lebih kurang 125.000 liter air atau equivalen dengan curah hujan sebanyak 12,5 mm Secara garis besar ada 3 macam sistem pengairan yang digunakan di pembibitan, yaitu : 1. Sitem manual 2. Sistem Sprinkler 3. Sistem Selang Politen Perforasi

BAB II lap pkl new

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II lap pkl new

9

BAB II

MANAJEMEN IRIGASI DAN DRAINASE PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah.

2.1 Irigasi Pembibitan Kelapa Sawit

Tercukupinya kebutuhan air untuk penyiraman bibit merupakan faktor utama untuk keberhasilan pembibitan. Dengan tercukupinya kebutuhan air maka dapat dihindari terjadinya stress pada bibit akibat kekurangan air. Setiap hektar pembibitan dalam waktu dua hari memerlukan lebih kurang 125.000 liter air atau equivalen dengan curah hujan sebanyak 12,5 mmSecara garis besar ada 3 macam sistem pengairan yang digunakan di pembibitan, yaitu :1. Sitem manual2. Sistem Sprinkler3. Sistem Selang Politen Perforasi

2.1.1. Penyiraman ManualSistem manual sering digunakan di pembibitan dengan skala kecil yang

luasnya kurang dari 2 hektar. Sistem ini banyak membutuhkan tenaga kerja, sehingga untuk pembibitan skala besar tidak efisien bila menggunakan sistem ini. Ada beberapa macam yang termasuk dalam sistem manual ini, yaitu :a. Sistem Penampungan Air (Watercan System)

Sistem ini menggunakan drum atau tempat penampungan air lainnya yang ditempatkan di pembibitan. Setelah penampung air tersebut diisi baru diambil dan disiramkan ke bibit. Sistem ini banyak memerlukan tenaga kerja sehingga hanya dipergunakan dalam kondisi mendesak dan pembibitan dalam skala kecil.

Page 2: BAB II lap pkl new

10

b. Sistem Selang AirYang digunakan adalah selang air dengan ujung dilengkapi kepala gembor

agar air yang keluar dapat memancar menyebar. Air disedot dari sumbernya dengan menggunakan unit pompa air kecil. Selanjutnya dialirkan ke selang atau pipa utama. Untuk pembibitan yang agak besar selang/pipa utama dapat lebih dari satu. Sedang untuk pembibitan skala kecil selang/pipa utamanya hanya satu.

Diameter selang yang dipergunakan antara 1,85 cm – 2,5 cm. Untuk selang dengan panjang 75 m ditangani oleh dua pekerja. Pekerja pertama mengurus selangnya sedangkan tenaga kerja yang lain mengurus penyiraman bibit. Apabila panjang selang lebih dari 75 m diperlukan tenaga kerja tambahan untuk membantu mengurus selang. Tekanan air yang keluar dapat diatur secara manual dengan cara menyetel pada pompa air yang digunakan. Dengan sistem ini satu orang tenaga kerja per hari (1 HK) dapat menangani 40.000 bibit.

c. Hal-hal yang Perlu Dicatat (dikomentari) pada Sistem ManualSistem irigasi manual kalau dilihat dari sisi kebutuhan bahan memang

tidak banyak membutuhkan material, namun dilihat dari tenaga kerja, yang dibutuhkan cukup besar. Oleh sebab itu sistem ini tidak direkomendasikan untuk pembibitan dengan skala besar.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa pada saat penyiraman jumlah air yang diterima satu bibit dengan lainnya belum tentu jumlahnya sama. Akibatnya adalah terjadinya perbedaan pertumbuhan bibit, tinggi dari bibit bervariasi.

