Upload
nurul-qalby
View
167
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
Apa itu Komunikasi Terapeutik?Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48).
Tujuan Komunikasi TerapeutikMembantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa. (Indrawati, 2003 48).
Karakteristik Komunikasi TerapeutikAda tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003: 54).
Ikhlas (Genuiness). Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.
Empati (Empathy). Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.
Hangat (Warmth). Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.
Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan perawat-klien
dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta efektifitas dari asuhan
keperawat (Cormier, Cormier dan Weisser, 1984 : 2).
Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan fasilitas di
rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya, pertanyaan yang
disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil prosedur yang dilakukan atau pengobatan.
Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi perawat-klien. Perawat
perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap dan caranya berkomunikasi sebelum
menggunakan dirinya secara terapeutik untuk membantu kerjasama dengan klien dalam
memecahkan dan mengatasi masalah kesehatan klien.
Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi komunikasi dan
sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun
fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan Morgen
(1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat membina hubungan saling
percaya dengan klien, komunikasi dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara
perawat-klien, selanjutnya komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang
tepat dan akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak
dapat dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan
adalah dengan komunikasi.
Sikap perawat dalam komunikasi
Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.
Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat
penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.
Kehadiran fisik, menurut Evans (1975, dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372)
mengidentifikasi 4 sikap dan cara utnuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap utnuk anda"
2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar sesuatu
4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.
Sedangkan kehadiran psikologis dapat dbagi dalam dua dimensi yaitu dimensi tindakan dan
dimensi respon (Truax, Carkhfoff dan Benerson, dikutip dalam Stuart dan Sundeen, 1987 :
126)
1. Dimensi Respon
Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, simpati dan konkrit.
Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan klien untuk membina hubungan saling
percaya dan komunikasi terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai pada akhir
hubungan.
a) Keikhlasan
Perawat menyatakan keikhlasan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan
aktif dalam hubungan dengan klien
b) Menghargai
Rasa menghargai dapat diwujudkan dengan duduk diam bersama klien yang menangis,
minta maaf atas hal yang tidak disukai klien.
c) Empati
Perawat memandang dalam pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan
kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah
tersebut
d) Konkrit
perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan abstrak. Fungsinya yaitu,
mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien, memberikan penjelasan yang
akurat dan mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.
2. Dimensi Tindakan
Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis, dan
bermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 : 131)
a) Konrontasi
KOnfrontasi adalah perasaa perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Konfrontasi
berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap,
kepercayaan, dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien yang telah mempunyai
kesadaran tetapi belum merubah perilakunya.
b) Kesegeraan
Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera
c) Keterbukaan perawat
Perawat membuka diri tentang pengalaman yang sama dengan pengalaman klien. Tukar
pengalaman inim memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan
memberikan sokongan.
d) "Emosional Catharsis"
Emosional katarsis tejadi jika klien diminta untuk bicara tentang hal yang menganggu
dirinya. Perawat harus megkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien
mengalami kesukaran dalam mengekspresika perasaannya, perawat dapat membantu
dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien. Jika klien menyadari
bahwa ia mengekspresikan perasaan dalam suasan menerima dan aman maka klien akan
memperluas kesadaran dan penerimaan pada dirinya.
e) Bermain Peran
Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu ini berguna untuk
meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari
pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikirandan perilaku serta klien
merasa bebas mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang nyaman.
KOMUNIKASI TERAPEUTIKmenumbuhkan semangat hidup untuk sembuh
atau setidaknya mengantar akhir kehidupan yang menyenangkan
Definisi
Hubungan terapeutik antara perawat-klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai
dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina
hubungan intim yang terapeutik (Keliat, 1996: 8). Sumber lain menjelaskan
bahwaupkomunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan
yaitu penyembuhan pasien (Purwanto, 1994: 20).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dari
komunikasi ini adalah adanya saling kebutuhan antar perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dengan pasien,
perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Purwanto, 1994: 20).
