33
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status gizi 2.1.1. Pengertian status gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002). Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa dkk, 2002). Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa dkk, 2002). Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih di antaranya: 1. Gizi seimbang adalah sesuai antara suplai dan kebutuhan zat gizi. 2. Gizi kurang adalah suplai tidak mencukupi kebutuhan zat gizi. 3. Gizi lebih adalah suplai melebihi kebutuhan zat gizi. 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep gizi makro sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah gizi kurang. Dalam kerangka tersebut ditunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh penyebab langsung dan penyebab tak langsung (Azwar, 2004). a. Secara langsung Timbulnya gizi kurang secara langsung, tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian juga pada anak yang tidak memperoleh asupan makanan yang cukup, maka daya

Bab ii

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Bab ii

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Status gizi

2.1.1. Pengertian status gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).

Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara

konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau

keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa

dkk, 2002).

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu

(Supariasa dkk, 2002).

Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih di antaranya:

1. Gizi seimbang adalah sesuai antara suplai dan kebutuhan zat gizi.

2. Gizi kurang adalah suplai tidak mencukupi kebutuhan zat gizi.

3. Gizi lebih adalah suplai melebihi kebutuhan zat gizi.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep gizi makro sebagai

salah satu strategi untuk menanggulangi masalah gizi kurang. Dalam kerangka

tersebut ditunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh penyebab

langsung dan penyebab tak langsung (Azwar, 2004).

a. Secara langsung

Timbulnya gizi kurang secara langsung, tidak hanya dikarenakan asupan

makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan

tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian

juga pada anak yang tidak memperoleh asupan makanan yang cukup, maka daya

Page 2: Bab ii

7

tahan tubuhnya akan menjadi lemah dan akan mudah terserang penyakit (Azwar,

2004).

b. Secara tidak langsung

Ada 3 penyebab tidak langsung untuk terjadinya gizi kurang yaitu:

Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai

Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan

seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik, jumlah maupun

mutu gizinya.

Pola pengasuh anak kurang memadai

Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,

perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan

baik (fisik, mental, sosial).

Pelayanan kesehatan lingkungan kurang memadai

Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan

air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap

keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,

dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan

keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola

pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan

kesehatan (Azwar, 2004).

Berbagai masalah nasional seperti krisis ekonomi, sosial, politik secara

langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan

tingkat pendidikan, pendapatan serta status kesehatan masyarakat salah satu

diantaranya adalah status gizi. Dimana gizi buruk dapat mengakibatkan berbagai

dampak negatif yang cukup fatal dan berakibat buruk pada masa kehidupan

berikutnya yang sulit diperbaiki (Azwar, 2004).

2.1.3. Penilaian status gizi

a. Secara langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu:

Page 3: Bab ii

8

1) Antropometri

Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

gizi (Supariasa, dkk., 2002).

Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri

Keunggulan Kelemahan

Prosedur sederhana, aman dan dapat

dilakukan dalam jumlah sampel yang

besar.

Tidak sensitif, metode ini tidak dapat

mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.

Disamping itu tidak dapat membedakan

kekurangan zat gizi tertentu seperti Zink dan

Fe.

Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,

tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang

sudah dilatih dalam waktu singkat dapat

melakukan pengukuran antropometri.

Kader gizi (posyandu) tidak perlu

seorang ahli, tetapi dengan pelatihan

singkat ia dapat melaksanakan

kegiatannya secara rutin.

Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan

penurunan penggunaan energi) dapat

menurunkan spesifikasi dan sensivitas

pengukuran antropometri.

Alat murah, mudah dibawa. Kesalahan yang terjadi saat pengukuran

dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan

validitas pengukuran antropometri gizi.

Metode ini tepat dan akurat, karena dapat

dibakukan.

Dapat mendeteksi atau menggambarkan

riwayat gizi dimasa lalu.

Umumnya dapat mendeteksi status gizi

sedang, kurang, dan gizi buruk.

Metode antropometri dapat mengevaluasi

perubahan status gizi pada periode

tertentu, atau dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

Page 4: Bab ii

9

Kesalahan terjadi karena :

a. Pengukuran

b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan

c. Analisis dan asumsi yang keliru

Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:

a) Berat Badan menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa

tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang

mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu

makan. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini

(current nutrition status) (Supariasa dkk, 2002).

Kelebihan indeks BB/U:

(1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum

(2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis

(3) Berat badan dapat berfluktuasi

(4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil

(5) Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)

Kelemahan indeks BB/U:

(1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat

edema maupun asites

(2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit

ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik

(3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia

lima tahun

(4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau

gerakan anak pada saat penimbangan

(5) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial

budaya setempat.

Page 5: Bab ii

10

2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan

pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring

dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat

badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu

yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak

dalam waktu yang relatif lama. Sehingga indeks ini mengganbarkan status gizi

masa lampau (Supariasa dkk, 2002)

Keuntungan indeks TB/U:

(1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau

(2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa

Kelemahan indeks TB/U:

(1) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

(2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak

sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya

(3) Ketepatan umur sulit didapat

3) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan

perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik

seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-

ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan

melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan

dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan

(Supariasa dkk, 2002).

Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara

antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)

digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi

ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran

antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan

Page 6: Bab ii

11

komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat

mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).

Indeks IMT/U paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang

menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini.