2.1.2. Sistem SprinklerSistem penyiraman pembibitan kelapa sawit dengan sprinkler saat-saat ini

merupakan sistem penyiraman yang banyak diterapkan di Malaysia. Perlengkapan dari sistem ini mampu bertahan dan bisa diperbaiki sehingga bisa dipakai bertahun-tahun. Bahkan dapat dibongkar dan kemudian dipasang lagi di lokasi pembibitan lain. Di pembibitan-pembibitan besar jaringan sprinkler diatur dapat dipindah-pindahkan. Hal ini dapat mengurangi besarnya biaya yang diperlukan di pembibitan.

Pemasangan jaringan sprinkler membagi areal pembibitan menjadi dua bentuk segi empat yang sama luasnya. Satu areal disebut Seksi A dan yang lain disebut Seksi B.Parit digali di tengah-tengah areal pembibitan kemudian pipa utama ditanam di dalam parit tersebut. Besar pipa utama diameternya 10 cm bila luas pembibitan 8 hektar atau kurang. Bila luas pembibitan lebih dari 8 hektar besar pipa utama yang dipasang lebih besar lagi.

Page 3: BAB II lap pkl new

11

a. Pemasangan Pipa UtamaAda 3 jenis pipa dengan diameter 10 cm atau lebih yang dapat

digunakan sebagai pipa utama. Pipa semen berasbes dengan panjang 4 meter, pipa galvanis dengan panjang 4 meter atau 6 meter dan pipa PVC dengan panjang 4 meter atau 6 meter. Diantara ketiga jenis pipa tersebut, pipa galvanis adalah yang paling kuat. Pipa tersebut aman untuk dilewati truk atau kendaraan lainnya dengan tidak khawatir pipa akan pecah.

Pipa-pipa tersebut ditimbun dalam tanah sedalam 30 cm untuk pipa galvanis dan 45 cm untuk selain pipa galvanis. Tergantung pada pipa utama yang dipakai, setiap 16 meter untuk pipa semen dan 18 meter untuk pipa galvanis (3 atau 4 kali panjang pipa) diberi sambungan T hidran diameter 7,6 cm dengan klep yang sudah terpasang. Hidran tersebut terlihat di permukaan tanah lebih kurang 30 cm. Pipa saluran sekunder dari alumunium sebagai tempat dipasangnya sprinkler dipasang di hidran tersebut. Di sepanjang pipa utama dibuat jalan pembibitan dimana jalan tersebut menyambung dengan jalan menuju ke tempat BBM, kantor pembibitan, perumahan mesin pompa air dan lain-lain.

b. Tata Letak SprinklerSebagai gambaran untuk pembibitan seluas 2 hektar membutuhkan lebih

kurang 30 buah sprinkler. Sprinkler tersebut dipasang pada 3 buah saluran sekunder. Namun bentuk ini bukan berarti tidak dapat diubah. Tentang penyusunan sprinkler sebenarnya tidak ada aturan yang baku. Sebagai ancar-ancar setiap saluran sekunder dapat ditempati antara 8 – 10 buah sprinkler.

Setiap pemasangan pipa sekunder harus tegak lurus (sudut 90) dengan pipa utama. Hal ini sangat penting untuk menjamin setiap tempat tercover rata sehingga penyiraman dapat berjalan dengan baik.

Saluran sekunder (saluran untuk memasang sprinkler) biasanya terbuat dari pipa alumunium dengan diameter 5 cm dengan panjang 9 meter. Pada ujungnya diberi pipa yang dipasang berdiri dengan ukuran diameter 1,85 cm, pada puncaknya di pasang sprinkler. Pipa-pipa alumunium dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar dan dipindah-pindahkan.

Cara mengoperasikannya dengan cara bergilir dua baris hidup dua baris mati (dalam keadaan tertutup). Selanjutnya setelah baris tersiram dengan rata sprinkler dipindah ke baris berikutnya demikian seterusnya sampai selesai. Pembibitan dibagi dua seksi yaitu seksi A dan seksi B. Pada hari pertama kegiatan penyiraman di lokasi seksi A dan pada hari berikutnya di seksi B.

