20
Apa itu Komunikasi Terapeutik? Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50). Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48). Tujuan Komunikasi Terapeutik Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa. (Indrawati, 2003 48). Karakteristik Komunikasi Terapeutik Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003: 54). Ikhlas (Genuiness). Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat. Empati (Empathy). Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan. Hangat (Warmth). Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam. Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan perawat- klien dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta efektifitas dari asuhan keperawat (Cormier, Cormier dan Weisser, 1984 : 2). Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu

Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Apa itu Komunikasi Terapeutik?Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003: 48).

Tujuan Komunikasi TerapeutikMembantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa. (Indrawati, 2003 48).

Karakteristik Komunikasi TerapeutikAda tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003: 54).

Ikhlas (Genuiness). Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

Empati (Empathy). Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

Hangat (Warmth). Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

Sikap Perawat dalam Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan perawat-klien

dan kualitas komunikasi mempengaruhi kualitas hubungan serta efektifitas dari asuhan

keperawat (Cormier, Cormier dan Weisser, 1984 : 2).

Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan fasilitas di

rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya, pertanyaan yang

Page 2: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil prosedur yang dilakukan atau pengobatan.

Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi perawat-klien. Perawat

perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap dan caranya berkomunikasi sebelum

menggunakan dirinya secara terapeutik untuk membantu kerjasama dengan klien dalam

memecahkan dan mengatasi masalah kesehatan klien.

Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk

komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi komunikasi dan

sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun

fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan Morgen

(1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat membina hubungan saling

percaya dengan klien, komunikasi dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara

perawat-klien, selanjutnya komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang

tepat dan akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak

dapat dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan

adalah dengan komunikasi.

Sikap perawat dalam komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.

Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat

penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.

Kehadiran fisik, menurut Evans (1975, dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372)

mengidentifikasi 4 sikap dan cara utnuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu : 

1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap utnuk anda"

2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan

untuk tetap berkomunikasi.

3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar sesuatu

4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam

merespon klien.

Sedangkan kehadiran psikologis dapat dbagi dalam dua dimensi yaitu dimensi tindakan dan

dimensi respon (Truax, Carkhfoff dan Benerson, dikutip dalam Stuart dan Sundeen, 1987 :

126)

1. Dimensi Respon

Page 3: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Dimensi respon terdiri dari respon perawat yang ikhlas, menghargai, simpati dan konkrit.

Dimensi respon sangat penting pada awal hubungan klien untuk membina hubungan saling

percaya dan komunikasi terbuka. Respon ini terus dipertahankan sampai pada akhir

hubungan.

a) Keikhlasan

Perawat menyatakan keikhlasan melalui keterbukaan, kejujuran, ketulusan dan berperan

aktif dalam hubungan dengan klien

b) Menghargai

Rasa menghargai dapat diwujudkan dengan duduk diam bersama klien yang menangis,

minta maaf atas hal yang tidak disukai klien.

c) Empati

Perawat memandang dalam pandangan klien, merasakan melalui perasaan klien dan

kemudian mengidentifikasi masalah klien serta membantu klien mengatasi masalah

tersebut

d) Konkrit

perawat menggunakan terminologi yang spesifik, bukan abstrak. Fungsinya yaitu,

mempertahankan respon perawat terhadap perasaan klien, memberikan penjelasan yang

akurat dan mendorong klien memikirkan masalah yang spesifik.

2. Dimensi Tindakan

Dimensi tindakan terdiri dari konfrontasi, kesegeraan, keterbukaan, emosional katarsis, dan

bermain peran (Stuart da Sundeen, 1987 : 131)

a) Konrontasi

KOnfrontasi adalah perasaa perawat tentang perilaku klien yang tidak sesuai. Konfrontasi

berguna untuk meningkatkan kesadaran klien akan kesesuaian perasaan, sikap,

kepercayaan, dan perilaku. Konfrontasi sangat diperlukan klien yang telah mempunyai

kesadaran tetapi belum merubah perilakunya.

b) Kesegeraan

Perawat sensitif terhadap perasaan klien dan berkeinginan membantu dengan segera

c) Keterbukaan perawat

Perawat membuka diri tentang pengalaman yang sama dengan pengalaman klien. Tukar

pengalaman inim memberi keuntungan pada klien untuk mendukung kerjasama dan

memberikan sokongan.