Tahapan / Fase dalam Komunikasi Terapeutik
Budi Anna Keliat menjabarkan komunikasi terapeutik dalam 4 fase, yaitu fase pra
interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi (Keliat, 1996: 8-14). Setiap fase
atau tahapan komunikasi terapeutik mencerminkan uraian tugas dari perawat.
Sedangkan Purwanto (1994) membagi tahapan komunikasi dalam tiga fase, yaitu fase
orientasi, fase lanjutan dan fase terminasi. Pada prinsipnya tahapan yang diuraikan
oleh kedua sumber tersebut sama, yaitu fase prainteraksi dan fase orientasi dalam
Keliat sama dengan fase orientasi dalam Purwanto. Sedangkan fase kerja sama dengan
fase lanjutan.
1. Fase Prainteraksi
Pada fase prainteraksi ini, perawat harus mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan sendiri. Perawat juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan profesional
diri. Selanjutnya mencari data tentang klien jika mungkin, dan merencanakan
pertemuan pertama dengan pasien.
2. Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau kontrak
komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi. Program orientasi
tersebut meliputi penentuan batas hubungan, pengidentifikasian masalah, mengakaji
tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari
komunikasi yang akan dilakukan bersama antara perawat dan klien.
Tugas perawat pada fase ini adalah menentukan alasan klien minta pertolongan,
kemudian membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka. Merumuskan
kontrak bersama klien, mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat
penting dilakukan perawat pada tahap orientasi ini. Dengan demikian perawat dapat
mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan klien.
3. Fase kerja / lanjutan
Pada fase kerja ini perawat perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan faktor
fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan interaksi sosial
dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi
kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara
pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja sama. Mengembangkan atau
meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian
dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi
ketergantungan pasien pada perawat, dan mempertahankan tujuan yang telah
disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.
Tugas perawat pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada
klien dengan tepat. Perawat juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien
dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi
penolakan perilaku adaptif.
4. Fase terminasi
Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan
tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan mempertahankan batas
hubungan yang telah ditentukan. Perawat harus mengantisipasi masalah yang akan
timbul pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung pada perawat. Pada
fase ini memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya,
sehingga pasien merasa sunyi, menolak dan depresi. Diskusikan perasaan-perasaan
tentang terminasi (Purwanto, 1994: 25-26).
Pada fase terminasi tugas perawat adalah menciptakan realitas perpisahan. Perawat
juga dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi
perasaan bersama klien tentang penolakan dan kehilangan, sedih, marah dan perilaku
lain, yang mungkin terjadi pada fase ini.
Dimensi Respon Dalam Komunikasi Terapeutik
Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan pasien untuk membina
hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini dipertahankan
sampai batas akhir hubungan, meliputi:
1. Ikhlas, yaitu perawat bersikap terbuka, jujur dan dapat dipercaya
2. Menghargai, yaitu menerima dan mempercayai pasien, mempunyai kemampuan
memecahkan masalah dengan atau tanpa bantuan
3. Empati, yaitu memandang klien melalui pandangan sendiri, peka terhadap
rangsangan pasien saat ini, dapat mengidentifikasi masalah pasien dan memberi
alternatif pemecahan masalah pada pasien sesuai dengan ilmu dan pengalaman
perawat.
4. Konkrit, yaitu menggunakan terminologi yang spesifik, bukan yang abstrak dalam
mendiskusikan perasaan, pengalaman, dan perilaku
Dimensi Tindakan Dalam Keperawatan
Tindakan yang dilaksanakan perawat harus dalam
kehangatan dan pengertian. Dimensi tindakan ini terdiri
dari:
1. Konfrontasi, yaitu perawat mengekspresikan kesenjangan perilaku pasien untuk
meningkatkan kesadaran dirinya
2. Kesegeraan, yaitu memberi respon segera pada hal yang terjadi sekarang dan di
tempat ini, terjadi pada waktu interaksi dan dipakai untuk mempelajari fungsi
pasien dalam hubungan interpersonal
3. Keterbukaan perawat, yaitu perawat mengemukakan informasi tentang dirinya,
ide, perasaan, nilai dan sikap untuk mendukung kerja sama dengan pasien
4. Emosional katarsis, yaitu mendorong pasien bicara hal yang mencemaskan,
perasaan takut, pengalaman dan kecemasan, didiskusikan secara terbuka
5. Bermain peran, misalnya bermain peran tentang situasi tertentu untuk
meningkatkan kesadaran dalam hubungan interaksi dan kemampuan melihat
situasi dari pandangan yang berbeda, pasien belajar perilaku baru pada
lingkungan yang aman.
