Upload
yesshinta
View
1.639
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status gizi
2.1.1. Pengertian status gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,
serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
Keadaan gizi merupakan keadaan akibat dari keseimbangan antara
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologis akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa
dkk, 2002).
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu
(Supariasa dkk, 2002).
Dibedakan antara status gizi buruk, baik dan lebih di antaranya:
1. Gizi seimbang adalah sesuai antara suplai dan kebutuhan zat gizi.
2. Gizi kurang adalah suplai tidak mencukupi kebutuhan zat gizi.
3. Gizi lebih adalah suplai melebihi kebutuhan zat gizi.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep gizi makro sebagai
salah satu strategi untuk menanggulangi masalah gizi kurang. Dalam kerangka
tersebut ditunjukan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh penyebab
langsung dan penyebab tak langsung (Azwar, 2004).
a. Secara langsung
Timbulnya gizi kurang secara langsung, tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan
tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya akan menderita gizi kurang. Demikian
juga pada anak yang tidak memperoleh asupan makanan yang cukup, maka daya
7
tahan tubuhnya akan menjadi lemah dan akan mudah terserang penyakit (Azwar,
2004).
b. Secara tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung untuk terjadinya gizi kurang yaitu:
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik, jumlah maupun
mutu gizinya.
Pola pengasuh anak kurang memadai
Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan
baik (fisik, mental, sosial).
Pelayanan kesehatan lingkungan kurang memadai
Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan
air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan,
dan keterampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
keterampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan (Azwar, 2004).
Berbagai masalah nasional seperti krisis ekonomi, sosial, politik secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
tingkat pendidikan, pendapatan serta status kesehatan masyarakat salah satu
diantaranya adalah status gizi. Dimana gizi buruk dapat mengakibatkan berbagai
dampak negatif yang cukup fatal dan berakibat buruk pada masa kehidupan
berikutnya yang sulit diperbaiki (Azwar, 2004).
2.1.3. Penilaian status gizi
a. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat, yaitu:
8
1) Antropometri
Antropometri adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi (Supariasa, dkk., 2002).
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri
Keunggulan Kelemahan
Prosedur sederhana, aman dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang
besar.
Tidak sensitif, metode ini tidak dapat
mendeteksi status gizi dalam waktu singkat.
Disamping itu tidak dapat membedakan
kekurangan zat gizi tertentu seperti Zink dan
Fe.
Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli,
tetapi cukup dilakukan oleh tenaga yang
sudah dilatih dalam waktu singkat dapat
melakukan pengukuran antropometri.
Kader gizi (posyandu) tidak perlu
seorang ahli, tetapi dengan pelatihan
singkat ia dapat melaksanakan
kegiatannya secara rutin.
Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan
penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensivitas
pengukuran antropometri.
Alat murah, mudah dibawa. Kesalahan yang terjadi saat pengukuran
dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi.
Metode ini tepat dan akurat, karena dapat
dibakukan.
Dapat mendeteksi atau menggambarkan
riwayat gizi dimasa lalu.
Umumnya dapat mendeteksi status gizi
sedang, kurang, dan gizi buruk.
Metode antropometri dapat mengevaluasi
perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
9
Kesalahan terjadi karena :
a. Pengukuran
b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
c. Analisis dan asumsi yang keliru
Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:
a) Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.
Sehingga indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini
(current nutrition status) (Supariasa dkk, 2002).
Kelebihan indeks BB/U:
(1) Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
(2) Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis
(3) Berat badan dapat berfluktuasi
(4) Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
(5) Dapat mendeteksi kegemukan (overweight)
Kelemahan indeks BB/U:
(1) Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun asites
(2) Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit
ditaksir secara tepat karena pencatatan umur yang belum baik
(3) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak di bawah usia
lima tahun
(4) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan anak pada saat penimbangan
(5) Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial
budaya setempat.
10
2) Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat
badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak
dalam waktu yang relatif lama. Sehingga indeks ini mengganbarkan status gizi
masa lampau (Supariasa dkk, 2002)
Keuntungan indeks TB/U:
(1) Baik untuk menilai status gizi masa lampau
(2) Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa
Kelemahan indeks TB/U:
(1) Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
(2) Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak
sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya
(3) Ketepatan umur sulit didapat
3) Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U)
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menetapkan pelaksanaan
perbaikan gizi adalah dengan menentukan atau melihat. Ukuran fisik
seseorang sangat erat hubungannya dengan status gizi. Atas dasar itu, ukuran-
ukuran yang baik dan dapat diandalkan bagi penentuan status gizi dengan
melakukan pengukuran antropometri. Hal ini karena lebih mudah dilakukan
dibandingkan cara penilaian status gizi lain, terutama untuk daerah pedesaan
(Supariasa dkk, 2002).
Pengukuran status gizi pada anak sekolah dapat dilakukan dengan cara
antropometri. Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)
digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terutama jika terjadi
ketidakseimbangan kronik antara intake energi dan protein. Pengukuran
antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu pengukuran pertumbuhan dan
11
komposisi tubuh. Komposisi tubuh mencakup komponen lemak tubuh (fat
mass) dan bukan lemak tubuh (non-fat mass) (Riyadi, 2004).
Indeks IMT/U paling baik untuk mengukur keadaan status gizi yang
menggambarkan keadaan status gizi masa lalu dan masa kini.
Tabel 2. Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, IMT/U
Standard WHO 2007
NO Indeks yang
dipakai
Batas pengelompokan Sebutan status gizi
1 BB/U < -3SD
<-2 SD s/d -3SD
> -2SD s/d +1 SD
> +1SD s/d +2SD
> +2SD s/d +3SD
>+3SD
sangat kurus
kurus
Normal
Risiko gemuk
gemuk
sangat gemuk
2 TB/U < -3 SD
< -2SD s/d -3 SD
> -2SD s/d +2 SD
> 2SD s/d +3SD
Sangat Pendek
Pendek
Normal
Tinggi
3 IMT/U < -3SD
<-2 SD s/d -3SD
> -2SD s/d +1 SD
> +1SD s/d +2SD
> +2SD s/d +3SD
>+3SD
Sangat Kurus
Kurus
Normal
Risiko gemuk
Gemuk
Sangat gemuk
Sumber : www.who.int/growthref/en
2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status
gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan
epitel di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Supariasa dkk, 2002).
