BAB II LAP. PKL Dito

Embed Size (px)

Citation preview

12

BAB II PROSES PRODUKSI PERUSAHAAN 2.1 Bahan Baku Produksi Kilang Pertamina RU II Dumai dirancang untuk mengolah Minyak mentah (Crude) 170.000 barel/hari (1 barel = 150 liter). Kilang Pertamina RU II Dumai mengolah minyak mentah sebagai bahan baku dari produksi PT. Chevron Pasifik Indonesia yang dihasilkan dari ladang minyak di daerah Minas ( Minas Crude ) dan Duri (Duri Crude) dengan perbandingan campuran 85% volume Minas Crude dan 15% Volume Duri Crude. Minas Crude adalah minyak mentah dengan berat jenis ringan menurut API ( American Petroleum Insitute ). Sedangkan Duri Crude berat jenis lebih berat dan mengandung garam garam ikutan yang dapat menyebapkan korosi terhadap peralatan peralatan proses pengolahan, sehingga di harapkan angka perbandingan campuran adalah ideal dengan nilai ekonomis yang tinggi dan resiko kerusakan peralatan proses yang masih terkendali.

2.2

Mesin dan Peralatan Produksi Pada unit kilang Pertamina RU II Dumai mengunakan mesin dan peralatan

utama antara lain : 1. Kolom Fraksinasi Berfungsi untuk memisahkan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi, berdasarkan jarak titik didih masing-masing fraksi tersebut. Didalam kolom akan terjadi kontak antara uap dan cairan sehingga masingmasing fraksi akan dapat di pisahkan sesuai jarak titik didihnya.

13

2.

Alat penukar panas (Heat Exchanger) Secara umum alat penukar panas ini dapat di katakan, suatu alat yang di

gunakan untuk memeanaskan fluida yang dingin atau mendinginkan fluida yang panas. Dengan demikian alat penukar panas dapat dibedakan menjadi : a. Heat Exchanger Alat ini berfungsi untuk memindahkan panas dari fluida yang satu ke fluida yang lain dengan perantara suatu dinding batas yang disebut dengan tube dan sheel. Perpindahan panas terjadi dari residu si dalam sheel pada minyak mentah dalam tube, dimana residu di manfaatkan untuk pemanasan pendahuluan dari minyak mentah ke dapur. Jadi alat ini mempunyai fungsi ganda sebagai berikut : 1) 2) b. Memanaskan minyak mentah sebelum masuk kedapur Mendinginkan residu sebelum masuk Box Cooler Condensor

Merupakan alat untuk mengembangkan uap dari puncak kolom sehingga menjadi cairan, sebagai media pendingin di pakai air, di mana air mengalir melalui tube sedangkan uap berada pada sheel. c. Cooler

Alat ini berfungsi untuk menurunkan suhu minyak tanpa terjadi perubahan fase, untuk media pendingin di pakai air dan udara. 3. Dapur Dapur merupakan suatu tempat proses pemanasan umpan (bahan baku) sampai suhu tertentu sesuai dengan ketentuanya.

14

4.

Evaporator Merupakan tempat penguapan minyak mentah yang telah di panaskan dalam

dapur, hingga fase uap dan fase cair terpisah. 5. Separator Merupakan tempat penyimpanan air buangan sementara untuk di pisahkan komponenkomponen lain yang akan menyebapkan pencemaran lingkungan . 6. Pompa. Berfungsi untuk memindahkan minyak mentah dan produk atau cairan lainya dari suatu tempat ketempat yang lebih tinggi serta mempercepat aliran yang sedang mengalir di dalam pipa, umumnya di gunakan centrifugal pump dan digerakkan oleh motor listrik. 7. Tangki Tangki yang digunakan sebagian besar adalah tipe Vertical Cylinder Fixed Cone Roof Tank, baik sebagai penampung umpan maupun sebagai penampung produksi. Untuk minyak berat seperti residu, solar tangki tersebut harus di lengkapi dengan Coil / pemanas agar minyak yang di simpan tetap dalam keadaan cair, sehingga tidak menimbulkan kesulitan dalam pemompaan.