Page 4: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

d) "Emosional Catharsis"

Emosional katarsis tejadi jika klien diminta untuk bicara tentang hal yang menganggu

dirinya. Perawat harus megkaji kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien

mengalami kesukaran dalam mengekspresika perasaannya, perawat dapat membantu

dengan mengekspresikan perasaannya jika berada pada situasi klien. Jika klien menyadari

bahwa ia mengekspresikan perasaan dalam suasan menerima dan aman maka klien akan

memperluas kesadaran dan penerimaan pada dirinya.

e) Bermain Peran

Bermain peran adalah melakukan peran pada situasi tertentu ini berguna untuk

meningkatkan kesadaran dalam berhubungan dan kemampuan melihat situasi dari

pandangan orang lain. Bermain peran menjembatani antara pikirandan perilaku serta klien

merasa bebas mempraktekan perilaku baru pada lingkungan yang nyaman.

KOMUNIKASI TERAPEUTIKmenumbuhkan semangat hidup untuk sembuh

atau setidaknya mengantar akhir kehidupan yang menyenangkan

 

Definisi

Hubungan terapeutik antara perawat-klien adalah hubungan kerja sama yang ditandai

dengan tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina

hubungan intim yang terapeutik (Keliat, 1996: 8). Sumber lain menjelaskan

bahwaupkomunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,

bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya

komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang mengarah pada tujuan

yaitu penyembuhan pasien (Purwanto, 1994: 20).

Page 5: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling

memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dari

komunikasi ini adalah adanya saling kebutuhan antar perawat dan pasien, sehingga

dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dengan pasien,

perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Purwanto, 1994: 20).

 Tahapan / Fase dalam Komunikasi Terapeutik

Budi Anna Keliat menjabarkan komunikasi terapeutik dalam 4 fase, yaitu fase pra

interaksi, fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi (Keliat, 1996: 8-14). Setiap fase

atau tahapan komunikasi terapeutik mencerminkan uraian tugas dari perawat.

Sedangkan Purwanto (1994) membagi tahapan komunikasi dalam tiga fase, yaitu fase

orientasi, fase lanjutan dan fase terminasi. Pada prinsipnya tahapan yang diuraikan

oleh kedua sumber tersebut sama, yaitu fase prainteraksi dan fase orientasi dalam

Keliat sama dengan fase orientasi dalam Purwanto. Sedangkan fase kerja sama dengan

fase lanjutan.

1.       Fase Prainteraksi

Pada fase prainteraksi ini, perawat harus mengeksplorasi perasaan, fantasi dan

ketakutan sendiri. Perawat juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan profesional

diri. Selanjutnya mencari data tentang klien jika mungkin, dan merencanakan

pertemuan pertama dengan pasien.

2.      Fase Orientasi

Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau kontrak

komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi. Program orientasi

tersebut meliputi penentuan batas hubungan, pengidentifikasian masalah, mengakaji

Page 6: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

tingkat kecemasan diri sendiri dan pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari

komunikasi yang akan dilakukan bersama antara perawat dan klien.

Tugas perawat pada fase ini adalah menentukan alasan klien minta pertolongan,

kemudian membina rasa percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka. Merumuskan

kontrak bersama klien, mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat

penting dilakukan perawat pada tahap orientasi ini. Dengan demikian perawat dapat

mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan klien.

3.      Fase kerja / lanjutan

Pada fase kerja ini perawat perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan faktor

fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan interaksi sosial

dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain untuk mengatasi

kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi terapeutik sebagai cara

pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan kerja sama. Mengembangkan atau

meningkatkan faktor fungsional komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian

dan evaluasi masalah yang ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi

ketergantungan pasien pada perawat, dan mempertahankan tujuan yang telah

disepakati dan mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.