12
3) Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan
tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan
terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang
kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong
untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik (Supariasa dkk, 2002).
4) Biofisik
Pemeriksaan biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan
jaringan (Supariasa dkk, 2002)
Contoh: Tes adaptasi gelap
b. Secara tidak langsung
1) Survei konsumsi makanan
Yaitu metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat
jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi
pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa dkk, 2002).
Contoh: Recall 24 jam
2) Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, data kesakitan dan kematian akibat-akibat
penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat (Supariasa dkk, 2002).
3) Faktor Ekologi
Dengan mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan
budaya seperti: iklim, tanah dan irigasi. Pengukuran faktor ekologi
13
dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu
masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Supariasa dkk, 2002).
2.1.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak sekolah
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya
berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan
pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
(Soetjiningsih, 2002).
b. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikikan rupa sehingga masing-masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2002).
Kualitas anak masa kini merupakan penentu SDM dimasa yang akan
datang. Pembangunan manusia di masa depan dimulai dengan pembinaan anak
masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan
datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya (Soetjiningsih, 2002).
Nutrisi yang adekuat dan seimbang, merupakan kebutuhan akan asuh yang
terpenting. Nutrisi adalah termasuk pembangun tubuh yang mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada tahun-tahun pertama
kehidupan dimana anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat
terutama pertumbuhan otak (Soetjiningsih, 2002).
Keberhasilan perkembangan anak ditentukan oleh keberhasilan
pertumbuhan dan perkembangan otak. Jadi dapat dikatakan bahwa nutrisi, selain
14
mempengaruhi pertumbuhan, juga mempengaruhi perkembangan otak
(Soetjiningsih, 2002).
Kebutuhan akan energi pada anak untuk tumbuh kembang pada umumnya:
Tabel 3. kebutuhan akan energi pada anak
Usia anak Kebutuhan energi
Anak 7-9 tahun 80 kkal/kgBB/hari
Anak laki-laki 10-12tahun 60-70 kkal/kgBB/hari
Anak perempuan 10-12 tahun 50-60 kkal/kgBB/hari
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak
terhadap aspek fisik. Sedangkan pertumbuhan berkaitan dengan pematangan
fungsi organ/individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara
sinkron pada setiap individu (Soetjiningsih, 2002).
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu:
a. Faktor genetik
Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan
lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya
potensi bawaan. Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi bayi pada waktu masih dalam
lingkungan (faktor prenatal), antara lain;
a) Gizi ibu pada waktu hamil.
b) Mekanis.
c) Toksin/zat kimia.
d) Endokrin.
e) Radiasi.
f) Infeksi
g) Stress.
15
h) Imunitas.
2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir
(faktor postnatal):
a) Lingkungan biologis antara lain: ras atau suku bangsa, jenis kelamin
umur, gizi, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit
kronis, fungsi metabolisme, hormon.
b) Faktor fisik: cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, Sanitasi,
keadaan, radiasi.
c) Faktor psikososial: stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman,
kelompok sebaya, stres, sekolah.
d) Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain: pekerjaan/pendapatan
keluarga, pendidikan ayah/ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam
keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat istiadat,
norma-norma, tabu-tabu, urbanisasi, kehidupan politik dalam
masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran
dan lain lain.
2.1.6. Anak Usia Sekolah (6-12tahun)
Anak usia sekolah adalah generasi penerus bangsa, dan kualitas bagsa
dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak ini. Upaya peningkatan kualitas
SDM (Sumber Daya Manusia) harus dilakukan sejak dini, sistematis dan
berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal
tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar
(Yusuf, 2010).
Anak usia sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan
orang tua. Walaupun pertumbuhan fisik anak SD cenderung lambat, namun tak
dapat disangkal bahwa kebutuhan gizi yang seimbang di usia SD tetap perlu
diperhatikan. Hal ini mengingat, pada usia SD, anak berada pada masa
pertumbuhan yang kelak akan berpengaruh pada masa-masa selanjutnya
(Moehdji, 2003).
Bahwa menjelang usia 6-12 tahun anak menjadi lebih tinggi dan berat. Hal
ini karena pada usia tersebut terjadi perkembangan skeletal dan muskular yang
16
banyak berkaitan dengan jaringan tulang atau kerangka otot seseorang dan
biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat daripada putra (Moehdji, 2003).
Karakteristik anak sekolah meliputi:
Pertumbuhan tidak secepat bayi.
Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal)
Lebih aktif memilih makanan yang disukai
Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat
Pertumbuhan lambat
Pertumbuhan meningkat lagi pada masa pra remaja.
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak
usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai dengan kondisi yang
sangat memenuhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak, akhir masa
kanak-kanak memiliki beberapa ciri:
a. Usia sekolah dasar adalah suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh
dasar-dasar pengetahuan yang dinggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai
ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi adalah sutu masa ketika anak membentuk
kebiasan untuk mencapai sukses atau sangat sukses, yang cenderung menetap
sampai dewasa, bahwa tingkat prilaku pada masa kanak-kanak mempunyai
korelasi yang tinggi dengan prilaku prestasi pada masa dewasa (Yusuf, 2010).
2.1.7. Gizi Seimbang
Gizi seimbang adalah pola makan yang seimbang antar zat gizi yang diperoleh
dari aneka ragam makanan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi untuk hidup
sehat, cerdas dan produktif.
Pemasyarakatan pemahaman gizi seimbang:
1. Tahun 1950 melalui slogan 4 sehat 5 sempurna
2. Tahun 1994 melalui pedoman umum gizi seimbang (PUGS)
4 sehat 5 sempurna
Pola makan sehari-hari yang terdiri dari:
Makanan pokok sumber karbohidrat/kalori.