Dengan sistem sprinkler yang dapat dipindah-pindahkan prestasi kerja per HK dapat menyiram 20.000 bibit. Jadi untuk pembibitan seluas 8,09 hektar membutuhkan penyiraman selama 2,5 jam dengan tenaga kerja 9 HK.

Page 4: BAB II lap pkl new

12

c. Mesin dan PompaAda beberapa jenis mesin dan pompa yang dapat dipergunakan. Pemilihan

terhadap jenis mesin dan pompa tergantung dengan situasi dan kondisi. Hal-hal yang menjadi pertimbangan misalnya kedalaman air dari sumber penghasil air yang harus ditarik naik oleh pompa, panjang jaringan pipa keseluruhan, kualitas dari mesin dan pompa, dan lain-lain. Biasanya mesin dengan ukuran kekuatan 18 s/d 20 HP dengan pompa sentrifugal berukuran 7,5 cm x 5 cm dan mempunyai kekuatan tekanan 45 psi cukup memadai dipergunakan untuk mengairi pembibitan dengan ukuran luas 2 sampai 5 hektar.

d. Hal-hal yang Perlu Dicatat (Dikomentari) Pada Sistem SprinklerPenggunaan sprinkler dengan sistem permanen terbukti membutuhkan

biaya yang cukup besar dibanding dengan penggunanaan sprinkler dengan sistem yang dapat dipindah-pindahkan, walaupun sistem yang terakhir lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Keuntungan dengan penggunaan sistem sprinkler baik yang permanen maupun yang dapat dipindah-pindahkan adalah air yang diterima bibit pada saat penyiraman dapat stabil dan seragam volumenya antara bibit satu dengan bibit lainnya.

Selain biaya yang dibutuhkan mahal kerugian yang ditimbulkan dengan sistem irigasi dengan sprinkler adalah besarnya butiran atau percikan air mengakibatkan pupuk atau mulsa yang ada di polibag terlempar keluar. Hal ini juga dapat menyebabkan tanah dalam polibag menjadi keras dan membentuk lapisan atas yang keras.

Akhir-akhir ini untuk pembibitan kelapa sawit di Malaysia dipergunakan “water-canon” dengan ukuran selang yang biasa dipergunakan untuk pemadam kebakaran. Penggunanaan alat ini dapat menghasilkan semprotan air dari sprinkler dengan cakupan yang lebih luas. Namun dampak terhadap kerusakan tanah pada polibag dan terhadap pemupukan juga lebih besar. Peralatan ini telah didisain untuk penggunaan di padang rumput atau tempat-tempat lain di mana untuk pengangkutan perlengkapan pembibitan membutuhkan biaya mahal. Namun mempertimbangkan kerugian dan keuntungannya,kiranya penggunaan alat ini perlu dipertimbangkan kembali.

2.1.3. Selang Politen Perforasi (Perforated Polythene Layflat Tube)Sistem ini menggunakan selang politen perforasi bagian permukaan atas

diberi lubang. Antara lubang satu dengan yang lainnya berjarak 15 cm dan membentuk dua baris sepanjang selang. Selang biasanya dikemas dalam bentuk rol, satu rol panjang 100 m, dengan berat lebih kurang 2,5 kg. Dengan bentuk dan berat tersebut selang sangat mudah untuk diangkat dan dipindah-pindahkan. Untuk pipa utamanya menggunakan pipa jenis PVC, sehingga cukup ringan dan mudah untuk diangkut.

Page 5: BAB II lap pkl new

13

a. Tata Letak Pembibitan UtamaSelang perforasi dapat menyiram lima baris bibit dalam large bag bila

penataan large bag menggunakan bentuk segitiga sama sisi dengan jarak 76 cm. Jarak antar selang ditata 3,05 meter. Pipa utama menggunakan jenis PVC dengan diameter 3”. Pembibitan dibagi menjadi beberapa blok dan setiap blok diberi pipa utama dengan diameter 3” tersebut. Pipa –pipa tersebut mendapatkan air dari pipa induk yang berdiametr 4”. Sedangkan pipa induk tersambung langsung dengan mesin pompa air.