Tabel 2. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, IMT/U

Standard WHO 2007

NO Indeks yang

dipakai

Batas pengelompokan Sebutan status gizi

1 BB/U < -3SD

<-2 SD s/d -3SD

> -2SD s/d +1 SD

> +1SD s/d +2SD

> +2SD s/d +3SD

>+3SD

sangat kurus

kurus

Normal

Risiko gemuk

gemuk

sangat gemuk

2 TB/U < -3 SD

< -2SD s/d -3 SD

> -2SD s/d +2 SD

> 2SD s/d +3SD

Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

3 IMT/U < -3SD

<-2 SD s/d -3SD

> -2SD s/d +1 SD

> +1SD s/d +2SD

> +2SD s/d +3SD

>+3SD

Sangat Kurus

Kurus

Normal

Risiko gemuk

Gemuk

Sangat gemuk

Sumber : www.who.int/growthref/en

2) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status

gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan

epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan

permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa dkk, 2002).

Page 7: Bab ii

12

3) Biokimia

Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara

laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa

jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan

terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang

kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong

untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2002).

4) Biofisik

Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat

kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan

jaringan (Supariasa dkk, 2002)

Contoh: Tes adaptasi gelap

b. Secara tidak langsung

1) Survei konsumsi makanan

Yaitu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat

jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi

makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi

pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa dkk, 2002).

Contoh: Recall 24 jam

2) Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, data kesakitan dan kematian akibat-akibat

penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2002).

3) Faktor Ekologi

Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan

budaya seperti: iklim, tanah dan irigasi. Pengukuran faktor ekologi

Page 8: Bab ii

13

dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu

masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi

(Supariasa dkk, 2002).

2.1.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak sekolah

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan

pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur

dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur

tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)

(Soetjiningsih, 2002).

b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikikan rupa sehingga masing-masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).

Kualitas anak masa kini merupakan penentu SDM dimasa yang akan

datang. Pembangunan manusia di masa depan dimulai dengan pembinaan anak

masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan

datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang

seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Soetjiningsih, 2002).

Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan asuh yang

terpenting. Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama

kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat

terutama pertumbuhan otak (Soetjiningsih, 2002).

Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain

Page 9: Bab ii

14

mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak

(Soetjiningsih, 2002).

Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang pada umumnya:

Tabel 3. kebutuhan akan energi pada anak

Usia anak Kebutuhan energi

Anak 7-9 tahun 80 kkal/kgBB/hari

Anak laki-laki 10-12tahun 60-70 kkal/kgBB/hari

Anak perempuan 10-12 tahun 50-60 kkal/kgBB/hari

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak

terhadap aspek fisik. Sedangkan pertumbuhan berkaitan dengan pematangan

fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara

sinkron pada setiap individu (Soetjiningsih, 2002).

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap

tumbuh kembang anak, yaitu:

a. Faktor genetik

Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang

anak. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan

lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.

b. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya

potensi bawaan. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:

1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi pada waktu masih dalam

lingkungan (faktor prenatal), antara lain;

a) Gizi ibu pada waktu hamil.

b) Mekanis.

c) Toksin/zat kimia.

d) Endokrin.

e) Radiasi.

f) Infeksi

g) Stress.

Page 10: Bab ii

15

h) Imunitas.

2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir

(faktor postnatal):

a) Lingkungan biologis antara lain: ras atau suku bangsa, jenis kelamin

umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit

kronis, fungsi metabolisme, hormon.

b) Faktor fisik: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, Sanitasi,

keadaan, radiasi.

c) Faktor psikososial: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman,

kelompok sebaya, stres, sekolah.

d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/pendapatan

keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam

keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat,

norma-norma, tabu-tabu, urbanisasi, kehidupan politik dalam

masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran

dan lain lain.

2.1.6. Anak Usia Sekolah (6-12tahun)

Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, dan kualitas bagsa

dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak ini. Upaya peningkatan kualitas

SDM (Sumber Daya Manusia) harus dilakukan sejak dini, sistematis dan

berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal

tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar

(Yusuf, 2010).

Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan

orang tua. Walaupun pertumbuhan fisik anak SD cenderung lambat, namun tak

dapat disangkal bahwa kebutuhan gizi yang seimbang di usia SD tetap perlu

diperhatikan. Hal ini mengingat, pada usia SD, anak berada pada masa

pertumbuhan yang kelak akan berpengaruh pada masa-masa selanjutnya

(Moehdji, 2003).

Bahwa menjelang usia 6-12 tahun anak menjadi lebih tinggi dan berat. Hal

ini karena pada usia tersebut terjadi perkembangan skeletal dan muskular yang

Page 11: Bab ii

16

banyak berkaitan dengan jaringan tulang atau kerangka otot seseorang dan

biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada putra (Moehdji, 2003).

Karakteristik anak sekolah meliputi:

Pertumbuhan tidak secepat bayi.

Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal)

Lebih aktif memilih makanan yang disukai

Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat

Pertumbuhan lambat

Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.

Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak

usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai dengan kondisi yang

sangat memenuhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak, akhir masa

kanak-kanak memiliki beberapa ciri:

a. Usia sekolah dasar adalah suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh

dasar-dasar pengetahuan yang dinggap penting untuk keberhasilan

penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai

ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler

b. Periode kritis dalam berprestasi adalah sutu masa ketika anak membentuk

kebiasan untuk mencapai sukses atau sangat sukses, yang cenderung menetap

sampai dewasa, bahwa tingkat prilaku pada masa kanak-kanak mempunyai

korelasi yang tinggi dengan prilaku prestasi pada masa dewasa (Yusuf, 2010).

2.1.7. Gizi Seimbang

Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antar zat gizi yang diperoleh

dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup

sehat, cerdas dan produktif.

Pemasyarakatan pemahaman gizi seimbang:

1. Tahun 1950 melalui slogan 4 sehat 5 sempurna

2. Tahun 1994 melalui pedoman umum gizi seimbang (PUGS)

4 sehat 5 sempurna

Pola makan sehari-hari yang terdiri dari:

Makanan pokok sumber karbohidrat/kalori.

Page 12: Bab ii

17

Lauk-pauk sumber protein hewani dan nabati.

Sayur-mayur sumber vitamin dan mineral.

Buah-buahan sumber vitamin dan mineral.

Susu sumber lemak, protein dan lemak.

Pedoman Umum Gizi Seimbang

Pedoman ini berisi 13 pesan dasar gizi seimbang disertai dengan logo tumpeng

(kerucut).

Pesan dasar tersebut antara lain:

Makanlah aneka ragam makanan

Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi

Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan

energi

Gunakan garam beryodium

Makanlah makanan sumber zat besi

Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan

Biasakan makan pagi

Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya

Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur

Hindari minum minuman beralkohol

Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan

Bacalah label makanan yang dikemas

Page 13: Bab ii

18

Gambar 1. Gizi Seimbang

2.1.8. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif.

Dalam kondisi ini anak harus mendapat makanan bergizi dalam kulitas dan

kuantitas yang tepat. Kualitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang

diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu

terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan kuantum masing-masing zat, terhadap

kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh baik dari

segi kualitas dan kuantitasnya maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan

gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi yang adekuat (Setiawati, 2005).

Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk

menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan

energi jauh lebih besar dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih

banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu

orangtuanya. Memasuki usia 10-12 tahun, anak semakin membutuhkan energi dan

zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini

pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai dibedakan

(Setiawati, 2005).

Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa

mencerdaskan anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang

Page 14: Bab ii

19

bergairah yang dapat menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi

belajarnya, daya pikir anak juga akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak

optimal. Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena

pada umumnya mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah

sehingga cenderung melupakan waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi.

Makan pagi yang cukup akan memenuhi kebutuhan energi selama belajar di

sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah yang berakibat pada

terganggunya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah (Setiawati,

2005).

Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam

jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak

usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk

menunjang tumbuh kembangnya. Anak sekolah perlu mendapat asupan gizi yang

seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai perkembangan usianya dan ada

kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB (Setiawati, 2005).

Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan

mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Pada awal usia 6 tahun anak sudah

mulai masuk sekolah. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan makan anak. Zat gizi

yaitu zat-zat yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang

sangat penting, yaitu:

a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama

bagi mereka yang masih dalam proses pertumbuhan.

b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kebutuhan gizi anak kelompok

usia sekolah:

Page 15: Bab ii

20

Tabel 4. Unsur-unsur Zat Gizi Yang Diperlukan Anak Usia Sekolah

Umur

(tahun)

Energi

(Kkalori)

Pospor

(gram)

Vitamin

A(RE)

Vitamin

D

(μg)

Tiamin

(mg)

Kalsium

(mg)

Zat

Besi

(mg)

L/P : 7-9

L: 10-12

P: 13-5

L: 10-12

P: 13-5

1900

2050

2400

2050

2100

37

50

60

50

70

400

500

600

500

500

10

10

10

8

8

1

1

1

1

1

500

700

700

700

700

10

14

17

14

19

Sumber: widya karya pangan dan gizi (2004)

2.2. Kecerdasan

2.2.1. Pengertian kecerdasan

Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak yang sulit didefinisikan

secara memuaskan. Hingga sekarang, masih belum dijumpai sebuah definsi

tentang intelegensi yang dapat diterima secara universal. Meskipun demikian, dari

sekian banyak definsi tentang dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi

berikut: (Desminta, 2008)

Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan

situasi-situasi yang sangat beragam

Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan

Keamampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep

abstrak dan dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-

konsep

Sedangkan IQ ( Intelligence Quotient ) adalah skor yang diperoleh dari

sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit

indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan

kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient atau yang biasa

disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia

Page 16: Bab ii

21

yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis

pada awal abad ke-20 (Walgito, 2004).

Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak. Tingkat kecerdasan seorang

anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peranan penting untuk

suksesnya anak dalam belajar. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap

seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat

dipengaruhi oleh garis keturunan (genetik) yang dibawanya dari keluarga ayah

dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup (Desminta, 2008).

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual

Bayley (1979) di dalam studinya menemukan beberapa faktor yang

mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:

a. Keturunan:

Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan orang tua, atau

dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan

terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.

b. Latar belakang sosial ekonomi:

Pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua dan faktor-faktor sosial ekonomi

lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu

mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.

c. Lingkungan hidup:

Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual

yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi

perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya,

terutama bila anak ditempatkan di sana sejak awal kehidupannya.

d. Status gizi:

Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik maka diperlukan zat makanan

yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas

akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat mengakibatkan

perubahan struktural dan fungsional pada otak. Jenis makanannya yang

mengandung Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin dan Mineral.