17
Lauk-pauk sumber protein hewani dan nabati.
Sayur-mayur sumber vitamin dan mineral.
Buah-buahan sumber vitamin dan mineral.
Susu sumber lemak, protein dan lemak.
Pedoman Umum Gizi Seimbang
Pedoman ini berisi 13 pesan dasar gizi seimbang disertai dengan logo tumpeng
(kerucut).
Pesan dasar tersebut antara lain:
Makanlah aneka ragam makanan
Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi
Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi
Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan
energi
Gunakan garam beryodium
Makanlah makanan sumber zat besi
Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan
Biasakan makan pagi
Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya
Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur
Hindari minum minuman beralkohol
Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan
Bacalah label makanan yang dikemas
18
Gambar 1. Gizi Seimbang
2.1.8. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar
Anak sekolah dasar berada dalam masa pertumbuhan yang cepat dan aktif.
Dalam kondisi ini anak harus mendapat makanan bergizi dalam kulitas dan
kuantitas yang tepat. Kualitas hidangan menunjukan adanya semua zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingan yang satu
terhadap yang lain. Kuantitas menunjukan kuantum masing-masing zat, terhadap
kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh baik dari
segi kualitas dan kuantitasnya maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan
gizi yang sebaik-baiknya disebut konsumsi yang adekuat (Setiawati, 2005).
Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk
menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan
energi jauh lebih besar dibandingkan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih
banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu
orangtuanya. Memasuki usia 10-12 tahun, anak semakin membutuhkan energi dan
zat gizi yang lebih besar dibanding anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini
pemberian makanan untuk anak laki-laki dan perempuan mulai dibedakan
(Setiawati, 2005).
Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak sekolah, karena gizi bisa
mencerdaskan anak. Anak yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan kurang
19
bergairah yang dapat menganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi
belajarnya, daya pikir anak juga akan kurang, karena pertumbuhan otaknya tidak
optimal. Orang tua perlu memerikan perhatian pada anak usia sekolah, karena
pada umumnya mereka disibukkan dengan berbagai kegiatan di luar rumah
sehingga cenderung melupakan waktu makan termasuk kebiasaan makan pagi.
Makan pagi yang cukup akan memenuhi kebutuhan energi selama belajar di
sekolah, sekaligus mencegah penurunan kadar gula darah yang berakibat pada
terganggunya konsentrasi anak dalam menerima pelajaran di sekolah (Setiawati,
2005).
Pola asupan makanan yang tidak seimbang pada anak usia sekolah dalam
jangka waktu yang lama akan menyebabkan kurangnya gizi dalam tubuh. Anak
usia sekolah sangat memerlukan asupan makanan yang seimbang untuk
menunjang tumbuh kembangnya. Anak sekolah perlu mendapat asupan gizi yang
seimbang, sehingga akan tumbuh sesuai perkembangan usianya dan ada
kesesuaian antara BB/umur, TB/umur dan BB/TB (Setiawati, 2005).
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan
mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Pada awal usia 6 tahun anak sudah
mulai masuk sekolah. Hal ini akan mempengaruhi kebiasaan makan anak. Zat gizi
yaitu zat-zat yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi mempunyai nilai yang
sangat penting, yaitu:
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama
bagi mereka yang masih dalam proses pertumbuhan.
b. Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kebutuhan gizi anak kelompok
usia sekolah:
20
Tabel 4. Unsur-unsur Zat Gizi Yang Diperlukan Anak Usia Sekolah
Umur
(tahun)
Energi
(Kkalori)
Pospor
(gram)
Vitamin
A(RE)
Vitamin
D
(μg)
Tiamin
(mg)
Kalsium
(mg)
Zat
Besi
(mg)
L/P : 7-9
L: 10-12
P: 13-5
L: 10-12
P: 13-5
1900
2050
2400
2050
2100
37
50
60
50
70
400
500
600
500
500
10
10
10
8
8
1
1
1
1
1
500
700
700
700
700
10
14
17
14
19
Sumber: widya karya pangan dan gizi (2004)
2.2. Kecerdasan
2.2.1. Pengertian kecerdasan
Intelegensi merupakan sebuah konsep abstrak yang sulit didefinisikan
secara memuaskan. Hingga sekarang, masih belum dijumpai sebuah definsi
tentang intelegensi yang dapat diterima secara universal. Meskipun demikian, dari
sekian banyak definsi tentang dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga klasifikasi
berikut: (Desminta, 2008)
Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan, beradaptasi dengan
situasi-situasi yang sangat beragam
Kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan
Keamampuan untuk berfikir secara abstrak, menggunakan konsep-konsep
abstrak dan dan menggunakan secara luas simbol-simbol dan konsep-
konsep
Sedangkan IQ ( Intelligence Quotient ) adalah skor yang diperoleh dari
sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit
indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient atau yang biasa
disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia
21
yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis
pada awal abad ke-20 (Walgito, 2004).
Inti kecerdasan intelektual ialah aktivitas otak. Tingkat kecerdasan seorang
anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ memegang peranan penting untuk
suksesnya anak dalam belajar. Menurut penelitian, IQ atau daya tangkap
seseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangat
dipengaruhi oleh garis keturunan (genetik) yang dibawanya dari keluarga ayah
dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup (Desminta, 2008).
