4
Kisah Awal Masuknya 7-Eleven ke Indonesia SeVel : Pioner, brand yang melekat di anak muda, positioning, rame tempat nongkrong Rista Rama Dhany - detikfinance Selasa, 19/06/2012 20:17 WIB Jakarta - 'Nongkrong' di 7-Eleven saat ini menjadi tren gaya hidup baru sebagian warga Jakarta khususnya kalangan remaja. Pernahkah ada terpikir bagaimana sang pemilik 7-Eleven di Indonesia membawa ritel tersebut masuk ke Tanah Air? Ternyata bukan lah perkara mudah, berbagai perjuangan dilakukan hingga 7-Eleven memberikan lisensi. Hal ini dikisahkan oleh Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia, Henri Honoris selaku pemegang lisensi 7-Eleven di Indonesia. Ia mengatakan tidak mudah membuat pemilik 7-Eleven memberikan lisensi ke dirinya untuk membuka cabang di Indonesia. "Mereka bilang kalau mau membuka, kenapa harus di Indonesia? karena pada 2005-2006 Indonesia belum dilirik sama sekali," kata Henri dalam seminar Inspiration Young CEO Multimedia Marketer Crativentrepreneur E-Commerce Marketing Genius, di Gedung UOB, Selasa (19/6/2012). Menurut Henri, kalaupun 7-eleven buka di luar negeri lebih baik di Jerman, Prancis, Vietnam dan India. "Pasalnya saat itu sudah 17 tahun 7-Eleven belum membuka lisensi. Terakhir mereka buka lisensi adalah pada tahun 1993 untuk China dan Makau," ungkapnya. Kenapa Henri ngebet dengan 7-Eleven? dikatakannya saat itu 7-Eleven belum ada di Indonesia apalagi usaha yang dipegangnya sedang lesu. "Teknologi digital telah mengubah bisnis Moderen Grup. Pada saat peak di Tahun 2000 Pendapatan kami mencapai Rp 3 triliun namun turun drastis hanya menjadi Rp 200 miliar," tuturnya. Henri pun kembali ke Indonesia, untuk merestrukturisasi bisnis, menutup toko dan mengurangi karyawan, itu rasanya sakit sekali. "Pada 2006 saya memutuskan untuk mencari bisnis baru dan ketemu 7- Eleven yang belum ada di Indonesia," ujarnya.

Artikel 7 Eleven

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel 7 Eleven

Kisah Awal Masuknya 7-Eleven ke Indonesia

SeVel : Pioner, brand yang melekat di anak muda, positioning, rame tempat nongkrong

Rista Rama Dhany - detikfinance

Selasa, 19/06/2012 20:17 WIB

Jakarta - 'Nongkrong' di 7-Eleven saat ini menjadi tren gaya hidup baru sebagian warga Jakarta khususnya kalangan remaja. Pernahkah ada terpikir bagaimana sang pemilik 7-Eleven di Indonesia membawa ritel tersebut masuk ke Tanah Air?

Ternyata bukan lah perkara mudah, berbagai perjuangan dilakukan hingga 7-Eleven memberikan lisensi. Hal ini dikisahkan oleh Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia, Henri Honoris selaku pemegang lisensi 7-Eleven di Indonesia.

Ia mengatakan tidak mudah membuat pemilik 7-Eleven memberikan lisensi ke dirinya untuk membuka cabang di Indonesia.

"Mereka bilang kalau mau membuka, kenapa harus di Indonesia? karena pada 2005-2006 Indonesia belum dilirik sama sekali," kata Henri dalam seminar Inspiration Young CEO Multimedia Marketer Crativentrepreneur E-Commerce Marketing Genius, di Gedung UOB, Selasa (19/6/2012).

Menurut Henri, kalaupun 7-eleven buka di luar negeri lebih baik di Jerman, Prancis, Vietnam dan India. "Pasalnya saat itu sudah 17 tahun 7-Eleven belum membuka lisensi. Terakhir mereka buka lisensi adalah pada tahun 1993 untuk China dan Makau," ungkapnya.

Kenapa Henri ngebet dengan 7-Eleven? dikatakannya saat itu 7-Eleven belum ada di Indonesia apalagi usaha yang dipegangnya sedang lesu.

"Teknologi digital telah mengubah bisnis Moderen Grup. Pada saat peak di Tahun 2000 Pendapatan kami mencapai Rp 3 triliun namun turun drastis hanya menjadi Rp 200 miliar," tuturnya.

Henri pun kembali ke Indonesia, untuk merestrukturisasi bisnis, menutup toko dan mengurangi karyawan, itu rasanya sakit sekali. "Pada 2006 saya memutuskan untuk mencari bisnis baru dan ketemu 7-Eleven yang belum ada di Indonesia," ujarnya.

Namun berulangkali pihak 7-Eleven menolak. "Saya kirim email, kirim lay out, 2 tahun kirim email tidak ada jawaban, kita hampir menyerah tetapi Orang tua saya bilang terus tetap kirim email. Namun akhirnya mereka menjawab dan kami diundang untuk di interview," katanya.