Page 17: Bab ii

22

Menurut Georgieff (2007), Otak manusia mengalami perubahan struktural

dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke 24 dan minggu 42 setelah

konsepsi. Sel-sel otak mulai terbentuk pada trimester pertama kehamilan,dan

berkembang pesat sejak dalam rahim. Perkembangan ini berlanjut saat setelah

lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama. Setelah

usia tersebut praktis tidak ada pertumbuhan lagi, kecuali pembentukan sel neuron

baru untuk mengganti sel otak yang rusak. Dengan demikian diferensiasi dan

pertumbuhan otak berlangsung hanya sampai usia 3 tahun.

2.2.3. Penilaian kecerdasan (Intelegence Question)

Nilai yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasaan. Tes ini memberikan

indikasi mengenai taraf kecerdasaan seseorang dan menggambarkan kecerdasaan

seseorang secara keseluruhan (Walgito, 2004).

Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan

adalah :

IQ x gguhnyaUsia Sesun

l AnakUsia Menta100

Umur mental (MA/mental age) diketahui dari hasil pengerjaan soal- soal

tes, sedangkan umur kronologis (CA/chronologic age) diketahui dari tanggal

kelahiran. Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100

bila MA sama dengan CA. Bila MA < CA = Maka IQ < 100. Sebaliknya bila

MA > CA = maka IQ > 100 (Desminta, 2008).

Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang

rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut

dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133 (Desminta, 2008).

Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak matang, tidak terjadi

perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

Dengan demikian, MA akan mengalami stagnasi dan penurunan pada waktu

tertentu, tetapi CA terus bertambah. Bila rumus diatas tetap dipakai, maka skor IQ

seorang akan turun bila diukur kembali setelah ia berumur 50 tahun (Desminta,

2008).

Page 18: Bab ii

23

Tabel 5. Skala Skor IQ Menurut Binet

IQ Klasifikasi Tingkat sekolah

Diatas 139 Sangat superior Orang yang sangat pandai

120-139 Superior Dapat menyelesaikan

studi di universitas tanpa

banyak kesulitan

110-119 Diatas rata-rata Dapat menyelesaikan

sekolah lanjutan tanpa

kesulitan

90-109 Rata-rata Dapat menyelesaikan

sekolah lanjutan

80-89 Dibawah rata-rata Dapat meyelesaikan

sekolah dasar

70-79 Borderline Dapat mempelajari

sesuatu tapi lambat

Di bawah 70 Terbelakang secara

Mental

Tidak bisa mengikuti

pendidikan di sekolah

2.2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Otak

Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak

awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun

otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak

sepesat pada masa bayi (Desminta, 2008).

Pada saat bayi, mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari

otak dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90%

otak orang dewasa. Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang

dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian

oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya (Desminta, 2008).

Jumlah sel otak secara keseluruhan adalah satu trilyun sel termasuk 100

milyar sel aktif dan 900 milyar sel lainnya yang menempel, memberikan makan

dan mengisolasi sel-sel yang aktif. Masing-masing sel otak manusia membentuk

jaringan atau yang dinamakan dendrit, sampai sebanyak 20.000 tiap sel otaknya.

Tiap jaringan yang terbentuk dirangsang oleh informasi yang masuk ke dalam

Page 19: Bab ii

24

otak. Saat janin mulai terbentuk dalam perut ibu, sel neuron berkembang dengan

penambahan kecepatan yang luar biasa, yaitu 250.000 sel per menitnya. Semakin

banyak jaringan yang terbentuk (dendrit), semakin cerdas dan kreatif anak

tersebut, yang akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak tersebut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah nutrisi,

salah satunya adalah asam amino. Zat yang bersumber dari protein ini sangat

membantu proses pengolahan informasi di otak, dimana indikatornya dengan

menggunakan TB/U, anak yang tinggi kurus akan lebih cerdas dibandingkan

dengan anak yang pendek dan gemuk.

Saat bayi lahir, seluruh neuron sudah lengkap seperti manusia dewasa.

Setelah itu, perkembangan yang terjadi adalah pembentukan jaringan-jaringan

yang menghubungkan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain: sinaps

(Windura, 2008).

Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan

myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat

dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan

kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem saraf. Beberapa ahli psikologi

perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan

sejumlah kemampuan anak-anak (Desminta, 2008).

Otak tumbuh maksimum di usia 0 – 18 tahun, dan pertumbuhan yang pesat

terjadi pada usia anak usia 0 – 5 tahun, para ahli mengatakannya sebagai The

Golden Age (masa keemasan) sebab di usia ini otak tumbuh 90 % dan 100 %

setelah anak berusia 18 tahun.

Hingga usia dewasa awal (19–40 tahun), kematangan otak manusia baru

tercapai. Terutama, pada bagian korteks prefrontal, yang berfungsi sebagai pusat

perencanaan (planning), mencari jalan keluar (problem solving), nalar, emosi,

gerakan dan sebagian pusat bicara manusia, masih ada banyak kesempatan yang

mendukung tumbuh-kembang otak selama proses maturitas otak masih berjalan.