Tugas perawat pada fase kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada

klien dengan tepat. Perawat juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien

dan pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau mengatasi

penolakan perilaku adaptif.

4.      Fase terminasi

Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat perencanaan

tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan mempertahankan batas

hubungan yang telah ditentukan. Perawat harus mengantisipasi masalah yang akan

Page 7: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

timbul pada fase ini karena pasien mungkin menjadi tergantung pada perawat. Pada

fase ini memungkinkan ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya,

sehingga pasien merasa sunyi, menolak dan depresi. Diskusikan perasaan-perasaan

tentang terminasi (Purwanto, 1994: 25-26).

Pada fase terminasi tugas perawat adalah menciptakan realitas perpisahan. Perawat

juga dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan. Saling mengeksplorasi

perasaan bersama klien tentang penolakan dan kehilangan, sedih, marah dan perilaku

lain, yang mungkin terjadi pada fase ini.

Dimensi Respon Dalam Komunikasi Terapeutik

Dimensi respon sangat penting pada awal berhubungan dengan pasien untuk membina

hubungan saling percaya dan komunikasi yang terbuka. Respon ini dipertahankan

sampai batas akhir hubungan, meliputi:

1.      Ikhlas, yaitu perawat bersikap terbuka, jujur dan dapat dipercaya

2.      Menghargai, yaitu menerima dan mempercayai pasien, mempunyai kemampuan

memecahkan masalah dengan atau tanpa bantuan

3.      Empati, yaitu memandang klien melalui pandangan sendiri, peka terhadap

rangsangan pasien saat ini, dapat mengidentifikasi masalah pasien dan memberi

alternatif pemecahan masalah pada pasien sesuai dengan ilmu dan pengalaman

perawat.

4.      Konkrit, yaitu menggunakan terminologi yang spesifik, bukan yang abstrak dalam

mendiskusikan perasaan, pengalaman, dan perilaku

Page 8: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Dimensi Tindakan Dalam Keperawatan

Tindakan yang dilaksanakan perawat harus dalam

kehangatan dan pengertian. Dimensi tindakan ini terdiri

dari:

1.      Konfrontasi, yaitu perawat mengekspresikan kesenjangan perilaku pasien untuk

meningkatkan kesadaran dirinya

2.      Kesegeraan, yaitu memberi respon segera pada hal yang terjadi sekarang dan di

tempat ini, terjadi pada waktu interaksi dan dipakai untuk mempelajari fungsi

pasien dalam hubungan interpersonal

3.      Keterbukaan perawat, yaitu perawat mengemukakan informasi tentang dirinya,

ide, perasaan, nilai dan sikap untuk mendukung kerja sama dengan pasien

4.      Emosional katarsis, yaitu mendorong pasien bicara hal yang mencemaskan,

perasaan takut, pengalaman dan kecemasan, didiskusikan secara terbuka

5.      Bermain peran, misalnya bermain peran tentang situasi tertentu untuk

meningkatkan kesadaran dalam hubungan interaksi dan kemampuan melihat

situasi dari pandangan yang berbeda, pasien belajar perilaku baru pada

lingkungan yang aman.

Alasan Menggunakan Komunikasi Terapeutik

Teori komunikasi sangat sesuai dalam keperawatan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Stuart dan Sundeen, 1987: 111, yang dikutip oleh Keliat (1996: 15). Ada tiga alasan

yang dikemukakannya, antara lain karena komunikasi merupakan cara untuk membina

Page 9: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

hubungan yang terapeutik. Dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi

dan pertukaran perasaan dan pikiran. Alasan yang kedua adalah karena komunikasi

terapeutik bermaksud mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini, keberhasilan

intervensi perawatan tergantung pada komunikasi karena proses keperawatan

ditujukan untuk mengubah perilaku dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

Dan alasan yang ketiga karena komunikasi merupakan suatu hubungan, dan hubungan

perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.

Page 10: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Teknik Komunikasi Terapeutik

Banyak metode atau teknik komunikasi terapeutik yang

dapat diterapkan oleh perawat dalam membina hubungan

interpersonal dengan klien. Perawat dapat secara aktif

mendengarkan pembicaraan atau keluhan-keluhan pasien.