2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual
Bayley (1979) di dalam studinya menemukan beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan intelektual individu, yaitu:
a. Keturunan:
Studi korelasi nilai-nilai tes intelegensi di antara anak dan orang tua, atau
dengan kakek-neneknya, menunjukkan adanya pengaruh faktor keturunan
terhadap tingkat kemampuan mental seseorang sampai pada tingkat tertentu.
b. Latar belakang sosial ekonomi:
Pendapatan keluarga, pekerjaan orangtua dan faktor-faktor sosial ekonomi
lainnya, berkorelasi positif dan cukup tinggi dengan taraf kecerdasan individu
mulai usia 3 tahun sampai dengan remaja.
c. Lingkungan hidup:
Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual
yang kurang baik pula. Lingkungan yang dinilai paling buruk bagi
perkembangan intelegensi adalah panti-panti asuhan serta institusi lainnya,
terutama bila anak ditempatkan di sana sejak awal kehidupannya.
d. Status gizi:
Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik maka diperlukan zat makanan
yang adekuat. Makanan yang kurang baik secara kualitas maupun kuantitas
akan menyebabkan gizi kurang. Keadaan gizi kurang dapat mengakibatkan
perubahan struktural dan fungsional pada otak. Jenis makanannya yang
mengandung Protein, Karbohidrat, Lemak, Vitamin dan Mineral.
22
Menurut Georgieff (2007), Otak manusia mengalami perubahan struktural
dan fungsional yang luar biasa antara minggu ke 24 dan minggu 42 setelah
konsepsi. Sel-sel otak mulai terbentuk pada trimester pertama kehamilan,dan
berkembang pesat sejak dalam rahim. Perkembangan ini berlanjut saat setelah
lahir hingga usia 2 atau 3 tahun, periode tercepat usia 6 bulan pertama. Setelah
usia tersebut praktis tidak ada pertumbuhan lagi, kecuali pembentukan sel neuron
baru untuk mengganti sel otak yang rusak. Dengan demikian diferensiasi dan
pertumbuhan otak berlangsung hanya sampai usia 3 tahun.
2.2.3. Penilaian kecerdasan (Intelegence Question)
Nilai yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasaan. Tes ini memberikan
indikasi mengenai taraf kecerdasaan seseorang dan menggambarkan kecerdasaan
seseorang secara keseluruhan (Walgito, 2004).
Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh para ilmuwan
adalah :
IQ x gguhnyaUsia Sesun
l AnakUsia Menta100
Umur mental (MA/mental age) diketahui dari hasil pengerjaan soal- soal
tes, sedangkan umur kronologis (CA/chronologic age) diketahui dari tanggal
kelahiran. Angka 100 digunakan sebagai bilangan pengali supaya IQ bernilai 100
bila MA sama dengan CA. Bila MA < CA = Maka IQ < 100. Sebaliknya bila
MA > CA = maka IQ > 100 (Desminta, 2008).
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang
rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4 tahun. Inilah yang disebut
dengan Usia Mental. Berarti IQ si anak adalah 4/3 x 100 = 133 (Desminta, 2008).
Tetapi kemudian timbul masalah karena setelah otak matang, tidak terjadi
perkembangan lagi bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.
Dengan demikian, MA akan mengalami stagnasi dan penurunan pada waktu
tertentu, tetapi CA terus bertambah. Bila rumus diatas tetap dipakai, maka skor IQ
seorang akan turun bila diukur kembali setelah ia berumur 50 tahun (Desminta,
2008).
23
Tabel 5. Skala Skor IQ Menurut Binet
IQ Klasifikasi Tingkat sekolah
Diatas 139 Sangat superior Orang yang sangat pandai
120-139 Superior Dapat menyelesaikan
studi di universitas tanpa
banyak kesulitan
110-119 Diatas rata-rata Dapat menyelesaikan
sekolah lanjutan tanpa
kesulitan
90-109 Rata-rata Dapat menyelesaikan
sekolah lanjutan
80-89 Dibawah rata-rata Dapat meyelesaikan
sekolah dasar
70-79 Borderline Dapat mempelajari
sesuatu tapi lambat
Di bawah 70 Terbelakang secara
Mental
Tidak bisa mengikuti
pendidikan di sekolah
2.2.4. Pertumbuhan dan Perkembangan Otak
Diantara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak
awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun
otak terus bertumbuh pada masa awal anak-anak, namun pertumbuhannya tidak
sepesat pada masa bayi (Desminta, 2008).
Pada saat bayi, mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari
otak dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90%
otak orang dewasa. Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang
dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian
oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energi setiap harinya (Desminta, 2008).
Jumlah sel otak secara keseluruhan adalah satu trilyun sel termasuk 100
milyar sel aktif dan 900 milyar sel lainnya yang menempel, memberikan makan
dan mengisolasi sel-sel yang aktif. Masing-masing sel otak manusia membentuk
jaringan atau yang dinamakan dendrit, sampai sebanyak 20.000 tiap sel otaknya.
Tiap jaringan yang terbentuk dirangsang oleh informasi yang masuk ke dalam
24
otak. Saat janin mulai terbentuk dalam perut ibu, sel neuron berkembang dengan
penambahan kecepatan yang luar biasa, yaitu 250.000 sel per menitnya. Semakin
banyak jaringan yang terbentuk (dendrit), semakin cerdas dan kreatif anak
tersebut, yang akan mempengaruhi hasil prestasi belajar anak tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan otak adalah nutrisi,
salah satunya adalah asam amino. Zat yang bersumber dari protein ini sangat
membantu proses pengolahan informasi di otak, dimana indikatornya dengan
menggunakan TB/U, anak yang tinggi kurus akan lebih cerdas dibandingkan
dengan anak yang pendek dan gemuk.
Saat bayi lahir, seluruh neuron sudah lengkap seperti manusia dewasa.
Setelah itu, perkembangan yang terjadi adalah pembentukan jaringan-jaringan
yang menghubungkan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain: sinaps
(Windura, 2008).
Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan
myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat
dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan
kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem saraf. Beberapa ahli psikologi
perkembangan percaya bahwa myelination adalah penting dalam pematangan
sejumlah kemampuan anak-anak (Desminta, 2008).
Otak tumbuh maksimum di usia 0 – 18 tahun, dan pertumbuhan yang pesat
terjadi pada usia anak usia 0 – 5 tahun, para ahli mengatakannya sebagai The
Golden Age (masa keemasan) sebab di usia ini otak tumbuh 90 % dan 100 %
setelah anak berusia 18 tahun.