Menurut Judith Rapoport dan Paul Thompson kematangan otak terjadi

secara bertahap: bagian otak yang pertama kali menjadi matang adalah bagian

depan dan belakang, yang antara lain berfungsi memproses sensasi indrawi dan

melakukan gerakan. Kemudian, diikuti oleh maturitas bagian otak yang berfungsi

Page 20: Bab ii

25

mengembangkan orientasi spasial dan bahasa. Sedangkan bagian otak dengan

fungsi-fungsi yang lebih lanjut, seperti mengintegrasikan informasi dari berbagai

indra, matang paling akhir.

Kapasitas otak tidak terbatas terbukti dari penilitian Prof, Marc

Rosenweig, apabila dalam 1 detik saja kita bisa mengingat 10 informasi baru, jika

kita terus mengingat informasi-informasi baru tanpa berhenti selama 100 tahun ke

depan, kita baru saja mempergunakan kapasitas otak kita kurang dari 10% saja

(Windura, 2008).

Namun pertumbuhan dan perkembangan otak akan maksimal hanya jika

anak mendapatkan rangsangan dari lingkungannya, rangsangan yang dimaksud

adalah semua obyek dan perlakuan yang didapat anak dari lingkungan yang

melibatkan semua indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan

indera pengecap. Semua alat indera ini harus dioptimalkan untuk menyerap

semaksimal mungkin stimulus dari luar dirinya.

Peranan orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak begitu besar

dan sangat menentukan keberhasilan anak dalam perkembangan intelektual dan

pribadinya. Anak akan menjadi apa dan siapa kelak di kemudian hari sangat

tergantung pada bagaimana orang tua mengambil bagian dalam membentuk dan

mengarahkannya sejak kecil.

2.2.5. Fungsi Otak Manusia

Secara struktural, otak dibangun oleh komponen seluler yang meliputi sel-

sel saraf (neuron) dan sel-sel pendukung (neuroglia), komponen air, ion-ion,

karbohidrat, lemak, dan protein. Jumlah sel saraf dalam otak: 100.000.000.000

dan jumlah sinaps yang dibentuk 1014

(Pasiak, 2009). Secara fungsional, transmisi

pesan dalam otak melibatkan neuron, neurotransmitter, sinaps, reseptor, ion-ion

dan molekul-molekul. Neurotransmisi itu dapat berlangsung dengan cara elektris

(sinaps elektris) maupun kemis (sinaps kimia) (Pasiak, 2009).

Otak terbagi menjadi 2 sisi, yaitu sisi kiri dan sisi kanan yang disebut

hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri berfungsi sebagai pengendali IQ

(Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa,

hitungan dan logika. Karena bersifat logis maka ia berhubungan erat dengan

pembentukan kecerdasan anak pada pendidikan formal. Daya ingat hemisfer kiri

Page 21: Bab ii

26

bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri

maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan

matematika (Pasiak, 2009).

Hemisfer kanan bertanggung jawab untuk dalam perkembangan EQ

(Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau

ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat hemisfer kanan bersifat panjang (long

term memory). Bila terjadi kerusakan pada hemisfer kanan misalnya pada

penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah

kemampuan visual dan emosi misalnya (Pasiak, 2009).

Berbagai aktivitas yang menstimulasi kedua hemisfer secara bersamaan

akan mendorong perkembangan inteligen secara global. Sementara itu

hipokampus berfungsi untuk interaksi sosial, emosi dan memori (Pasiak, 2009).

2.2.6. Nutrisi Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Otak

Otak merupakan organ yang banyak mengandung lemak. Lemak ada tiga

jenis yaitu trigliserida, asam lemak fosfolipid, dan sterol. Yang merupakan

komponen pembentuk sel-sel otak adalah asam lemak fosfolipid. Sel-sel saraf

(neuron) mempunyai selubung atau lapisan yang dinamakan mielin. Sebagian

besar lemak dibutuhkan untuk pembentukan sel neuron dan myelin (Jensen,

2007).

Nutrisi sangat mempengaruhi otak, seperti vitamin dan nutrisi lainnya

sangat penting bagi perkembangan otak kita, pemeliharaan sel-sel saraf dan

metabolisme otak. Glukosa yang merupakan gula darah adalah satu-satunya

sumber energi bagi sel-sel otak kita (Jensen, 2008).

a. Nutrisi utama bagi otak (Pasiak, 2009) :

1) Air merupakan komponen utama (80%) darah. Fungsi air adalah alat

transportasi untuk nutrien dan sampah-sampah yang terbentuk akibat

proses kimia dalam sel. Air bersih yang tersedia cukup dapat membentuk

menjadi konsentrasi dan kewaspadaan.

2) Protein, ditemukan dalam daging, ikan, susu, keju dan biji-bijian. Protein

menyediakan materi untuk pembangunan struktur tubuh, termasuk otak.

Juga digunakan sebagai meningkatkan fungsi mental dan membangkitkan

semangat.

Page 22: Bab ii

27

3) Karbohidrat ditemukan dalam biji-bijian dan buah. Setelah dicerna

karbohidrat dipecah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi

utama bagi otak.