Kemudian dalam menanggapi pembicaraan klien, perawat

sebaiknya menggunaan pertanyaan terbuka dan tidak

terkesan menghakimi pasien. Mengulang dan

mengklarifikasi topik atau isi dan ide pokok pembicaraan

yang dianggap penting juga sangat baik dilakukan oleh

perawat untuk memperjelas tujuan dari komunikasi yang

sedang dilangsungkan (Budi Anna Keliat, 1996 : 26-28).

Page 11: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Jika isi pembicaraan dengan klien cenderung melenceng,

perawat perlu melakukan focusing, untuk mengarahkan

kembali pada topik pembicaraan yang diperlukan. Rasa

humor dalam berkomunikasi perlu dipelihara oleh perawat

dengan tetap memperhatikan kondisi dan situasi saat

melempar humor. Memposisikan diri sejajar dengan klien

sangat baik dilakukan, agar perawat dapat dengan mudah

menangkap isi pembicaraan klien, dan klien merasa senang

dan aman berada dekat dengan perawat (Kariyoso, 1994 :

41-42).

Perawat juga perlu menjaga sikapnya, misalnya dengan

mengendalikan emosi saat klien memperlihatkan perilaku

yang kurang menyenangkan, yang penting dilakukan oleh

perawat adalah mengarahkan perilaku klien tanpa harus

melukai perasaannya. Menunjukkan sikap terbuka dan siap

menolong, tidak menyilangkan kaki atau melipat tangan

karena sikap ini menunjukkan sikap kurang terlibat. Bila

klien duduk sendiri, ikutlah duduk di sebelah klien atau

tepuklah punggungnya dan tanyakan ada apa. Gunakan

teknik sentuhan misalnya dengan menyentuh tangannya

agar klien merasa dihargai dan mempercayai kita.

Page 12: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Teknik selanjutnya adalah memberikan informasi untuk

pendidikan kesehatan pada klien, sehingga pengetahuan

klien akan kesehatan dirinya meningkat yang selanjutnya

diharapkan dapat merubah perilaku yang sebelumnya

kurang adaptif menjadi lebih adaptif. Sara-saran yang

dianggap perlu untuk mengatasi masalah klien perlu

diberikan perawat, baik ditanya maupun tidak ditanyakan

oleh klien. Melakukan pendidikan kesehatan, bisa pula

dilakukan dengan membagi persepsi dan pengalaman

perawat dengan klien (Ellis, 2002).

Tujuan dan Manfaat Komunikasi Terapeutik

Tujuan komunikasi terapeutik adalah seperti diuraikan oleh Purwanto (1994) dan Budi

Anna Keliat (1996) adalah: 1) Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi

beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi

yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan; 2) Mengurangi keraguan,

membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan

egonya; dan 3) Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

Sedangkan manfaat atau kegunaan dari komunikasi terapeutik adalah untuk

mendorong dan menganjurkan kerjasama antara perawat dengan pasien melalui

hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha mengungkap perasaan,

mengidentifikasi dan mengakji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan

dalam perawatan. Proses komunikasi yang baik dapat memberikan pengertian tingkah

laku pasien dan membantu pasien untuk mengatasi persoalan yang dihadapi pada

Page 13: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

tahap perawatan. Pada tahap preventif kegunaannya adalah mencegah adanya

tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri pasien (Purwanto, 1994: 20-21).

Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik

Unsur-unsur dalam komunikasi terapeutik adalah terdiri dari komunikator, komunikan,

pesan yang disampaikan dan lingkungan waktu komunikasi berlangsung. Sumber

proses komunikasi yaitu pengirim dan penerima pesan. Prakarsa berkomunikasi

dilakukan oleh sumber ini dan sumber juga menerima pesan sebagai tolak ukur

keberhasilan dalam mengirim. Pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan

penyandian baik yang berupa bahasa verbal maupun non verbal. Penerima yaitu orang

yang menerima pengiriman pesan dan membalas pesan yang disampaikan oleh

sumber, sehingga dapat diketahui mengerti tidaknya suatu pesan. Lingkungan waktu

komunikasi berlangsung, yang dalam hal ini meliputi saluran penyampaian dan

penerimaan pesan serta lingkungan alamiah saat pesan disampaikan. Saluran

penyampaian pesan melalui indra manusia yaitu pendengaran, penglihatan, pengecap

dan perabaan (Purwanto, 1994: 23).