2.3

Proses Produksi Proses-proses pengolahan di kilang Pertamina RU II Dumai secara umum

melibatkan unit fraksinasi yang memisahkan fraksi-fraksi minyak mentah berdasarkan perbedaan titik didih, pemurnian (treating), proses konversi, serta unit proses operasi pencampuran (blending) untuk mendapatkan produk dengan spesifikasi yang di inginkan.

15

Proses produksi dimulai dari proses penerimaan minyak mentah. Kilang Dumai menerima minyak mentah dari PT Chevron Pasific Indonesia melalui perpipaan, sedangkan kilang Pakning melalui kapal. Selanjutnya minyak mentah tersebut diolah dalam 2 tahap proses pengolahan. Proses pengolahan tahap I ( Primery Process ) 1. Atmospheric Process Dimulai dengan proses distilasi minyak mentah dalam Crude Distiling Unit ( CDU ). Typical yield ( produk ) dari CDU adalah : a. Gas ( C1-C3) b. Naptha c. Kerosene d. LGO e. HGO f. Long residu 2. ( 0,30 %wt ) ( 7,39 %vol ; 6,17 %wt ) ( 15,03 %vol ; 13,93 %wt ) ( 7,85 %vol ; 7,54 %wt ) ( 4,01 %vol ; 3,92 %wt ) ( 64,52 %vol ; 67,36 %wt )

Sub atmospheric Process Dimulai dengan distilasi bertekanan rendah terhadap long residu di Vakum

Unit ( HVU ), dari HVU diperoleh produk : a. b. c. Solar ( 10 %wt ) HVGO ( High Vacuum Gas Oil ) ( 50 %wt) Short residu ( 40 %wt)

Proses Pengolahan tahap II ( Secondary Process ) Untuk mendapatkan BBM yang lebih banyak lagi, maka pengolahan tahap II diperlukan untuk merubah long residu menjadi BBM. HVGO yang dihasilkan

16

kemudian direngkah secara katalitik di Hidrocracker Unit ( HCU ) dengan menggunakan katalis dan Hydrogen pada tekanan tinggi 170 Kg/cm2. HVGO yang direngkah tersebut menghasilkan produk : a. b. c. d. e. LPG ( 0,4 %vol ) Naptha ( 18 %vol ) Kerosene ( 12 %vol ) Avtur/JP5 ( 14 %vol ) Solar ( 64 %vol )

Sedangkan Short residu dari HVU direngkah secara thermal di Delayed Cooker Unit ( DCU ). Pada unit DCU, Short residu dipanaskan hingga suhu 490 oC agar short residu terengkah menjadi : a. b. c. d. LPG ( 2,6 %vol ) Naptha ( 12 %vol ) Gas Oil ( 69 %vol ) Sisanya adalah Green Coke

Produk-produk dari proses perengkahan thermal memiliki kualitas rendah, sehingga harus ditreating terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Unit treating dikilang Dumai adalah: a. b. c. Amine LPG Recovery untuk LPG Naptha Hydrotreater Unit ( NHDT ) untuk Naptha Distilate Hydrotreater Unit ( DHDT ) untuk Kerosene dan Solar.