Hingga usia dewasa awal (19–40 tahun), kematangan otak manusia baru
tercapai. Terutama, pada bagian korteks prefrontal, yang berfungsi sebagai pusat
perencanaan (planning), mencari jalan keluar (problem solving), nalar, emosi,
gerakan dan sebagian pusat bicara manusia, masih ada banyak kesempatan yang
mendukung tumbuh-kembang otak selama proses maturitas otak masih berjalan.
Menurut Judith Rapoport dan Paul Thompson kematangan otak terjadi
secara bertahap: bagian otak yang pertama kali menjadi matang adalah bagian
depan dan belakang, yang antara lain berfungsi memproses sensasi indrawi dan
melakukan gerakan. Kemudian, diikuti oleh maturitas bagian otak yang berfungsi
25
mengembangkan orientasi spasial dan bahasa. Sedangkan bagian otak dengan
fungsi-fungsi yang lebih lanjut, seperti mengintegrasikan informasi dari berbagai
indra, matang paling akhir.
Kapasitas otak tidak terbatas terbukti dari penilitian Prof, Marc
Rosenweig, apabila dalam 1 detik saja kita bisa mengingat 10 informasi baru, jika
kita terus mengingat informasi-informasi baru tanpa berhenti selama 100 tahun ke
depan, kita baru saja mempergunakan kapasitas otak kita kurang dari 10% saja
(Windura, 2008).
Namun pertumbuhan dan perkembangan otak akan maksimal hanya jika
anak mendapatkan rangsangan dari lingkungannya, rangsangan yang dimaksud
adalah semua obyek dan perlakuan yang didapat anak dari lingkungan yang
melibatkan semua indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
indera pengecap. Semua alat indera ini harus dioptimalkan untuk menyerap
semaksimal mungkin stimulus dari luar dirinya.
Peranan orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak begitu besar
dan sangat menentukan keberhasilan anak dalam perkembangan intelektual dan
pribadinya. Anak akan menjadi apa dan siapa kelak di kemudian hari sangat
tergantung pada bagaimana orang tua mengambil bagian dalam membentuk dan
mengarahkannya sejak kecil.
2.2.5. Fungsi Otak Manusia
Secara struktural, otak dibangun oleh komponen seluler yang meliputi sel-
sel saraf (neuron) dan sel-sel pendukung (neuroglia), komponen air, ion-ion,
karbohidrat, lemak, dan protein. Jumlah sel saraf dalam otak: 100.000.000.000
dan jumlah sinaps yang dibentuk 1014
(Pasiak, 2009). Secara fungsional, transmisi
pesan dalam otak melibatkan neuron, neurotransmitter, sinaps, reseptor, ion-ion
dan molekul-molekul. Neurotransmisi itu dapat berlangsung dengan cara elektris
(sinaps elektris) maupun kemis (sinaps kimia) (Pasiak, 2009).
Otak terbagi menjadi 2 sisi, yaitu sisi kiri dan sisi kanan yang disebut
hemisfer kiri dan hemisfer kanan. Hemisfer kiri berfungsi sebagai pengendali IQ
(Intelligence Quotient) seperti hal perbedaan, angka, urutan, tulisan, bahasa,
hitungan dan logika. Karena bersifat logis maka ia berhubungan erat dengan
pembentukan kecerdasan anak pada pendidikan formal. Daya ingat hemisfer kiri
26
bersifat jangka pendek (short term memory). Bila terjadi kerusakan pada otak kiri
maka akan terjadi gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa dan
matematika (Pasiak, 2009).
Hemisfer kanan bertanggung jawab untuk dalam perkembangan EQ
(Emotional Quotient), seperti hal persamaan, khayalan, kreativitas, bentuk atau
ruang, emosi, musik dan warna. Daya ingat hemisfer kanan bersifat panjang (long
term memory). Bila terjadi kerusakan pada hemisfer kanan misalnya pada
penyakit stroke atau tumor otak, maka fungsi otak yang terganggu adalah
kemampuan visual dan emosi misalnya (Pasiak, 2009).
Berbagai aktivitas yang menstimulasi kedua hemisfer secara bersamaan
akan mendorong perkembangan inteligen secara global. Sementara itu
hipokampus berfungsi untuk interaksi sosial, emosi dan memori (Pasiak, 2009).
2.2.6. Nutrisi Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Otak
Otak merupakan organ yang banyak mengandung lemak. Lemak ada tiga
jenis yaitu trigliserida, asam lemak fosfolipid, dan sterol. Yang merupakan
komponen pembentuk sel-sel otak adalah asam lemak fosfolipid. Sel-sel saraf
(neuron) mempunyai selubung atau lapisan yang dinamakan mielin. Sebagian
besar lemak dibutuhkan untuk pembentukan sel neuron dan myelin (Jensen,
2007).
Nutrisi sangat mempengaruhi otak, seperti vitamin dan nutrisi lainnya
sangat penting bagi perkembangan otak kita, pemeliharaan sel-sel saraf dan
metabolisme otak. Glukosa yang merupakan gula darah adalah satu-satunya
sumber energi bagi sel-sel otak kita (Jensen, 2008).
a. Nutrisi utama bagi otak (Pasiak, 2009) :
1) Air merupakan komponen utama (80%) darah. Fungsi air adalah alat
transportasi untuk nutrien dan sampah-sampah yang terbentuk akibat
proses kimia dalam sel. Air bersih yang tersedia cukup dapat membentuk
menjadi konsentrasi dan kewaspadaan.
2) Protein, ditemukan dalam daging, ikan, susu, keju dan biji-bijian. Protein
menyediakan materi untuk pembangunan struktur tubuh, termasuk otak.
Juga digunakan sebagai meningkatkan fungsi mental dan membangkitkan
semangat.
27
3) Karbohidrat ditemukan dalam biji-bijian dan buah. Setelah dicerna
karbohidrat dipecah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi
utama bagi otak.
