8
NAMA : MUHAMMAD SIDIQ NIM : D0113065 JURUSAN : ADMINISTRASI NEGARA / A Analisis Undang Undang No.5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara Beberapa aspek pokok yang diatur dalam Undang-undang no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara Lain : 1. Rekruimen 2. Pengembangan Pegawai 3. Penemapatan dalam Jabatan/Promosi 4. Kompensasi/Kesejahteraan 5. Manajemen Kinerja 6. Penegakan Disiplin dan Etika 7. Pensiun Dari aspek-aspek diatas menurut saya ada beberapa aspek yang penting untuk dibahas, dengan pembahasan sebagai berikut : 1. Aspek Rekruitmen

Analisis Undang Undang Tentang Aparatur Sipil Negara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

apartur sipil negara

Citation preview

NAMA: MUHAMMAD SIDIQ

NIM

: D0113065

JURUSAN: ADMINISTRASI NEGARA / A

Analisis Undang Undang No.5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara

Beberapa aspek pokok yang diatur dalam Undang-undang no 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara Lain :

1. Rekruimen

2. Pengembangan Pegawai

3. Penemapatan dalam Jabatan/Promosi

4. Kompensasi/Kesejahteraan

5. Manajemen Kinerja

6. Penegakan Disiplin dan Etika

7. Pensiun

Dari aspek-aspek diatas menurut saya ada beberapa aspek yang penting untuk dibahas, dengan pembahasan sebagai berikut :1. Aspek Rekruitmen

Pasal 58 ayat (3) Pengadaan PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran, seleksi, pengumuman hasil seleksi, masa percobaan, dan pengangkatan menjadi PNS Dalam pasal ini disebutkan secara runtut bagaimana proses pengadaan atau rekruitmen PNS. Dengan adanya proses yang jelas akan memudahkan setiap orang dalam mengikuti seleksi PNS, selain itu setiap orang juga akan lebih mudah mengawasi bagaimana jalanya prses pengadaan PNS yang akan meminimalkan terjadinya penyelewengan wewenang oleh pejabat. Disebutkan juga dalam UU ini, setiap Instansi Pemerintah mengumumkan secara terbuka kepada masyarakat adanya kebutuhan jabatan untuk diisi dari calon PNS, dan setiap Warga Negara Indonesia mempunyai kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PNS setelah memenuhi persyaratan. Peserta yang lolos seleksi diangkat menjadi calon PNS, dan pengangkatan calon PNS ditetapkan dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian, bunyi Pasal 63 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014. Kemudian calon PNS wajib menjalani masa percobaan berupa pendidikan dan pelatihan yang diberikan oleh instansi pemerintah. Masa percobaan ini dilaksanakan selama 1 tahun. Setelah lolos dari masa percobaan baru calon PNS akan diangkat menjadi PNS.

Kelemahan dalam proses pengadaan pegawai diatas adalah masa percobaan bagi para calon PNS yang berlangsung cukup lama yaitu satu tahun, dalam kurun waktu satu tahun itu tidak dijelaskan apakah selama satu tahun tersebut dilakukan pendidikan dan pelatihan secara terus menerus atau dalam jangka waktu satu tahun telah diadakan pendidikan dan pelatihan bagi calon PNS. Selain itu informasi mengenai biaya masa percobaan bagi Calon PNS juga tidak jelas, tentu akan sangat sulit bagi calon PNS apabila harus memenuhi kebutuhanya sendiri dalam satu tahun tanpa adanya kejelasan mengenai pemberian uanag saku atau sejenisnya.2. Aspek Penempatan Jabatan /Promosi

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam satu Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, satu Instansi Daerah, antar Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri. Sampai masa sekarang ini salah satu hal yang dikhawatirkan oleh PNS adalah mutasi jabatan apalagi jika mutasi ini dilakukan antara lokasi yang berskala nasional. Kekhawatiran PNS ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap kinerja PNS. Tidak mungkin seorang PNS akan melaksanakan tugas dengan baik apabila masih terdapat rasa yang tidak nyaman dan khawatir yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisiologis PNS. Seharusnya ada sedikit jaminan bagi PNS untuk tidak dimutasi dengan jarak yang jauh.