Alasan Menggunakan Komunikasi Terapeutik
Teori komunikasi sangat sesuai dalam keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Stuart dan Sundeen, 1987: 111, yang dikutip oleh Keliat (1996: 15). Ada tiga alasan
yang dikemukakannya, antara lain karena komunikasi merupakan cara untuk membina
hubungan yang terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi
dan pertukaran perasaan dan pikiran. Alasan yang kedua adalah karena komunikasi
terapeutik bermaksud mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini, keberhasilan
intervensi perawatan tergantung pada komunikasi karena proses keperawatan
ditujukan untuk mengubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
Dan alasan yang ketiga karena komunikasi merupakan suatu hubungan, dan hubungan
perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Teknik Komunikasi Terapeutik
Banyak metode atau teknik komunikasi terapeutik yang
dapat diterapkan oleh perawat dalam membina hubungan
interpersonal dengan klien. Perawat dapat secara aktif
mendengarkan pembicaraan atau keluhan-keluhan pasien.
Kemudian dalam menanggapi pembicaraan klien, perawat
sebaiknya menggunaan pertanyaan terbuka dan tidak
terkesan menghakimi pasien. Mengulang dan
mengklarifikasi topik atau isi dan ide pokok pembicaraan
yang dianggap penting juga sangat baik dilakukan oleh
perawat untuk memperjelas tujuan dari komunikasi yang
sedang dilangsungkan (Budi Anna Keliat, 1996 : 26-28).
Jika isi pembicaraan dengan klien cenderung melenceng,
perawat perlu melakukan focusing, untuk mengarahkan
kembali pada topik pembicaraan yang diperlukan. Rasa
humor dalam berkomunikasi perlu dipelihara oleh perawat
dengan tetap memperhatikan kondisi dan situasi saat
melempar humor. Memposisikan diri sejajar dengan klien
sangat baik dilakukan, agar perawat dapat dengan mudah
menangkap isi pembicaraan klien, dan klien merasa senang
dan aman berada dekat dengan perawat (Kariyoso, 1994 :
41-42).
Perawat juga perlu menjaga sikapnya, misalnya dengan
mengendalikan emosi saat klien memperlihatkan perilaku
yang kurang menyenangkan, yang penting dilakukan oleh
perawat adalah mengarahkan perilaku klien tanpa harus
melukai perasaannya. Menunjukkan sikap terbuka dan siap
menolong, tidak menyilangkan kaki atau melipat tangan
karena sikap ini menunjukkan sikap kurang terlibat. Bila
klien duduk sendiri, ikutlah duduk di sebelah klien atau
tepuklah punggungnya dan tanyakan ada apa. Gunakan
teknik sentuhan misalnya dengan menyentuh tangannya
agar klien merasa dihargai dan mempercayai kita.
Teknik selanjutnya adalah memberikan informasi untuk
pendidikan kesehatan pada klien, sehingga pengetahuan
klien akan kesehatan dirinya meningkat yang selanjutnya
diharapkan dapat merubah perilaku yang sebelumnya
kurang adaptif menjadi lebih adaptif. Sara-saran yang
dianggap perlu untuk mengatasi masalah klien perlu
diberikan perawat, baik ditanya maupun tidak ditanyakan
oleh klien. Melakukan pendidikan kesehatan, bisa pula
dilakukan dengan membagi persepsi dan pengalaman
perawat dengan klien (Ellis, 2002).