4) Lemak, ada dua jenis lemak dalam makanan, asam lemak jenuh dan tak
jenuh. Asam lemak jenuh ganda dikenal dengan Omega-6 (misalnya asam
linoleat dan AA) dan Omega-3 (misalnya asam α-linolenat, EPA, dan
DHA) sering di sebut asam lemak esensial (ALE). ALE inilah yang dapat
meningkatkan ukuran otak dan jumlah sel otak, memperbaiki penglihatan,
dan membantu belajar. Sumber utama ALE adalah ikan salmon, kacang-
kacangan, biji-bijian. Paling penting bagi otak adalah asam
dokosaheksanoat (DHA) dan asam arakhidonat (AA). DHA turut
merancang pembentukan sistem saraf, memperbanyak dendrit dan
menebalkan myelin pembungkus saraf.
5) Vitamin dan mineral diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi otak.
Vitamin B kompleks berperan penting dalam menghasilkan energi bagi
otak. Vitamin A, C dan E merupakan antioksidan kuat dan penting untuk
meningkatkan serta menjaga memori pada usia lanjut. Mineral berperan
penting dalam menjaga kekuatan otak. Magnesium dan Mangan
dibutuhkan untuk memberikan energi bagi otak. Sodium, potasium dan
kalsium sangat penting untuk komunikasi sel saraf dan mempermudah
pengiriman pesan.
28
Gambar 2. Nutrisi bagi otak
(Eric Jensen, 2008)
Beberapa tips nutrisi bagi guru: (Jensen, 2008)
Kekurangan vitamin dan mineral dapat disebabkan oleh makanan
yang tidak memadai maupun penyerapan nutrient yang kurang baik oleh
tubuh. kedua hal ini dapat menyebabkan kelelahan, kehilangan selera,
konsentrasi yang buruk, memori yang berkurang, dan sebagainnya. Bila
ada masalah diantara para siswa, mintalah saran dari konsultan
medis/keseharan yang ada disekolah
Jika sekolah berlokasi di wilayah miskin, ada kecenderungan kuat
bahwa banyak siswa yang tidak makan dengan layak. Mulailah berinisiatif
mengambil langkah-langkah untuk mencari program bantuan makan pagi
dan siang dari negara untuk sekolah.
Monitorlah menu yang ada di program makan siang kantin yang
ada dan berikan usulan untuk memasukkan menu makanan tambahan yang
kaya vitamin.
29
Ajarilah kepada siswa mengenai hubungan antara makanan
bernutrisi dengan kognisi dan kondisi tubuh yang baik.
Dosis vitamin yang berlebihan tidak member manfaat dan justru
dapat menjadi racun. Jagalah untuk tetap berada dalam ketentuan dosis
yang dianjurkan.
2.3. Prestasi Belajar
2.3.1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi dari bahasa Belanda “prestatie,” dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi dalam literature selalu dihubungkan
dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh (Robert M. Gagne dalam
Djamarah, 2002), bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang
dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.
Prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan murid dalam mempelajari
materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari
hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu (Djamarah, 2002).
Sehingga Prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang
dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi
target dalam ketiga kriteria tersebut (Djamarah, 2002).
Berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru disekolah, maka prestasi
belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif) dan
pernyataan verbal (kualitatif). Prestasi belajar yang dituangkan dalam bentuk
angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan prestasi belajar yang
dituangkan dalam bentuk pernyataan verbal misalnya, baik sekali, baik, sedang,
kurang dan sebagainya (Djamarah, 2002).
2.3.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Menurut Slameto (2010), secara garis besar faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar dan prestasi belajar digolongkan menjadi dua
bagian yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada
30
dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor
yang ada di luar individu.
a. Faktor Intern
1) Kondisi fisik
Kondisi fisiologis umum dari pelajar sangat berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan
belajarnya dari orang dalam keadaan lelah atau sakit. Anak yang kekurangan gizi,
belajarnya tidak sebaik anak yang sehat. Mereka lebih lekas lelah, mudah
mengantuk, dan sulit menerima pelajaran. Kekurangan gizi disertai anemia akan
mengurangi ketahanan fisik anak sehingga konsentrsi belajar anak menurun dan
akhirnya akan mengurangi prestasi belajar (Slameto, 2010).
Selain kondisi fisiologis, bahwa yang tidak kalah pentingnya adalah
kondisi pancaindera. Berfungsinya alat pancaindera dengan baik merupakan
syarat yang memungkinkan proses belajar berjalan dengan baik. Dalam sistem
pendidikan, dewasa ini diantara pancaindera manusia yang paling berperan dalam
proses belajar adalah mata dan pendengaran. Hal ini penting, karena sebagian
besar hal yang dipelajari oleh manusia, dipelajarinya melalui penglihatan dan
pendengaran. Dengan demikian, seorang anak yang memiliki cacat fisik atau
bahkan cacat mental akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran,
sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi hasil prestasi belajarnya disekolah
(Slameto, 2010).
2) Kondisi Psikologis
a) Kecerdasan
Intelegensia atau kecerdasan merupakan faktor yang besar peranannya
dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti program
pendidikan. Pada umumnya seseorang yang mempunyai taraf kecerdasan tinggi
akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai
taraf kecerdasan yang sedang atau rendah. Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Edward dan Coleman menunjukkan adanya hubungan yang erat antara hasil tes
intelegensia dengan prestasi belajar (Slameto, 2010).
31
Pada umumnya sistem nilai yang ditekankan pada dunia pendidikan adalah
pencapaian prestasi belajar. Sering kegagalan dalam mencapai prestasi yang
diharapkan dapat dicari keterangannya antaralain dari hasil tes integensi.
Hal penting yang sering dihubungkan dengan kepandaian seseorang yaitu
daya ingat. Kuatnya daya ingat seseorang tergantung 3 faktor:
(1) Kapasitas Otak
Telah terbukti bahwa kapasitas seseorang berhubungan serat dengan faktor
gizi pada masa awal kehidupan, terutama pada masa didalam kandungan dan
balita. Dikatakan bahwa intelegensi seseorang sangat dipengaruhi oleh
perkembangannya selama dalam kandungan dan semasa kanak-kanak.