Dari pipa utama diberi sambungan T dengan ukuran 3” x 2”. Selanjutnya dari sambungan T tersebut dipasang soket yang berukuran 2” x 1,5”. Kemudian dipasang kran untuk mengatur aliran air. Dari pipa ukuran 1,5 “ tersebut selanjutnya ditranfer ke pipa ukuran 1,5” yang dipasang tegak lurus dari arah aliran air semula. Pipa tersebut diatur /disusun sehingga mempunyai panjang 25 m. Pada pipa tersebut dipasang selang perforasi (sumisansui) sebanyak 8 buah dengan panjang 100 meter yang diatur tegak lurus dengan pipa panjang 25 meter tersebut. Penyambungan antara selang sumisansui dengan pipa menggunakan sambungan T dengan ukuran 1,5” x ¾”. Setiap kran dapat mengontrol aliran air untuk pembibitan seluas 25 m x 100 m atau seluas 0,25 Ha. Mesin pompa air yang digunakan untuk pembibitan dengan luas 25 Ha cukup dengan mesin dengan kekuatan 120 HP.

Penyiraman dilakukan secara bergiliran, setiap periode seluas 5 ha dengan cara membuka 20 kran sementara yang lain ditutup. Setelah bibit dalam areal 5 ha cukup penyiramannya, maka dilanjutkan dengan penyiraman pada areal 5 ha berikutnya. Demikian seterusnya sampai bibit dalam areal 25 ha tersiram semuanya. Pipa utama yang terbuat dari PVC ditanam dalam tanah untuk melindungi dari sengatan sinar matahari langsung. Namun yang jelas posisi pipa-pipa tersebut harus diatur sedemikan rupa sehingga tidak mudah bergerak, misalnya dengan diberi patok.

b. Hal-hal Penting Agar Sistem Penyiraman dengan Selang Perforasi Memberikan Hasil Optimali) Areal bibitan harus bersih dari rumput-rumputan atau gulma lainnya, karena keberadaan rumput- rumputan dapat menghalangi aliran semprotan air.ii) Areal harus bebas dari benda-benda berat yang apabila menindih selang dapat menghambat aliran air dalam selang.iii) Semprotan air efektif bila bentuknya elips. Letak dari selang harus rata sehingga air yang memancar kanan dan ke kiri seimbang.iv) Kekuatan selang terhadap tekanan maksimum air sebaiknya diketahui. Tinggi air maksimal yang dihasilkan dari semprotan dari lubang seharusnya tidak lebih dari 2,13 m. Apabila tekanan air melebihi kemampuan selang maka dapat menyebabkan selang pecah.

Page 6: BAB II lap pkl new

14

v) Di Jepang selang sumisansui dapat bertahan dan berumur 5 tahun sedang pengalaman di Malaysia dengan penggunaan yang terus menerus selang dapat berumur 3 tahun.

c. Beberapa Komentar tentang Penggunaan Sistem Selang Perforasii) Dibanding dengan sistem sprinkler, pemakaian sistem selang perforasi untuk penyiraman di pembibitan membutuhkan biaya yang lebih murah.ii) Percikan/butiran air yang dihasilkan lebih cocok untuk pertumbuhan bibit- Bibit sudah siap tanam dan siap dipindahkan ke lapangan pada umur 9 bulan sejak kecambah ditanam, serta kondisi bibit dalam kondisi baik.- Pupuk dalam polybag tidak terganggu dengan adanya percikan air penyiraman.- Tanah dalam polybag tidak menjadi keras dan membentuk lapisan atas yang keras.- Lebih mudah untuk diterapkan pada pembibitan dengan sistem ganda.- Selang mudah untuk digulung, pembibitan jadi mudah untuk diusahakan setiap saat.- Bahan-bahan yang digunakan ringan, sehingga cocok untuk pembangunan pembibitan di daerah terpencil.