Dalam proses bensin diperlukan proses Platforming. Produk Naptha dari CDU, HCU dan DCU adalah komponen bensin, namun masih memiliki bilangan

17

oktan yang rendah. Oleh sebab itu Naptha harus diolah lebih lanjut di Platforming ( PL ) untuk menghasilkan komponen bensin beroktan tinggi ( HOMC ). Proses ini membutuhkan katalis berbasis Platina. LPG diproduksi sebagai produk samping dari hasil proses perengkahan di HCU, DCU, dan PL. Green Coke merupakan ampas terakhir dari proses pengolahan minyak bumi, berupa padatan berwarna hitam yang dapat digunakan untuk bahan bakar dan cat. Untuk meningkatkan kualitas Coke sesuai dengan spesifikasi electroda, Green coke dikalsinasi di calciner. Unit-unit proses kilang dumai sebagai berikut:

2.3.1

Hydro ciming Complex (HSC) Hydroskiming Complex terdiri dari pengolahan tingkat pertama (primary

proses) dan pengolahan tingkat kedua (secondary process). Pada pengolahan tingkat pertama fraksi-fraksi minyak bumi dipisahkan secara fisika kemudian pengolahan tingkat kedua dilakukan untuk penyempurnaan produk dari pengolahan tingkat pertama. HSC terbagi atas 5 unit yaitu : 1) Crude distillation unit (Tropping Unit) unit 100 Minyak bumi (crude Oil) terdiri dari berbagai senyawa hidrokarbon yang masing-masing mempunyai titik didih saling berdekatan, sehingga sulit untuk dipisahkan satu persatu. Yang di lakukan CDU adalah memisahkan komponen minyak atau interval (jarak) titik didih yang tertentu. Komponen yang mempunyai titik didih tertentu dinamakan fraksi. Fungsi utama CDU adalah untuk memisahkan fraksi-fraksi yang terkandung dalam minyak bumi dengan cara distilasi atmosferik,

18

yaitu pemisahan fraksi berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing fraksi. Yang terkandung dalam minyak bumi dengan cara distilasi atmosferik, yaitu pemisahan fraksi berdasarkan perbedaan titik didih masing-masing fraksi. Produk akhir yang di hasilkan unit ini secara berturut-turut dari fraksi ringan sampai fraksi yang terberat adalah: a. b. Gas digunakan langsung untuk bahan baker dan sisinya dibakar ke flare. Straight Run Naphta, diolah lebih lanjut pada Naphta Rerun Unit untuk memperbaiki untuk mutunya sebagai bahan untuk membuat premium. c. Kerosene, langsung sebagai produk yang digunakan untuk pasaran dalam negeri. d. e. f. Light Naphta sebagai komponen Blending kerosene dan ADO. Heavy Gas Oil (HGO), sebagai komponen blending ADO. Long Residu, sebagian sebagai umpan distilasi vakum dan sebagian lagi sebagai Low SAulfur Wax Residu (LSWR). 2) Naphta Rerun Unit (NRU)- 102 Fungsi utama dari Naptha Rerun Unit adalah memisahkan umpan naptha yang di hasilkan dari CDU menjadi naptha berat dan naptha ringan. Prodak akhir yang di hasilkan unit dini adalah : a. Gas yang di manfaatkan sebagai fuel gas dan sisanya di buang / di baker ke flare. b. Light Naphta sebagai komponen blending atau pencampuran dengan Heavy Naphta yang sudah di treat, hasil dari pencampuran ini adalah premium yang sudah siap di pasarkan. c. Heavy Naphta yang kemudian ditreat di PL 1

19

3)

Hidrobon Plat Forming Unit (PL-1) -201 / 301 Heavy naphta yang di hasilkan dari NRU masuk sebagai umpan dalam unit

hidroboan. Produk akhir yang di hasilkan 301 adalah : a. b. c. Gas sebagai umpan hydrogen plant dan fuel gas. LPG Reformat sebagai High Oktane Mogas Componen (HOMC) sebagai