4) Lemak, ada dua jenis lemak dalam makanan, asam lemak jenuh dan tak

jenuh. Asam lemak jenuh ganda dikenal dengan Omega-6 (misalnya asam

linoleat dan AA) dan Omega-3 (misalnya asam α-linolenat, EPA, dan

DHA) sering di sebut asam lemak esensial (ALE). ALE inilah yang dapat

meningkatkan ukuran otak dan jumlah sel otak, memperbaiki penglihatan,

dan membantu belajar. Sumber utama ALE adalah ikan salmon, kacang-

kacangan, biji-bijian. Paling penting bagi otak adalah asam

dokosaheksanoat (DHA) dan asam arakhidonat (AA). DHA turut

merancang pembentukan sistem saraf, memperbanyak dendrit dan

menebalkan myelin pembungkus saraf.

5) Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi otak.

Vitamin B kompleks berperan penting dalam menghasilkan energi bagi

otak. Vitamin A, C dan E merupakan antioksidan kuat dan penting untuk

meningkatkan serta menjaga memori pada usia lanjut. Mineral berperan

penting dalam menjaga kekuatan otak. Magnesium dan Mangan

dibutuhkan untuk memberikan energi bagi otak. Sodium, potasium dan

kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf dan mempermudah

pengiriman pesan.

Page 23: Bab ii

28

Gambar 2. Nutrisi bagi otak

(Eric Jensen, 2008)

Beberapa tips nutrisi bagi guru: (Jensen, 2008)

Kekurangan vitamin dan mineral dapat disebabkan oleh makanan

yang tidak memadai maupun penyerapan nutrient yang kurang baik oleh

tubuh. kedua hal ini dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan selera,

konsentrasi yang buruk, memori yang berkurang, dan sebagainnya. Bila

ada masalah diantara para siswa, mintalah saran dari konsultan

medis/keseharan yang ada disekolah

Jika sekolah berlokasi di wilayah miskin, ada kecenderungan kuat

bahwa banyak siswa yang tidak makan dengan layak. Mulailah berinisiatif

mengambil langkah-langkah untuk mencari program bantuan makan pagi

dan siang dari negara untuk sekolah.

Monitorlah menu yang ada di program makan siang kantin yang

ada dan berikan usulan untuk memasukkan menu makanan tambahan yang

kaya vitamin.

Page 24: Bab ii

29

Ajarilah kepada siswa mengenai hubungan antara makanan

bernutrisi dengan kognisi dan kondisi tubuh yang baik.

Dosis vitamin yang berlebihan tidak member manfaat dan justru

dapat menjadi racun. Jagalah untuk tetap berada dalam ketentuan dosis

yang dianjurkan.

2.3. Prestasi Belajar

2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi

prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi dalam literature selalu dihubungkan

dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh (Robert M. Gagne dalam

Djamarah, 2002), bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang

dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.

Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam mempelajari

materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari

hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Djamarah, 2002).

Sehingga Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang

dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya

dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi

target dalam ketiga kriteria tersebut (Djamarah, 2002).

Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru disekolah, maka prestasi

belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan

pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk

angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan prestasi belajar yang

dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang,

kurang dan sebagainya (Djamarah, 2002).

2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Menurut Slameto (2010), secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar digolongkan menjadi dua

bagian yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada

Page 25: Bab ii

30

dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor

yang ada di luar individu.

a. Faktor Intern

1) Kondisi fisik

Kondisi fisiologis umum dari pelajar sangat berpengaruh terhadap proses

dan hasil belajar. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan

belajarnya dari orang dalam keadaan lelah atau sakit. Anak yang kekurangan gizi,

belajarnya tidak sebaik anak yang sehat. Mereka lebih lekas lelah, mudah

mengantuk, dan sulit menerima pelajaran. Kekurangan gizi disertai anemia akan

mengurangi ketahanan fisik anak sehingga konsentrsi belajar anak menurun dan

akhirnya akan mengurangi prestasi belajar (Slameto, 2010).

Selain kondisi fisiologis, bahwa yang tidak kalah pentingnya adalah

kondisi pancaindera. Berfungsinya alat pancaindera dengan baik merupakan

syarat yang memungkinkan proses belajar berjalan dengan baik. Dalam sistem

pendidikan, dewasa ini diantara pancaindera manusia yang paling berperan dalam

proses belajar adalah mata dan pendengaran. Hal ini penting, karena sebagian

besar hal yang dipelajari oleh manusia, dipelajarinya melalui penglihatan dan

pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau

bahkan cacat mental akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran,

sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil prestasi belajarnya disekolah

(Slameto, 2010).

2) Kondisi Psikologis

a) Kecerdasan

Intelegensia atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya

dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti program

pendidikan. Pada umumnya seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi

akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai

taraf kecerdasan yang sedang atau rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian

Edward dan Coleman menunjukkan adanya hubungan yang erat antara hasil tes

intelegensia dengan prestasi belajar (Slameto, 2010).

Page 26: Bab ii

31

Pada umumnya sistem nilai yang ditekankan pada dunia pendidikan adalah

pencapaian prestasi belajar. Sering kegagalan dalam mencapai prestasi yang

diharapkan dapat dicari keterangannya antaralain dari hasil tes integensi.

Hal penting yang sering dihubungkan dengan kepandaian seseorang yaitu

daya ingat. Kuatnya daya ingat seseorang tergantung 3 faktor:

(1) Kapasitas Otak

Telah terbukti bahwa kapasitas seseorang berhubungan serat dengan faktor

gizi pada masa awal kehidupan, terutama pada masa didalam kandungan dan

balita. Dikatakan bahwa intelegensi seseorang sangat dipengaruhi oleh

perkembangannya selama dalam kandungan dan semasa kanak-kanak.