(2) Minat/Perhatian
Jika perhatian untuk mengetahui sesuatu begitu besar, akan lebih mudah kita
untuk mengetahuinya. Apa yang dialami dalam hidup sangat mempengaruhi
minat kita, lingkungan kita juga mempengaruhi. Namun jika dalam
pengalaman hidup kita menemukan hal yang kontradiksi dengan apa yang kita
inginkan maka kita bisa tidak tertarik pada bidnag tersebut. Kalau sejak dini
anak kerap kali mendapatkan informasi yang menarik maka perhatian anak
akan ilmu tersebut menjadi lebih besar.
(3) Asosiasi Dengan Peristiwa Lain
Sering kita akan lebih mudah mengingat sesuatu bila kita menghubungkannya
dengan peristiwa yang lain. Kita akan lebih mudah menjawab soal ujian, jika
sebelumnya kita pernah berdebat soal itu dengan teman sekelas.
b) Bakat
Bakat ditinjau terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan
sesuatu sedikit sekali tergantung pada latihan mengenai hal tersebut (Slameto,
2010).
c) Motivasi
Motivasi sangat penting dalam keberhasilan belajar. Ada 2 macam
motivasi: motivasi intrinsik (dari dalam) yaitu motivasi yang fungsinya tidak usah
dirangsang dari luar karena memang dalam diri sendiri telah ada dorongan itu.
Motivasi ekstrinsik (dari luar) adalah motivasi yang berfungsi karena ada
32
rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik lebih menunjang keberhasilan belajar
dibandingkan motivasi ekstrinsik (Slameto,2010).
d) Konsentrasi
Kemampuan konsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Keluhan kurang
konsentrasi sering ditemui, terutama pada anak kecil, sering didapati adanya
gangguan pemusatan pada perhatian bisa disertai hiperaktifitas maupun tanpa
hiperaktifitas. Di dalam setiap langkah belajar, apakah itu didalam kelas ataupun
belajar sendiri diperlukan konsentrasi pikiran yang tinggi (Slameto,2010).
b. Faktor Ekstern
Bahan atau alat yang harus dipelajari adalah merupakan masukan mentah
ikut menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan bagaimana hasil yang
dapat diharapkan. Belajar mengenai ketrampilan dan ketrampilan soal tidaklah
sama. Taraf kesukaran yang harus dipelajari sangat berpengaruh terhadap proses
dan hasil belajar (Slameto, 2010).
1) Lingkungan
Lingkungan alami, misalkan keadaan suhu, kelembaban udara juga
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Belajar dengan udara yang
segar akan lebih baik hasilnya dibandingkan belajar dalam keadaan yang
panas dan pengap. Untuk belajar yang baik diperlukan kondisi-kondisi:
a) Kondisi fisik lingkungan: tempat belajar sendiri, tempat belajar yang tidak
ramai, dan tempat belajar yang cukup penerangannya.
b) Kondisi fisik anak: betapa cerdas dan rajinnya seorang anak, tapi kalau
sering sakit pasti sukar sekali memperoleh kemajuannya dalam pelajarannya:
keadaan fisik lemah merupakan penghalang sangat besar untuk dapat
menyelesaikan pelajarannya. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya
gangguan kesehatan badan harus diberi perhatian sepenuhnya; kelalaian atau
keganasan.
Lingkungan sosial berpengaruh langsung terhadap proses dan hasil belajar.
2) Instrumental
Faktor yang adanya dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar
yang diharapkan. Yang termasuk dalam faktor ini adalah gedung,
perlengkapan belajar, alat praktikum dan fasilitas lainnya. Dan dapat berupa
33
faktor lunak seperti: kurikulum, program, pedoman belajar, tenaga
pengajarnya dan sebagainya.
2.3.3. Pengukuran prestasi belajar
Pengukuran yang dilakukan dengan memberikan skor yang dilanjutkan
dengan penilaian, penskoran adalah langkah awal dalam mengolah hasil pekerjaan
siswa dan merupakan pengubahan jawaban tes menjadi angka-angka, atau dengan
istilah kita mengadakan kuantifikasi. Penilaian adalah ubahan dari skor, dan sudah
dijadikan satu dengan skor-skor lain serta telah disesuaikan pengaturannya dengan
standar tertentu (Djamarah, 2002).
Standar yang dipakai oleh sekolah adalah standar yang sudah ditetapkan
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dengan menggunakan
kurikulum berbasis kompetensi, dimana unsur pentingnya adalah partisipasi
masyarakat, tranparansi dan akuntabilitas public. Atas dasar itu, laporan kemajuan
hasil belajar peserta didik dibuat sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah
kepada orang tua, komite sekolah (Djamarah, 2002).
Pelaporan prestasi belajar mempunyai perhitungan sebagai berikut:
Nilai Ulangan Harian 1, 2, dan 3 dijumlah dan rata-rata
Nilai Ulangan Tengah Semester
Nilai Ulangan Akhir Semester
Rumus perhitungan untuk nilai rapor adalah:
(60% × nilai ulangan harian rata-rata) + ( 20% × nilai ulangan
tengah semester) + ( 20% × nilai ulangan akhir sekolah)
Tabel 5. Kriteria Prestasi Belajar Nilai Rapor
Nilai Prestasi belajar
86-100 Baik Sekali
71-85 Baik
56-70 Cukup
41-55 Kurang
< 40 Sangat kurang
Sumber: Buku Laporan Pendidikan, 2008
34
2.3.4. Pengertian evaluasi belajar
Dalam sebuah tulisan tentang Penilaian Hasil Belajar, Annurachman
(2009) mengemukakan banyak orang mencampuradukan pengertian antara
evaluasi, pengukuran, tes dan penilaian, padahal keempatnya memiliki pengertian
yang berbeda.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program
yang direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak dan dapat pula
untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaanya (Annurachman, 2009).
