BAB 1 171011 (Makrame)

Embed Size (px)

Citation preview

HUBUNGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN TATA BUSANA DI SMP NEGERI 13 BOGOR

Bayu Tantriyani 5525089388

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI TATA BUSANA JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNVERSITAS NEGERI JAKARTA 20111

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Dalam pasal 3 undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Sejalan dengan upaya pemerintah tersebut, SMP sebagai salah satu lembaga pendidikan formal, selain memberikan ilmu pengetahuan umum juga memberikan pendidikan kepada siswanya. Pendidikan keterampilan tersebut dimasukkan dalam kurikulum muatan lokal. Di mana kurikulum muatan lokal ini mempunyai pengetahuan sebagai program pendidikan yang isi dan media penyampaianya dikaitkan dengan lingkungan tempat siswa berada.2 Adapun tujuan dilaksanakanya kurikulum muatan lokal adalah untuk menanamkan kebanggan pada diri siswa atas arti pentingnya kekayaan alam dan budaya, serta memberikan bekal keterampilan.

1 2

UURI No. 20 tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarat : 2003) , h.6. Usman at.al., Pengembangan Muatan Lokal pada Program Pengajaran dan Pendidikan Dasar (Surabaya : SIC, 1995), h.10

2

Pendidikan keterampilan yang diberikan adalah program pendidikan yang bertujuan untuk memperoleh kecakapan dan keterampilan tertentu yang diperlukan siswa sebagai bekal hidupnya dimasyarakat, sehingga bila siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi mereka telah memiliki bekal keterampilan yang dapat digunakan untuk berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekal keterampilan yang diperolehnya tersebut, siswa diharapkan dapat hidup secara lebih mandiri tanpa harus tergantung kepada orang lain. Hal ini diperkuat dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987 dalam petunjuk penerapan MULOK kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah yang menerangkan bahwa: Bidang pembinaan keterampilan akan selalu diusahakan untuk memberikan rangsangan dan motivasi kepada para siswa, agar dapat menumbuhkan keinginan/minat untuk lebih memperdalam keahlianya jenis keterampilan tertentu sehingga dapat memberikan bekal kecakapan. Keterampilan yang dapat berguna untuk hari depan para siswa sendiri, serta untuk disumbangkan kepada masyarakat di lingkunganya.3 Salah satu pendidikan keterampilan yang termasuk dalam kurikulum muatan lokal di tingkat SMP adalah pelajaran Keterampilan Tata Busana. Pada mata pelajaran ini siswa mendapat berbagai pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan bidang busana. Bahan kajian dalam mata pelajaran ini meliputi keterampilan dasar menjahit, keterampilan dalam membuat kerajinan tangan dengan berbagai teknik dll. Tujuan dari diterapkanya pelajaran Tata Busana ini adalah untuk memberikan berbagai pengetahuan dan keterampilan dibidang busana dan keterampilan lainnya kepada peserta didik. Dengan memiliki keterampilan tersebut, diharapkan mereka dapat hidup mandiri dan kelak mereka3

Tim D Sumarsono, Arah Kebijakan dan Program Pembinaan dan Pengembangan Kesiswaan (Jakarta: Mini Jaya, 1992), h. 9

3

lulus dan tidak dapat melanjutkan pendidikanya mereka dapat membuka lapangan kerja baik untuk dirinya maupun orang lain. Menurut Djamarah (2002) bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi-interaksi dengan lingkunganya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.4 Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapai tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.5 Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinomim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan.6 Siswa adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Siswa pada tingkat SMP masih tergolong pada kelompok anak-anak menjelang remaja. Masa remaja ini sering dianggap masa peralihan, dimana saat ketika anak tidak mau lagi diperlakuan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum dapat dikatakan orang dewasa. Menurut Anna Freud (dalam Yusuf. S, 2004) masa remaja juga dikenal dengan masa strom dan

4 5

Drs. Syaiful Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002) h. 13 Muhibbin Syah, M.Ed., Psikologi Belajar, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003) h. 63 6 DEPDIKNAS, Op.Cit., h. 849

4

stress dimana terjadi pergolakan emosi yang diiringi pertumbuhan fisik yang pesat dan perubahan psikis yang bervariasi.7 Menurut Sugilar (2000) Kemandirian belajar merupakan kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam hal penentuan tujuan belajar, metoda belajar, dan evaluasi hasil belajar. Berkaitan dengan hal tersebut.8 Hiemstra yang dikutip Darmayanti, Samsul Islam, & Asandhimitra (2004) menyatakan tentang Kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya.9 Ciri utama dalam kemandirian belajar adalah adanya pengembangan kemapuan siswa untuk melakukan proses belajar yang tidak tergantung pada faktor guru, teman, kelas dan lain-lain. Kata kunci dalam kemandirian belajar adalah adanya inistiaf, antusiasme, berusaha keras untuk meraih prstasi, tanggung jawab, dan disiplin. Dalam pelaksanaannya, tidak semua siswa memiliki kemandirian belajar yang tinggi terhadap mata pelajaran Tata Busana. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran Tata Busana kurang efektif sehingga sulit untuk mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Mata pelajaran Tata Busana terbagi menjadi dua, yaitu teori dan praktek. Pada pelajaran praktek ini, banyak terdapat pokok bahasan yang menuntut siswanya untuk mengenal berbagai macam hasil kerajinan yang dapat mereka buat7