2.1.4.Sistem Irigasi Pembibitan di PTPN VI Adolina

Berdasarkan sumber diatas sistem irigasi pembibitan di PTPN VI Adolina bisa digolongkan semimanual, karena mengkombinasikan penggunaan slang dengan nozzle sehingga meningkatkan efektifitas penggunaan air.

Sumber air yang digunakan untuk keperluan irigasi perkebunan di PTPN Adolina khususnya pada afdeling 2 berasal dari anakan sungai ular yang mengalir disepanjang afdeling, yang dihambat menggunakan check dam. Pengambilan air dari sungai menggunakan pompa Yanmar TS230Hdi.

Air dari anakan sungai dihisap masuk ke pompa melalui pipa hisap dengan diameter 4 inchi. Pompa berada di kamar mesin, tepat di tepi anakan sungai. Pompa yang digunakan untuk irigasi pembibitan ada 2. Pompa kedua sebagai cadangan dan digunakan hanya bila terjadi masalah dengan pompa pertama. Pompa dihidupkan sesuai dengan jadwal penyiraman bibit, yaitu 2 kali sehari. Pada pagi hari pukul 07.30 – 11.00 WIB dan siang hari pukul 14.00 – 17.00 WIB. Untuk kegiatan menghidupkan dan mematikan pompa dilakukan oleh salah satu karyawan PTP Nusantara IV Kebun Adolina.

Page 7: BAB II lap pkl new

15

Gambar 1. Sungai sumber irigasi

Gambar 2. Check dam

Gambar 3. Pompa irigasi

Page 8: BAB II lap pkl new

16

Selanjutnya air yang dihisap oleh pipa hisap ke pompa dialirkan melalui pipa induk dengan diameter 3 inchi dan diteruskan ke pipa rajangan yang berdiameter 1,5 inchi. Dari pipa induk ke pipa rajangan dihubungkan dengan pipa T (berbentuk seperti huruf T). Pada pipa T terdapat keran untuk mengalirkan dan menghentikan air yang mengalir.

Pada ujung pipa rajangan juga terdapat pipa T dengan ukuran 1,5 inchi x ¾ inchi , yang dihubungkan dengan pipa ¾ inchi. Pada tiap sisi pipa T terdapat keran dan disambung ke selang yang berdiameter 1 inchi. Panjang selang adalah 50 m. Fungsi kedua keran disini adalah untuk mengalirkan air. Bila selang yang akan dipakai adalah selang sebelah kanan, disebut saja selang A, maka keran sebelah kanan dibuka. Sedangkan keran sebelah kiri dikunci agar air mengalir ke selang kanan saja. Pada ujung selang ini diberi kepala sprinkle (nozzle) yang berbeda menurut tahap tanaman (PN dan MN). Untuk pre-nursery biasanya menggunakan nozzle yang menghasilkan butiran- butiran yang lebih halus dari pada nozzle yang digunakan pada tahap main-nursery.

Pada aliran di dalam pipa, perbedaan-perbedaan tinggi tekanan dan tinggi elevasi biasanya diukur untuk menentukan hasil aliran. Pipa-pipa untuk irigasi terdiri dari bermacam jenis yang berbeda. Perbedaan ini berdasarkan ukuran pipa, bentuk pipa, material pipa dan lain sebagainya.Namun pengukuran tersebut belum dilakukan di PTPN VI Adolina. Tekanan aliran yang dihasilkan tergantung dari tekanan yang dihasilkan oleh pompa saja tanpa adanya kriteria tertentu pada saat pemberian air.