(2) Minat/Perhatian

Jika perhatian untuk mengetahui sesuatu begitu besar, akan lebih mudah kita

untuk mengetahuinya. Apa yang dialami dalam hidup sangat mempengaruhi

minat kita, lingkungan kita juga mempengaruhi. Namun jika dalam

pengalaman hidup kita menemukan hal yang kontradiksi dengan apa yang kita

inginkan maka kita bisa tidak tertarik pada bidnag tersebut. Kalau sejak dini

anak kerap kali mendapatkan informasi yang menarik maka perhatian anak

akan ilmu tersebut menjadi lebih besar.

(3) Asosiasi Dengan Peristiwa Lain

Sering kita akan lebih mudah mengingat sesuatu bila kita menghubungkannya

dengan peristiwa yang lain. Kita akan lebih mudah menjawab soal ujian, jika

sebelumnya kita pernah berdebat soal itu dengan teman sekelas.

b) Bakat

Bakat ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan

sesuatu sedikit sekali tergantung pada latihan mengenai hal tersebut (Slameto,

2010).

c) Motivasi

Motivasi sangat penting dalam keberhasilan belajar. Ada 2 macam

motivasi: motivasi intrinsik (dari dalam) yaitu motivasi yang fungsinya tidak usah

dirangsang dari luar karena memang dalam diri sendiri telah ada dorongan itu.

Motivasi ekstrinsik (dari luar) adalah motivasi yang berfungsi karena ada

Page 27: Bab ii

32

rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik lebih menunjang keberhasilan belajar

dibandingkan motivasi ekstrinsik (Slameto,2010).

d) Konsentrasi

Kemampuan konsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Keluhan kurang

konsentrasi sering ditemui, terutama pada anak kecil, sering didapati adanya

gangguan pemusatan pada perhatian bisa disertai hiperaktifitas maupun tanpa

hiperaktifitas. Di dalam setiap langkah belajar, apakah itu didalam kelas ataupun

belajar sendiri diperlukan konsentrasi pikiran yang tinggi (Slameto,2010).

b. Faktor Ekstern

Bahan atau alat yang harus dipelajari adalah merupakan masukan mentah

ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan bagaimana hasil yang

dapat diharapkan. Belajar mengenai ketrampilan dan ketrampilan soal tidaklah

sama. Taraf kesukaran yang harus dipelajari sangat berpengaruh terhadap proses

dan hasil belajar (Slameto, 2010).

1) Lingkungan

Lingkungan alami, misalkan keadaan suhu, kelembaban udara juga

berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar dengan udara yang

segar akan lebih baik hasilnya dibandingkan belajar dalam keadaan yang

panas dan pengap. Untuk belajar yang baik diperlukan kondisi-kondisi:

a) Kondisi fisik lingkungan: tempat belajar sendiri, tempat belajar yang tidak

ramai, dan tempat belajar yang cukup penerangannya.

b) Kondisi fisik anak: betapa cerdas dan rajinnya seorang anak, tapi kalau

sering sakit pasti sukar sekali memperoleh kemajuannya dalam pelajarannya:

keadaan fisik lemah merupakan penghalang sangat besar untuk dapat

menyelesaikan pelajarannya. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya

gangguan kesehatan badan harus diberi perhatian sepenuhnya; kelalaian atau

keganasan.

Lingkungan sosial berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar.

2) Instrumental

Faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar

yang diharapkan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah gedung,

perlengkapan belajar, alat praktikum dan fasilitas lainnya. Dan dapat berupa

Page 28: Bab ii

33

faktor lunak seperti: kurikulum, program, pedoman belajar, tenaga

pengajarnya dan sebagainya.

2.3.3. Pengukuran prestasi belajar

Pengukuran yang dilakukan dengan memberikan skor yang dilanjutkan

dengan penilaian, penskoran adalah langkah awal dalam mengolah hasil pekerjaan

siswa dan merupakan pengubahan jawaban tes menjadi angka-angka, atau dengan

istilah kita mengadakan kuantifikasi. Penilaian adalah ubahan dari skor, dan sudah

dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan

standar tertentu (Djamarah, 2002).

Standar yang dipakai oleh sekolah adalah standar yang sudah ditetapkan

oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan menggunakan

kurikulum berbasis kompetensi, dimana unsur pentingnya adalah partisipasi

masyarakat, tranparansi dan akuntabilitas public. Atas dasar itu, laporan kemajuan

hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah

kepada orang tua, komite sekolah (Djamarah, 2002).

Pelaporan prestasi belajar mempunyai perhitungan sebagai berikut:

Nilai Ulangan Harian 1, 2, dan 3 dijumlah dan rata-rata

Nilai Ulangan Tengah Semester

Nilai Ulangan Akhir Semester

Rumus perhitungan untuk nilai rapor adalah:

(60% × nilai ulangan harian rata-rata) + ( 20% × nilai ulangan

tengah semester) + ( 20% × nilai ulangan akhir sekolah)

Tabel 5. Kriteria Prestasi Belajar Nilai Rapor

Nilai Prestasi belajar

86-100 Baik Sekali

71-85 Baik

56-70 Cukup

41-55 Kurang

< 40 Sangat kurang

Sumber: Buku Laporan Pendidikan, 2008

Page 29: Bab ii

34

2.3.4. Pengertian evaluasi belajar

Dalam sebuah tulisan tentang Penilaian Hasil Belajar, Annurachman

(2009) mengemukakan banyak orang mencampuradukan pengertian antara

evaluasi, pengukuran, tes dan penilaian, padahal keempatnya memiliki pengertian

yang berbeda.