komponen mogas untuk blending menjadi premium. Unit ini terdiri dari dua bagian yaitu : a) b) 4) Bagian Hydroboan Seksi Platforming Naphta Hydrotreating Unit (NHDT)- 200 Tujuan utama proses ini adalah untuk menurunkan kandungan sulfur dan nitrogen yang akan di pakai sebagai umpan pad unit platforming sampai masing masing maksimum 0,5 ppm untuk mencegah agar tidak meracuni katalis bimetalnya. Umpan Naphta untuk unit ini berasal dari Straight Run Naphta (SNR) dari CDU, dan Heavy Naphta dari HC Union. Dari unit ini akan menghasilkan produk naphta berat yang sudah di treated artinya sudah bebas dari bahan bahan yang dapat merusak atau meracuni katalis. Produk akhir dari unit ini adalah : a. Gas, dimanfaatkan sebagai fuel gas. b. Light Naphta, sebagai Low Oktane Mogas Component. 5) Continous Catalyst Regeneration (CCR)-Platforming II(PL-II)-300 Unit ini dirancang untuk mengolah treated naphta yang memiliki angka oktan rendah. Unit ini terdiri dari dua seksi utama yaitu : a. Seksi Reactor

20

Katalis yang di pakai adalah bimetalik UOP R 134 dan alumina oksida sebagai carrier (pembawanya). Didalam seksi ini boleh dikatakan hanya akan terjadi sesuai dengan jenis komposisi umpan, yang terdiri dari campuran Paraffin, Naphta, Aromatik, dan Olefin selama operasi normal, katalis akan menurun aktifitasnya dengan terbentuknya coke di permukaan katalis. Coke dapat di baker / di hilangkan dengan proses regenerasi. b. Seksi Stabilizer Seksi ini berfungsi untuk menstabilkan prodak plat format yang belum stabil, dengan proses distilasi bertekanan.

2.3.2

Hidro Cracking Complex (HCC) Hydro Cracking Complex merupakan salah satu proyek perluasan kilang

Pertamina UP II Dumai, HCC ini didisain oleh Universal Oil Product (UOP). Unit unit yang terdapat dalam HCC ini terbagi atas 5 unit yaitu : 1). Hidrocracker Unibon Unit 211 / 212 Fungsi unit ini adalah untuk memecahkan hidrokarbon yang mempunyai rantai molekul panjang menjadi hidrokarbon yang mempunyai rantai molekul pendek yang mempunyai berat molekul ringan dengan bantuan gas hydrogen dan katalisDHC-8 Umpan HC unibon ini adalah Heavy Vacum Gas Oil (HVGO) dari High Vacum Distilation Unit dan Heavy Coker Gas Oil (HCGO) dari Delayed Coking Unit. Produk yang di hasilkan dari unit ini adalah Light Naphta, Heafy Naphta, Light Kerosene, Heafy Kerosene, Avtur, JP-v5, Diesel, dan Bottom Residu. 2). Hidrogent Plant Unit 701/702.

21

Hidrogent Plant di bangun dengan tujuan menghasilkan gas hydrogen dengan cara mengunakan system hidrokarbon reforming yang akan di gunakan di Hidrocracker Unibon. Hidrogen yang di hasilkan memiliki kenurnian 96 98 % volume dengan kadar CO dan CO2 tidak lebih dari 30 ppm. Umpan yang di olah berupa gas yang berasal dari HC Unibon dan Amine dan LPG recovery dimana gas tersebut berasal dari hidrobon-Platforming Unit I dan CCR-Platforming Unit II. 3). Amine Dan LPG Recovery 410 Unit ini berfungsi untuk menghilangkan senyawa sulfur dari gas dan LPG yang di hasilkan di unit unit untuk mencegah teracuninya katalis di hidrogent Plant serta terjadinya korosi di tangki LPG, serta untuk mendapatkan produk LPG dengan kadar C3 Dan C4 yang dingin. Amine & LPG Recovery mengunakan proses absorbsi dan stripping sebagai metoda penghilangan H2S. Absorben yang di gunakan adalah larutan MEA (Mono Etanol Amin). Pemilihan larutan tersebut berdasarkan kemampuan aktifitas MEA yang tiggi terhadap H2S serta kelarutan terhadap hidrokarbon yang rendah. 4). Shour Water Shipper Unit ini berfungsi untuk menghilangkan polutan / memurnikan air buangan yang berasal dari unit unit lain (H2S dan Amonia ). Unit ini mampu menghilangkan 97% H2S dan 90% Amonia dari Feed proses yang terjadi adalah pemanasan dalam kolam sampai 110 0C serta pencucian dengan soda kaostik untuk menghilangkan senyawa hydrogen sulfide dan ammonia. H2S dan ammonia yang terlepas kemudian di baker, sedangkan air digunakan lagi sebagai desalter water di vacuum unit. 5). Nitrogent Plant