Secara umum evaluasi bertujuan untuk melihat sejauhmana suatu program
atau suatu kegiatan tertentu dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan
(Annurachman, 2009).
2.3.5. Hubungan Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa
Pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak
cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung
lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi
ketidakmampuan berfungsi normal (Anwar, 2008).
Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan
pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang
juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan dan
ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh
terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).
Masalah-masalah gizi yang terjadi di Indonesia masih sangat banyak
antara lain Kekurangan Energi Protein (KEP), Anemia, Kurang Vitamin A
(KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) yang sangat
mempengaruhi konsentrasi dan kemampuan belajar siswa (Depkes, 2005).
Nutrisi yang baik menunjang pemfungsian neuron-neuron yang sehat.
Kebutuhan paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa. Yang kedua,
otak membutuhkan air-air murni setiap hari untuk pembelajaran yang optimal.
Otak terdiri 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH (Jansen,
2007).
Selain air dan oksigen, Judith Wurtman, dari MIT (1986) mengatakan
bahwa asam amino dapat mempengaruhi tahap pembelajaran baik secara positif
35
maupun negatif. Kandungannya di dalam protein dangat penting bagi otak. Rata-
rata lima belas sampai tiga puluh gram perhari sudah cukup untuk mengkonsumsi
protein (Jansen, 2007).
2.3.6. Hubungan IQ terhadap Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan
hasil belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor
salah satunya IQ. Bahwa intelegensi (IQ) hanya merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Interaksi antar berbagai faktor
(internal dan eksternal) yang menjadi determinan atau penentu bagaimana hasil
akhir proses belajar yang dialami individu. Peranan masing-masing faktor penentu
tidak selalu sama dan tetap.
Banyak orang berpendapat untuk meraih prestasi yang tinggi dalam
belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang juga tinggi.
Hal ini karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan
dalam belajar (Bachtiar, 2009).
Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi, tetapi
memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Namun, ada siswa yang
walaupun kemampuan inteligensinya rendah, dapat meraih prestasi belajar yang
relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor
yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang
mempengaruhi. Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi
kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain di
antaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ), yakni
kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati,
mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama
(Bachtiar, 2009).
Hasil penilitian tentang hubungan IQ dengan prestasi belajar telah banyak
dilakukan. Pada umumnya hasil yang diperoleh signifikan. Hal ini menunjukkan
ada korelasi yang cukup tinggi antara IQ dengan prestasi belajar, semakin tinggi
IQ siswa semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh.
36
2.4. Penelitian terkait yang pernah dilakukan
Dari hasil penelitian prestasi belajar siswa di salah satu sekolah dasar di
kecamatan Selo kabupaten Boyolali yang dilakukan pada tahun 2005, ternyata
masih ada prestasi belajar siswa di bawah nilai rata-rata yaitu 7,04 sebesar 44,8%
(Sukadi, 2005) untuk itu penulis melakukan penelitian tentang hubungan status
gizi terhadap prestasi belajar.
Dari hasil analisa Eti (1987) dengan uji korelasi p<0,05 dapat diketahui
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konsumsi energi dan protein
(status gizi) dengan prestasi belajar murid SD Negeri Kebon jeruk 02 pagi.
Dari hasil penelitian Siti Rahayu (2006) yang berjudul Hubungan status
gizi dengan tingkat prestasi belajar SDN Kerta Raharja IV Karawang didapatkan
hubungan yang bermakna antara status gizi dengan tingkat prestasi belajar.
Di Indonesia, penelitian mengenai hubungan antara IQ dengan prestasi
belajar telah banyak dilakukan. Penelitian Utami Munandar menunjukkan adanya
korelasi yang signifikan antara IQ dengan prestasi belajar sebesar r = 0,72 di SD
dan r = 0,58 di SMP. Berbagai hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
besarnya hubungan antara prestasi belajar dan intelegensi masih belum dapat
disimpulkan secara konsklusif.
37
2.5. Kerangka teori
Gambar 3
Kerangka teori faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Bagan 2
Bagan 2
II.6. Kerangka konsep
Berdasarkan uraian dari latar belakang, tujuan penelitian, dan landasan
teori yang sudah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konsep yang dapat
dibuat sebagai berikut :
Ekstern
- Bahan
- Lingkungan (alami, sosial)
- Instrumental (kurikulum, program,
guru/tenaga pengajar, sarana dan fasilitas )
Prestasi belajar
Intern
Faktor fisik
- Umum (status gizi, anemia)
- Pancaindera (penglihatan, pendengaran)
Faktor psikologis
- Kecerdasan (IQ,EQ,SQ)
- Bakat
- Motivasi
- Konsentrasi
- Dan sebagainya
38
Gambar 4
Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independent : status gizi, IQ
Variabel dependent : prestasi belajar
: area yang diteliti
2.7. Hipotesis
H1 : Ada hubungan antara status gizi (BB/U) dengan prestasi belajar siswa-
siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
H2 : Ada hubungan antara status gizi (TB/U) dengan prestasi belajar siswa-
siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
H3 : Ada hubungan antara status gizi (IMT/U) dengan prestasi belajar siswa-
siswi kelas I SD Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
H4 : Ada hubungan antara IQ terhadap prestasi belalajar siswa-siswi kelas I SD
Pembangunan Jaya Bintaro Tahun Ajaran 2010-2011
Status Gizi
IQ
Prestasi Belajar
Faktor internal
Faktor fisik
- Umum (status gizi, anemia)
- Pancaindera (penglihatan, pendengaran)
Faktor psikologis
- Kecerdasan (IQ,EQ,SQ)
- Bakat
- Motivasi
- Konsentrasi
- Dan sebagainya
Faktor external
- Lingkungan (alami, sosial)
- Instrumental (kurikulum,
program, guru/tenaga pengajar,
sarana dan fasilitas)