Gambar 4. Pipa hisap

Page 9: BAB II lap pkl new

17

Gambar 5. Pipa induk

Gambar 6. Pipa T pada pipa rajangan

Sistem pembibitan di PTPN VI Adolina menggunakan sistem pembibitan 2 tahap, yaitu pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main-nursery).

a. Penyiraman pada tahap pembibitan awal (pre-nursery)Usia bibit pada tahap ini adalah 0 - 3 bulan. Penyiraman bibit PN

(Pre Nursery) dilakukan setiap hari secara teratur. Pada pagi hari dilakukan pada pukul 07.00 – 10.30 dan sore hari pada pukul 14.00 – 17.00. Jumlah air yang disiramkan sekitar 0,5 liter/polibag setiap kali penyiraman. Sehingga dalam satu hari (dua kali perlakuan penyiraman) dibutuhkan 1 liter air untuk 1 bibit sawit. Apabila hujan turun dengan curah ≥ 8 mm (diukur dengan ombrometer), maka proses penyiraman pada hari itu ditiadakan.

Penyiraman dilakukan dengan bantuan selang. Pada ujung selang dipasang mata sprinkle (nozzle) dengan lubang-lubang kasar. Pemakaian nozzle ini tujuannya agar curahan air lebih merata dan mengurangi daya jatuh air pada tanaman yang masih muda. Penyiraman menggunakan bantuan operator.

Page 10: BAB II lap pkl new

18

Gambar 7. Penyiraman pada tanaman Pre Nursery

b. Penyiraman pada tahap pembibitan utama (main-nursery)Pada perkebunan PTPN IV Unit Usaha Adolina, tempat

pembibitan awal (Pre Nursery) merupakan satu area yang sama dengan tempat pembibitan utama (Main Nursery), sehingga proses pengangkutan bibit dari Pre Nursery ke Main Nursery ditiadakan, dengan demikian memperkecil terjadinya kerusakan bibit yang bisa terjadi pada saat pemindahan.

Proses penyiraman bibit di Main Nursery dilakukan 2 x 1 hari dengan kebutuhan air dalam 1 kali penyiraman sebanyak 1 liter/polibag dan dalam 1 hari bibit tersebut memerlukan air sebanyak 2 liter/polibag. Jadwal penyiraman bibit Main Nursery sama dengan pada bibit Pre Nursery, yaitu Pada pagi hari dilakukan pada pukul 07.00 – 10.30 dan sore hari pada pukul 14.00 – 17.00. Namun apabila curah hujan pada hari tersebut lebih dari 8 mm, maka penyiraman ditiadakan.

Sama seperti pada proses Pre Nursery, penyiraman dilkaukan dengan bantuan selang. Pada ujung selang dipasang nozzle berupa batang bambu yang didesain sedemikian rupa agar aliran air menjadi terfokus pada satu arah saja (tidak menyebar). Penyiraman menggunakan bantuan operator.

Gambar 8. Penyiraman Pada Tanaman Main Nursery

Page 11: BAB II lap pkl new

19

Data Total Pembibitan (2011 dan 2012)Kecambah = 150.100 buahKecambah TO/afkir = 2.038 (1,36%)Kecambah ditanam = 148.062 buahBibit afkir/TO pindah ke MN = 7.474 (5,05%)Bibit pindah ke MN = 140.588 buahBibit afkir umur 7 bulan = 3.794 (2,56%)Bibit afkir umur 11 bulan = 2.996 (2,02%)Bibit afkir transplanting = 1.066 (0,72 %)Jumlah bibit TO sampai dengan bulan ini = 15.330 (10,35%)Jumlah bibit dikirim = 18.878 pkJumlah stok akhir = 113.854 pk

2.2 Drainase Perkebunan Kelapa Sawit

Perkebunan kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Adolina berada pada daerah dengan topografi relatif datar dan dekat dengan sungai, sehingga resiko terjadinya genangan air semakin besar. Tanah yang sering mengalami genangan air umumnya tidak disukai tanaman kelapa sawit karena akarnya membutuhkan banyak oksigen.