Tujuan dan Manfaat Komunikasi Terapeutik
Tujuan komunikasi terapeutik adalah seperti diuraikan oleh Purwanto (1994) dan Budi
Anna Keliat (1996) adalah: 1) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi
yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan; 2) Mengurangi keraguan,
membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan
egonya; dan 3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Sedangkan manfaat atau kegunaan dari komunikasi terapeutik adalah untuk
mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,
mengidentifikasi dan mengakji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan
dalam perawatan. Proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah
laku pasien dan membantu pasien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi pada
tahap perawatan. Pada tahap preventif kegunaannya adalah mencegah adanya
tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien (Purwanto, 1994: 20-21).
Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik
Unsur-unsur dalam komunikasi terapeutik adalah terdiri dari komunikator, komunikan,
pesan yang disampaikan dan lingkungan waktu komunikasi berlangsung. Sumber
proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi
dilakukan oleh sumber ini dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur
keberhasilan dalam mengirim. Pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan
penyandian baik yang berupa bahasa verbal maupun non verbal. Penerima yaitu orang
yang menerima pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh
sumber, sehingga dapat diketahui mengerti tidaknya suatu pesan. Lingkungan waktu
komunikasi berlangsung, yang dalam hal ini meliputi saluran penyampaian dan
penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan. Saluran
penyampaian pesan melalui indra manusia yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap
dan perabaan (Purwanto, 1994: 23).
Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik
Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yang dikutip oleh
Purwanto (1994: 23-25) adalah:
a. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami
dirinya sendiri serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan
saling menghargai.
c. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.
d. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
e. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh
makin matang dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
f. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk
mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun
frustasi.
g. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan
konsistensinya.
h. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.
i. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
j. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan
suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
k. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
l. Altruisme, yaitu mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
m. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil
keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
n. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri
sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Komunikasi Terapeutik Dalam Proses Keperawatan
Pengkajian
Pada tahap pengkajian perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik antara lain
dengan menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi, mengevaluasi
data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi, mengevaluasi
kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal, dan mengobservasi apa yang
terjadi pada pasien tersebut saat ini. Selain itu perawat juga dapat mengidentifikasi
tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik,
menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan non verbal yang sesuai,
atau mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisipasi intervensi
yang dibutuhkan.
Rencana tujuan
Pada tahap perencanaan, perawat dapat menggunakan komunikasi terapeutik antara
lain dengan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri, atau membantu
pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan. Perawat juga
berusaha untuk meningkatkan harga diri pasien, memberikan support karena adanya
perubahan lingkungan. Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih
terbuka.
Implementasi
Dalam mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan, perawat juga dapat
menerapkan teknik komunikasi di dalamnya. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat
diantaranya memperkenalkan diri kepada pasien, memulai interaksi dengan pasien,
membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya, dan
menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.
Menggunakan komunikasi terapeutik dalam mengimplementasikan asuhan
keperawatan dapat meningkatkan harga diri pasien.
Evaluasi dari hasil yang diharapkan
Pada tahap evaluasi, pasien diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dalam
mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri. Komunikasi diharapkan menjadi lebih
jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah. Dengan menerapkan komunikasi
terapeutik pada tahap evaluasi, akan membantu menciptakan lingkungan yang dapat
mengurangi tingkat kecemasan (Purwanto, 1994: 32-34).
Prinsip Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Ilmu KeperawatanKomunikasi merupakan komponen penting dalam praktik keperawatan. Mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan adalah contoh tehnik-tehnik komunikasi yang dilakukan oleh perawat selama praktik.
Dalam konsep komunikasi teraputik menekankan pentingnya “Relationship” dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi terapeutik adalah ketrampilan untuk membantu mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain.
Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat terapaeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut seuai dengan prinsip-prinsip berikut ini:
A. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.B. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargaiC. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasienD. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mentalE. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi
F. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasiln maupun frustasiG. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinyaH. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik.I. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutikJ. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidupK. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap menggangguL. Perawat harus enciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takutM. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.N. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahtraan manusiaO. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dikaukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.