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program

yang direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula

untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaanya (Annurachman, 2009).

Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program

atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan

(Annurachman, 2009).

2.3.5. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa

Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak

cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung

lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi

ketidakmampuan berfungsi normal (Anwar, 2008).

Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan

pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang

juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan

ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh

terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).

Masalah-masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak

antara lain Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia, Kurang Vitamin A

(KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang sangat

mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa (Depkes, 2005).

Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat.

Kebutuhan paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa. Yang kedua,

otak membutuhkan air-air murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal.

Otak terdiri 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH (Jansen,

2007).

Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, dari MIT (1986) mengatakan

bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran baik secara positif

Page 30: Bab ii

35

maupun negatif. Kandungannya di dalam protein dangat penting bagi otak. Rata-

rata lima belas sampai tiga puluh gram perhari sudah cukup untuk mengkonsumsi

protein (Jansen, 2007).

2.3.6. Hubungan IQ terhadap Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan

hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor

salah satunya IQ. Bahwa intelegensi (IQ) hanya merupakan salah satu faktor yang

ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar berbagai faktor

(internal dan eksternal) yang menjadi determinan atau penentu bagaimana hasil

akhir proses belajar yang dialami individu. Peranan masing-masing faktor penentu

tidak selalu sama dan tetap.

Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam

belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang juga tinggi.

Hal ini karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan

dalam belajar (Bachtiar, 2009).

Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan

siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan

inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi, tetapi

memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Namun, ada siswa yang

walaupun kemampuan inteligensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang

relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor

yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang

mempengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi

kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain di

antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni

kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,

mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama

(Bachtiar, 2009).

Hasil penilitian tentang hubungan IQ dengan prestasi belajar telah banyak

dilakukan. Pada umumnya hasil yang diperoleh signifikan. Hal ini menunjukkan

ada korelasi yang cukup tinggi antara IQ dengan prestasi belajar, semakin tinggi

IQ siswa semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh.

Page 31: Bab ii

36

2.4. Penelitian terkait yang pernah dilakukan

Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di

kecamatan Selo kabupaten Boyolali yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata

masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8%

(Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status

gizi terhadap prestasi belajar.

Dari hasil analisa Eti (1987) dengan uji korelasi p<0,05 dapat diketahui

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dan protein

(status gizi) dengan prestasi belajar murid SD Negeri Kebon jeruk 02 pagi.

Dari hasil penelitian Siti Rahayu (2006) yang berjudul Hubungan status

gizi dengan tingkat prestasi belajar SDN Kerta Raharja IV Karawang didapatkan

hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar.

Di Indonesia, penelitian mengenai hubungan antara IQ dengan prestasi

belajar telah banyak dilakukan. Penelitian Utami Munandar menunjukkan adanya

korelasi yang signifikan antara IQ dengan prestasi belajar sebesar r = 0,72 di SD

dan r = 0,58 di SMP. Berbagai hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa

besarnya hubungan antara prestasi belajar dan intelegensi masih belum dapat

disimpulkan secara konsklusif.

Page 32: Bab ii

37

2.5. Kerangka teori

Gambar 3

Kerangka teori faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Bagan 2

Bagan 2

II.6. Kerangka konsep

Berdasarkan uraian dari latar belakang, tujuan penelitian, dan landasan

teori yang sudah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konsep yang dapat

dibuat sebagai berikut :

Ekstern

- Bahan

- Lingkungan (alami, sosial)

- Instrumental (kurikulum, program,

guru/tenaga pengajar, sarana dan fasilitas )

Prestasi belajar

Intern

Faktor fisik

- Umum (status gizi, anemia)

- Pancaindera (penglihatan, pendengaran)

Faktor psikologis

- Kecerdasan (IQ,EQ,SQ)

- Bakat

- Motivasi

- Konsentrasi

- Dan sebagainya

Page 33: Bab ii

38

Gambar 4

Kerangka Konsep Penelitian

Variabel independent : status gizi, IQ

Variabel dependent : prestasi belajar

: area yang diteliti

2.7. Hipotesis

H1 : Ada hubungan antara status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar siswa-

siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011

H2 : Ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar siswa-

siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011

H3 : Ada hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar siswa-

siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011

H4 : Ada hubungan antara IQ terhadap prestasi belalajar siswa-siswi kelas I SD

Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011

Status Gizi

IQ

Prestasi Belajar

Faktor internal

Faktor fisik

- Umum (status gizi, anemia)

- Pancaindera (penglihatan, pendengaran)

Faktor psikologis

- Kecerdasan (IQ,EQ,SQ)

- Bakat

- Motivasi

- Konsentrasi

- Dan sebagainya

Faktor external

- Lingkungan (alami, sosial)

- Instrumental (kurikulum,

program, guru/tenaga pengajar,

sarana dan fasilitas)