Drainase yang jelek dapat menghambat kelancaran penyerapan unsur hara dan proses nitrifikasi akan terganggu, sehingga tanaman akan kekurangan unsur nitrogen (N). Maka untuk mengantisipasi terjadinya genangan air pada lahan perkebunan kelapa sawit maka diperlukan pemeliharaan drainase yang optimal dan berkelanjutan.Sistem drainase dibuat terutama di daerah rendahan, datar atau daerah sering mengalami banjir.Peranan saluran drainase ini adalah :

- Mencegah supaya jangan terjadi air tergenang- Menurunkan permukaan air tanah, sehingga akar tanaman tidak terganggu

dalam penyerapan unsur hara dan pernapasan.- meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk.

2.2.1 Parit Drainase

Pembuatan parit drainase disekitar area perkebunan harus sesuai dengan kondisi lahan dan mempertimbangkan kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Adapun kriteria pembuatan parit drainase sebagai berikut :

- Parit dibuat seperti membuat jalan dengan kemiringan interval bervariasi, hanya bentuknya tidak merata tetapi bentuk parit.

- Letak dasar parit miring bervariasi, misalnya 1/200 m – 1/250 m – 1/400 m, agar air yang berkumpul di parit-parit tersebut dapat diatur kecepatan

Page 12: BAB II lap pkl new

20

mengalirnya untuk cepat, lambat serta sedang. Disini air yang mengalir dalam parit tidak bias berbentuk aliran air yang deras sekali (menjaga longsornya tanah dan menghambat proses erosi.

- Parit pinggir jalan yang menurun sebelum tiba pada jembatan, harus dialirkan kesamping agar air jangan memukul (merusak) dasar pondasi jembatan akan tetapi terus mengalir ke sungai.

Jenis – jenis parit saluran air.- Parit buntu = rorak – blinde goot- Parit penguras = drainase- parit pinggiran jalan untuk aliran air secara cepat, sehingga jalan

tuntas/kering

Jenis-jenis parit pembuangan air- Field drains = Parit berasal dari areal- Collection drain = parit penampung air dari parit-parit areal- Outlet drain = Parit pembuangan keluar.

Gambar 9. Parit pembuangan keluar (Outlet Drain)

2.2.2 Rorak

Di dalam areal perkebunan PTPN IV Unit Usaha Adolina juga dibangun rorak. Rorak adalah lubang yang dibuat di bidang olah atau saluran peresapan sebagai tempat penampungan air aliran permukaan dan sedimen. Ukuran rorak yang ada dilapangan perkebunan PTPN IV Unit Usaha Adolina adalah panjang ± 600 cm, lebar 100 cm, dan dalam 30-50 cm. Sementara jarak antar rorak bervariasi antara 10 m – 20 m tergantung dari kondisi lahan.

Page 13: BAB II lap pkl new

21

Gambar 10. Salah satu rorak pada blok 99 A. Afdeling 2

Fungsi rorak antara lain adalah sebagai berikut :1.    Mencegah hilangnya tanah lapisan atas, oleh erosi dan aliran permukaan (run off).2.    Penampung air hujan yang jatuh dan aliran permukaan dari bagian atas,

partikel tanah yang tererosi dari bagian atasnya.3.    Untuk mengembalikan produktivitas lahan, produksi usahatani dan sekaligus

meningkatkan pendapatan petani.4.    Untuk menampung bahan organik, sisa-sisa tanaman sebagai sumber unsur

hara yang bermanfaat bagi tanaman di sekitarnya.

2.2.3 Pemeliharaan Saluran Drainase

Cara melaksanaan perawatan parit :a. Mendalamkan parit

Mendalamkan parit dilakukan dengan tujuan memperbaiki bentuk parit seperti bentuk semula, sehingga dapat menampung limpahan air hujan dan dapat mengalirkan air tersebut dengan lancar. Aktivitas pendalaman parit adalah sebagai berikut :- Dimulai dari hilir ke hulu, semua rumput dan batang kayu dibersihkan

dan dikeluarkan dari dalam parit. Diletakkan 1 m di luar bahu jalan.- Parit didalamkan dengan menggali tanah sampai tanah dasar semula

sehingga menyerupai ukuran awal dan berbentuk trapesium (dengan manual).