Diungkapkan Henri, mereka akhirnya interview dan pertanyaan mereka kenapa tertarik 7-Eleven harus ada di Indonesia. "Kita jelaskan, kalau kita punya dasar ritel, kalau diberi kepercayaan pasti sukses," ucapnya.

Selama 6 bulan Hendri menunggu jawaban dari 7-Eleven, dan November 2009 akhirnya ia terpilih sebagai master franchisee ke-18.

Page 2: Artikel 7 Eleven

"Alasannya kenapa kita dipilih? mereka bilang ternyata 7-Eleven percaya sekali dengan konsep entrepreneurship, karena 39.000 outletnya yang lain dikelola oleh UKM," ujarnya.

Apalagi 7-Eleven di Indonesia dibuat berbeda, diluar negeri 7-Eleven isinya barang-barang kebutuhan sehari-hari. Sementara di Indonesia isinya makanan dan minuman siap saji.

"Namun mereka memberikan syarat, mereka ingin 7-Eleven dikelola oleh owner, karena ketika kita menemani mereka survei pasar, kita sebagai pemilik menemani langsung, mereka terkesan, sementara 2 pesaing mereka hanya mengirim direktur," jelasnya.

7-Eleven saat ini telah melayani 75.000 custumer per hari, setelah 2 tahun 7-Eleven telah memiliki 73 outlet sebagian besar di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.

PR : Cari competitive dan comparative advantage yang bisa diterima di Indonesia ! (potensi adaptability cepat)

Setelah sukses menggarap pasar di China, Lawson pengelola jaringan ritel papan atas Jepang mulai membidik pangsa pasar ritel di Indonesia dengan menggandeng PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), yang dikenal sebagai pengelola jaringan ritel Alfamidi sebagai pemegang Master Franchise Lawson di Indonesia. Melalui gerai pertama di Kemang pada akhir Juli 2011, kini Lawson dapat dijumpai di 7 gerai dengan lokasi di Jakarta, Tangerang dan Depok.

Pada pembukaan gerai Lawson yang ke 7 di Mercu Buana pada hari Sabtu, 17 Desember 2011 lalu, disemarakkan oleh penampilan khusus dari another tERe’s project "Free Therapy" yang berkolaborasi dengan angklung. Project khusus dari seniman wakil rakyat ini yang mengangkat tema World Music disambut antusias para undangan dan media yang hadir. Tidak hanya itu, grup akustik "FiA & Daniel" juga dihadirkan untuk memeriahkan suasana pembukaan gerai pada malam harinya.

Menurut Corporate Secretary MIDI, Suantopo Po, Lawson Indonesia menyasar pada target konsumen kalangan umur 18 – 40 tahun yang dinamis, bukan hanya para mahasiswa tetapi juga para pekerja dan ibu rumah tangga yang peduli dengan gaya hidup yang serba simple, praktis dan nyaman.

Apalagi dengan kesibukan maupun kemacetan yang cukup menyita waktu, Lawson memberi kemudahan berbelanja dan berkumpul dalam 1 tempat, lanjut Suantopo Po. "Kami melihat pangsa pasar di Indonesia masih sangat besar. Gaya hidup masyarakat kota besar di Indonesia pun sangat familiar untuk gerai dengan konsep convenience store. Dengan varian makanan seperti Oden rebusan daging yang sehat terasa hangat dinikmati dengan kuahnya, kami optimis dapat berkembang dan diterima dengan respon yang cukup baik di pasar Indonesia," katanya.

Meskipun Lawson bukan gerai yang pertama mengusung konsep convenience store, Suantopo Po yakin gerai Lawson yang baru berjumlah 7 gerai ini akan mampu bersaing dengan bisnis sejenis yang sudah lebih dulu ada di Indonesia.

Page 3: Artikel 7 Eleven

Dengan slogan "One Stop For Your Quality Time", Lawson menawarkan sensasi baru dengan makanan sehat serta suasana yang nyaman dan bersahabat, lanjut Suantopo Po. Lawson berkomitmen memperluas pasar serta konsisten melayani kebutuhan konsumen akan convenience store melalui penetrasi ke kota besar lainnya di Indonesia pada tahun depan. Dengan berbelanja di Lawson, kemudahan berbelanja dan keceriaan berkumpul menyatu dalam 1 tempat yang nyaman. (PR/Ezz)

The permit dispute sparked two years ago, when 7-Eleven’s local franchisee, PT Modern Putra Indonesia (MPI), launched its third store in Jakarta. Currently, the company has 76 outlets throughout Indonesia, while Lawson, whose sole local franchisee is PT Midi Utama Indonesia, has 63 stores in the country. PT Midi Utama Indonesia also operates minimart chain Alfamidi.

Last March, the Jakarta Tourism Agency also rebuked Lawson over its business permits. The company’s representative denied the allegations, saying that it has obtained all necessary permits.