Yusuf, S, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004) Sugilar. (2000). Kesiapan belajar mandiri peserta pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, 1(2),( Jakarta: Universitas Terbuka, 2000), h.13. 9 Darmayanti, T., Islam, S., & Asandhimitra, Pendidikan tinggi jarak jauh: Kemandirian belajar pada PTJJ. (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004).8

5

dan mengetahui fungsi-fungsi benda tersebut dalam kehidupannya. Pada kenyataannya, kurangnya kemandirain belajar siswa sering kali menjadi kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar. Saat berlangsungnya proses belajar, tampak tidak semua siswa memiliki kemauan untuk mengikuti mata pelajaran tata busana dengan baik. Bahkan beberapa siswa terlihat malu untuk bertanya, ketika guru memberi kesempatan untuk bertanya mereka melewatnya malahan kadang masa bodoh (acuh tak acuh), dan sebagian siswa juga ada yang memiliki ketergantungan baik dalam cara berpikir, bersikap maupun bertindak dan mereka juga selalu mengandalkan orang lain. Siswa yang memiliki kemandirian yang tinggi memiliki peranan dalam hidupnya dia mampu untuk menyelesaikan setiap masalah atau kesulitan dalam hidupnya, memiliki antusiasme dan inisiatif yang tinggi, mau mengakui kesalahan secara terbuka dan berupaya belajar dari kesalahan itu dan selalu memandang kesempatan sebagai tantangan. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang diperoleh setelah mengikuti mata pelajaran tata busana yang meliputi ranah kognitif memuat tentang pengetahuan macam-macam contoh makrame dan ranah afektif serta psikomotor memuat tentang keterampilan membuat keterampilan makrame dengan menggunakan berbagai macam jenis bahan alami dan bahan buatan. Kemandirian belajar siswa dihubungkan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran keterampilan tata busana yaitu kemampuan pada aspek psikomotor yang memuat tentang hasil praktek tata busana (membuat kerajinan

6

makrame). Kemandirian belajar setiap siswa berbeda-beda ada yang tinggi, sedang, dan rendah begitupula dengan hasil yang dicapai pun akan seimbang dengan usaha yang dilakukan. Berdasarkan uraian diatas sehingga peneliti mengambil judul penelitian Hubungan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Tata Busana Di SMP Negeri 13 Bogor.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas, beberapa masalah yang timbul diantaranya : 1. Seberapa besar kemandirian belajar siswa dalam mata pelajaran Tata Busana (kerajinan makrame) di SMP Negeri 13 Bogor? 2. Faktor-faktor kemandirian belajar apa sajakah yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Tata Busana ( kerajinana makrame) di SMP Negeri 13 Bogor? 3. Apakah kemandirian belajar mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata Pelajaran Tata Busana (kerajinan makrame) di SMP Negeri 13 Bogor? 4. Faktor faktor apa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam mata Pelajaran Tata Busana (kerajinan makrame) di SMP Negeri 13 Bogor? 5. Adakah hubungan kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar mata pelajaran Tata Busana (kerajinan makrame) di SMP Negeri 13 Bogor?

7

C. Pembatasan Masalah Karena setiap masalah pada hakikatnya sangat komplek, maka agar tidak menyimpang jauh dari masalah yang akan dibahas oleh peneliti. Maka penulis perlu membatasi masalah yang akan diteliti oleh peneliti terbatas pada : Kemandirian belajar siswa SMP Negeri 13 Bogor Kelas VII Pada Tahun pelajaran 2010-2011 Mata Pelajaran Tata Busana dengan Keterampilan Psikomotor dan Hasil Belajar yang di Nilai hanya Hasil Belajar Praktek (membuat kerajinan makrame).

E. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Adakah hubungan kemandirian belajar siswa terhadap hasil belajar Tata Busana di SMP Negeri 13 Bogor.

F. Kegunaan dan Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai manfaat untuk berbagai pihak diantaranya : 1. Jurusan IKK Bagi jurusan IKK di harapkan mendapatkan masukan dan tambahan dalam proses belajar mengajar khususnya untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.

8

2.

Jurusan Prodi Tata Busana Program Studi Tata Busana dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi kemandirian belajar siswa dan faktor apa saja yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

3.

Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang masalah-masalah kependidikan sehingga kedepanya dapat diteliti dan penelitian yang lebih luas dan mendalam

4.

Masyarakat Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan pengawasan, serta membantu, membimbing dan mengarahkan anaknya untuk bersikap mandiri dan berusaha sendiri. 1

9