- Rotasi mendalamkan parit yaitu 1 x 4 tahun.

Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam pendalaman parit yang dikeluarkan oleh Pusat Bagian Tanaman PTPN IV adalah sebagai berikut :

- Mendalamkan parit primer 30 – 40 meter/jkt (1x1 tahun) 25 % parit.- Mendalamkan parit sekunder 50 – 80 meter/jkt (1x1 tahun) 25 % parit.

Page 14: BAB II lap pkl new

22

Gambar 11. Pendalaman Parit Sekunder dengan Excavator

b. Mencuci paritMencuci parit merupakan salah satu aktivitas dalam pengelolaan

drainase perkebunan di PTPN IV Unit Usaha Adolina yang dilakukan secara kontinyu. Mencuci parit dilakukan dengan tujuan memperlancar aliran air diparit. Aktivitasnya adalah sebagai berikut :- Dimulai dari hilir ke hulu, semua gulma yang tumbuh dikiri / kanan

parit dibersihkan dan diletakkan diluar bahu jalan. Batang atau sampah agar diangkat keluar parit.

- Bahu jalan yang berumput dibabat mepet atau dikhemis- Rotasi 1 x setahun yang sudah di dalamkan pada tahun yang sama

tidak dilakukan pencucian

Tabel 4. Kebutuhan tenaga untuk pemeliharaan parit

Mendalamkan MencuciParit primer 15 m/us 25 m/usParit sekunder 20 m/us 40 m/usParit tertier 30 m/us 60 m/usParit quarter 40 m/us 90 m/usParit isolasi 40 m/us 90 m/usParit jalan 40 m/us 90 m/usDengan Excavator 40 m3/JKT

Beberapa aturan yang perlu diperhatikan dalam pencucian parit yang dikeluarkan oleh Pusat Bagian Tanaman PTPN IV adalah sebagai berikut :- Mencuci parit primer 20 meter/us (1x1 tahun) 75 % parit.- Mencuci parit sekunder 40 meter/us (1x1 tahun) 75 % parit.

Page 15: BAB II lap pkl new

23

Walaupun telah dilakukan pemeliharaan terhadap saluran drainase di perkebunan oleh PTPN VI Adolina, namun masih banyak ditemui saluran air yang tidak berfungsi karena mengalami pendangkalan, banyaknya sampah serta banyaknya vegetasi yang menutup saluran selama melakukan pengamatan dilapangan.

Page 16: BAB II lap pkl new

24

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

a. Sistem irigasi pembibitan di PTPN VI Adolina bisa digolongkan semimanual, karena mengkombinasikan penggunaan slang dengan nozzle sehingga meningkatkan efektifitas penggunaan air.

b. Untuk penyiraman pada pre-nursery menggunakan nozzle yang menghasilkan butiran- butiran yang lebih halus dari pada nozzle yang digunakan pada tahap main-nursery.

c. Perkebunan kelapa sawit PTPN IV Unit Usaha Adolina memiliki topografi relatif datar dan dekat dengan sungai, sehingga perlu untuk membangun saluran drainase.

d. Masih banyaknya ditemui saluran air yang tidak berfungsi karena mengalami pendangkalan, banyaknya sampah serta banyaknya vegetasi yang menutup saluran selama melakukan pengamatan dilapangan

3.2 Saran

a. Melakukan uji pengaruh tekanan air yang dihasilkan pompa terhadap tanaman.

b. Ada baiknya PTPN VI Adolina meningkatkan pemeliharaan terhadap saluran drainase agar aktivitas saluran dapat tetap berjalan dengan lancar sesuai fungsinya.