Sebenarnya promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja, kepemimpinan, kerjasama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan. Setiap PNS yang memenuhi syarat mempunyai hak yang sama untuk dipromosikan ke jenjang jabatan yang lebih tinggi, yang dilakukan oleh Pejabat pembina Kepegawaian setelah mendapat pertimbangan tim penilai kinerja PNS pada Instansi Pemerintah, bunyi Pasal 72 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu.3. Aspek Kesejahteraan

Pasal 79 UU yang berbunyi Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada PNS serta menjamin kesejahteraan PNS ini menegaskan, Gaji dibayarkan sesuai dengan beban kerja, tanggung jawab, dan resiko pekerjaan. Saat ini selain gaji yang diterima PNS juga ada tunjangan kinerja yang berdasarkan pada pencapaian kinerja pegawai dan tunjangan kemahalan bagi PNS yang bertugas di daerah yang memiliki indeks harga tinggi. Peraturan ini sangat bagus untuk meningkatkan kinerja pegawai karena tunjangan diberikan sesuai dengan beban kerja pegawai. Namun dengan adanya peraturan ini tentu akan timbul konflik didalam instansi pemerintah yang dulu mengukur besarnya tunjangan berdasarkan lama waktu pengabdian seorang pegawai. Untuk mengatasi masalah ini dimuat juga dalam undang undang ini bahwa PNS yang telah menunjukkan kesetiaan, pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan sebagaimana tertulis dalam pasal 82 dan 83.

Selain pemberian gaji dan tunjangan undang undang ini juga mengatur kesejahteraan pegawai dalam aspek lain sebagaimana tertulis pada Pasal 92 ayat 1 Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: a. jaminan kesehatan; b. jaminan kecelakaan kerja; c. jaminan kematian; dan d. bantuan hukum. Kesejahteraan yang dimaksud berupa pemberian jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, kematian, dan bantuan hukum dalam perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya.

4. Aspek Penegakan Disiplin dan Etika

Dalam pasal 86 tertulis Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin. Kedisiplinan merupakan salah satu aspek yang sering dilanggar oleh PNS, mulai dari dating terlambat, PNS yang mangkir atau keluyuran saat jam kerja hingga PNS yang bolos tanpa izin, sayangnya selama ini hukuman yang diberikan hanya hukuman ringan berupa teguran semata. Seharusnya dengan adanya peraturan ini instansi pemerintah harus bertindak tegas dengan memberikan hukuman sesuai tindakan pelanggaran yang dilakukan PNS karena rincian kode etik profesi dan rincian sanksi telah dijelaskan dengan gambling dalam undang undang ini.5. Aspek Pensiun

Dalam pasal 90 berbunyi Batas usia pensiun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 ayat (1) huruf c yaitu: a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi; b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; c. sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan bagi Pejabat Fungsional. selain batasan pensiun yang telah ditetapkan dalam undang undang ini juga mengatur mengenai jaminan pensiun serta jaminan hari tua. Pemberian jaminan pensiun dan jaminan hari tua ini merupakan salah satu bentuk penghargaan atas pengabdian PNS kepada Negara. Hal ini sangat bagus karena kesejahteraan PNS pasca pengabdian juga dijamin oleh pemerintah. Adanya jaminan pensiun serta jaminan hari tua merupakan salah satu alasan banyaknya masyarakat yang ingin jadi PNS.

Namun disisi lain pemberian jaminan pensiun serta jaminan hari tua ini menimbulkan masalah bagi pemerintah, tidak dapat dipungkiri masalah belanja pegawai merupakan masalah yang perlu diperbaiki dalam anggaran termasuk anggaran dana jaminan pensiun dan jaminan hari tua. Kareena diperkirakan akan terjadi ledakan pensiun PNS pada tahun 2025 sebanyak 2,5 juta PNS akan pensiun serentak dan menimbulkan beban fiscal sebesar Rp 175 triliun.

Seharusnya hal seperti ini tidak terjadi, sebagai solusinya pemerintah melalui BPS dapat mendata usia PNS dan melakukan pencegahan sepeti tidak merekrtut PNS dalam jangka waktu tertentu agar beban dana pensiun tidak terlalu memberatkan anggaran.