22

Unit ini berfungsi untuk menghasilkan nitrogen yang di perlukan untuk start up, shut down unit unit proses, regenerasi katalis dan media blanketing tagkitangki. Prinsip operasinya adalah pemisahan nitrogen dan oksigen dari udara berdasarkan perbedaan titik embunya pada temperature operasi 180 0C.

2.3.3

Heavy Oil Comlex (HOC) Lokasi kerja HOC terdiri dari 4 unit operasi yaitu sebagai berikut :

1). High Vacum Unit (HVU) -110 Unit ini berfungsi untuk memisahkan umpan berupa 70% long residu dari topping unit dan 30% residu dari CDU sei Pakning menjadi 3 fraksi berdasarkan rentang titik didih dengan tekanan kecil dari 1atmosfir yaitu : a. Light Vacum Gas Oil (LVGO) sebagai komponen ADO b. Heavy Vacum Gas Oil (HVGO) sebagai umpan Hydrocracker c. Short Residu sebagai umpan Delayed Caker Unit (DCU) 2). Delayet Caking Unit (DCU)- 140 DCU berfungsi untuk mengolah vacuum botton (HVU) menjadi fraksi-fraksi minyak yang lebih ringan dengan cara termal cracking. Dalam termal cracking terjadi penegkahan hidrokarbon berat menjadi hidrokarbon rantai pendek pada temperature tinggi (500 0C). Produc yang di hasilkan dari unit adalah gas, LPG, craked naphta LCGO, HCGO dan coke. Botton Rfactionation di panaskan dalam dapur 500 0C, kemudian di masukan ke coke chamber dari bawah untuk di endapkan menjadi green coke. 3). Distillation Hydrotreating Unit (DHDT)- 220

23

Unit ini berfungsi mengolah LCGO menjadi gas, naphta, light kerosene dan heavy kerosene secara hydrotreating catalytic untuk menjenuhkan material hasil cracking yang tidak stabil dan membuang empuritis seperti sulfur dan nitrogen katalis yang di gunakan topsoe tipe TK-525 dan TK-551 (Ni-Mo). 4). Coke Calciner Unit dan Waste Heat Bailer (WHB)-170 Unit ini berfungsi untuk mengkalsinasi grean coke menjadi calcinel coke menggunakan suatu calciner rotary kiln, rotary cooler serta peralatan pembantu. Green Coke dipanaskan peda temperature 1250 0C mengunakan calciner rotary klin, untuk menghilangkan semua zat volatile dan air sedangkan rotary cooler digunakan untuk mendinginkan coke panas.

2.3.4

Unit uniut Pendukung Sarana pendukung yang dimiliki selain proses-proses utama di atas antara lain

: Power & Utility. Pengolahan limbah, Instalasi Tangki dan pengalpalan (ITP) Dermaga, bengkel, LK3, Laboratorium, sarana telekomunikasi, instrumentasi dan lain-lain. Laboratorium Tugas utama Laboratorim Pertamina RU II Dumai adalah sebagai Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) bagi semua unit proses di lingkungan kilang RU II dalam melakukan uji mutu serta unit-unit pemasaran dan Ditjen Migas untuk uji mutu BBM dan NBBM. Struktur organisasi labolaturium dapat dilihat pada lampiran. 2.4 Diagram Alir Proses Produksi

24