Prinsip-Prinsip Komunikasi Terapeutik

Prinsip-prinsip komunikasi terapeutik menurut Carl Rogers yang dikutip oleh

Purwanto (1994: 23-25) adalah:

a.       Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami

dirinya sendiri serta nilai yang dianut.

b.      Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan

saling menghargai.

c.       Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasien.

Page 14: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

d.      Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.

e.       Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki

motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh

makin matang dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi.

f.       Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk

mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun

frustasi.

g.      Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan

konsistensinya.

h.      Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya

simpati bukan tindakan yang terapeutik.

i.        Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.

j.        Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan

orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan

suatu keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.

k.      Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.

l.        Altruisme, yaitu mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara

manusiawi.

m.    Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil

keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.

n.      Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri

sendiri atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.

Page 15: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

Komunikasi Terapeutik Dalam Proses Keperawatan

Pengkajian

Pada tahap pengkajian perawat dapat melakukan komunikasi terapeutik antara lain

dengan menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi, mengevaluasi

data tentang status mental pasien untuk menentukan batas intervensi, mengevaluasi

kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal, dan mengobservasi apa yang

terjadi pada pasien tersebut saat ini. Selain itu perawat juga dapat mengidentifikasi

tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang diharapkan bisa realistik,

menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan non verbal yang sesuai,

atau mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisipasi intervensi

yang dibutuhkan.

Rencana tujuan

Pada tahap perencanaan, perawat dapat menggunakan komunikasi terapeutik antara

lain dengan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri, atau membantu

pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan. Perawat juga

berusaha untuk meningkatkan harga diri pasien, memberikan support karena adanya

perubahan lingkungan. Perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih

terbuka.

Implementasi

Dalam mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan, perawat juga dapat

menerapkan teknik komunikasi di dalamnya. Kegiatan yang dapat dilakukan perawat

diantaranya memperkenalkan diri kepada pasien, memulai interaksi dengan pasien,

membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya, dan

Page 16: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya.

Menggunakan komunikasi terapeutik dalam mengimplementasikan asuhan

keperawatan dapat meningkatkan harga diri pasien.

Evaluasi dari hasil yang diharapkan

Pada tahap evaluasi, pasien diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dalam

mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri. Komunikasi diharapkan menjadi lebih

jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah. Dengan menerapkan komunikasi

terapeutik pada tahap evaluasi, akan membantu menciptakan lingkungan yang dapat

mengurangi tingkat kecemasan (Purwanto, 1994: 32-34).

Prinsip Komunikasi Terapeutik Perawat Dalam Ilmu KeperawatanKomunikasi merupakan komponen penting dalam praktik keperawatan. Mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan adalah contoh tehnik-tehnik komunikasi yang dilakukan oleh perawat selama praktik.

Dalam konsep komunikasi teraputik menekankan pentingnya “Relationship” dalam membantu klien pada pelayanan kesehatan secara langsung. Komunikasi terapeutik adalah ketrampilan untuk membantu mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana berhubungan efektif dengan orang lain. 

Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut bersifat terapaeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut seuai dengan prinsip-prinsip berikut ini:

A. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai yang dianut.B. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling menghargaiC. Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh pasienD. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mentalE. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi

Page 17: Apa Itu Komunikasi Terapeutik

F. Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasiln maupun frustasiG. Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinyaH. Memahami betul arti simpati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati yang bukan tindakan terapeutik.I. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutikJ. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik, mental, sosial, spiritual dan gaya hidupK. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan yang dianggap menggangguL. Perawat harus enciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takutM. Altruisme, mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.N. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip kesejahtraan manusiaO. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan yang dikaukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.