23
TUGAS EKONOMI INTERNASIONAL II Kelas AE (Analisis Balance Of Payment, Neraca Perdagangan, NFI = NX) Oleh: ANDISTYA OKTANING LISTRA NIM: 0910210022 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

TUGAS EKONOMI INTERNASIONAL II

Kelas AE

(Analisis Balance Of Payment, Neraca Perdagangan, NFI = NX)

Oleh:

ANDISTYA OKTANING LISTRA

NIM: 0910210022

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

Page 2: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

2002 2003 2004 2005 20060

20000

40000

60000

80000

100000

120000

57158.861058.2

71584.6

85660

100798.6

31288.932550.7

46524.5

57700.961065.5

25869.9 28507.599999999925060.1 27959.1

39733.2

Grafik Ekspor Impor Indonesia (2002 - 2006) Juta U$

EKSPORIMPORNERACA

81850.5(13.52%)

294409.7(48.63%)

62289.2(10.29%)

166841.2(27.56%)

Diagram Total Ekspor Impor Indonesia Migas dan Non Migas

2002-2006(Juta U$)

ekspor migas ekspor non migasimpor migas impor non migas

10,2% 12,1% 11,6% 42,1%

Page 3: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

Keterangan Grafik Ekspor – Impor Neraca Perdagangan Indonesia (2002-2006)

Grafik ekspor – impor pada neraca perdagangan total di Indonesia (2002 – 2006) rata –

rata menunjukkan kondisi surplus pada ekspor (surplus ekspor dilihat dari neraca yang

melukiskan hasil ekspor dikurangi impor) dimana berdasarkan hasil perhitungan dimulai

tahun 2002 dengan ekspor sebesar 57.158,8 dan impor sebesar 31.288,9 menunjukkan

surplus ekspor sebesar 25.869,9. Pada tahun 2003, ekspor sebesar 61.058,2 dan impor

sebesar 32.550,7 menunjukkan surplus ekspor sebesar 28.507,5. Pada tahun 2004, ekspor

sebesar 71.584,60 dan impor sebesar 46.524,50 menunjukkan surplus ekspor sebesar

25.060,1. Pada tahun 2005, ekspor sebesar 85.660 dan impor sebesar 57.700,9

menunjukkan surplus ekspor sebesar 27.959,1. Pada tahun 2006, ekspor sebesar

100.798,60 dan impor sebesar 61.065,50 menunjukkan surplus ekspor sebesar 39.733,1.

Dalam hal ini surplus ekspor total dari tahun 2002 – 2006 sebesar 147.129,7 (∑ surplus

ekspor 2002 - 2006) dan rata – rata surplus ekspornya sebesar 29.425,94

(∑surplus ekspor 2002 –2006Rentang waktu2002−2006 ). Adapun persentase surplus ekspor antar tahun, yaitu :

( Surplus ekspor thn – Surplus ekspor thn−1Surplus ekspor thn−1×100) adalah: Tahun 2002 – 2003

menunjukkan peningkatan surplus sebesar 10,2%. Tahun 2003 - 2004 terjadi penurunan

surplus ekspor sebesar 12,1%. Tahun 2004 – 2005 kembali terjadi kenaikan surplus ekspor

sebesar 11,6%. Tahun 2005 – 2006 terjadi peningkatan surplus ekspor yang cukup

signifikan sebesar 42,1% dan periode inilah yang menunjukkan persentase peningkatan

terbaik dari yang lainnya, adapun rata – rata persentase total surplus ekspor tahun 2002 -

2006 sebesar 12,95% (∑ persentase surplusekspor2002 –2006Rentangwaktu2002−2006 ).Kesimpulan dari grafik ini adalah neraca perdagangan Indonesia periode 2002 – 2006

melukiskan kondisi yang cukup baik dimana proporsi ekspor lebih besar daripada impor.

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan

internasional dan termasuk kategori negara yang cukup independen (tidak terlalu

bergantung dari produk impor).

Page 4: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

Keterangan Diagram Total Ekspor – Impor Migas dan Non Migas Indonesia

(2002-2006)

Peringkat Transaksi Perdagangan Ekspor – Impor Migas dan Non Migas:

1) Ekspor Non Migas Indonesia adalah yang paling mendominasi selama periode

2002 – 2006 hal ini ditunjukkan oleh proporsi sebanyak 294409.7 atau persentase

yang mendekati setengah dari seluruh transaksi perdagangan (48.63%). Artinya,

jumlah output non migas yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan migas hal

ini dikarenakan Indonesia merupakan negara yang mempunyai kelimpahan

sumberdaya manusia (labor intensive) sehingga banyak didirikan industri yang padat

karya (rata – rata perusahaan padat karya di Indonesia bergerak di sektor non migas

meskipun Indonesia juga dikenal sebagai negara yang melimpah sumberdaya

alamnya (khususnya migas) namun akibat tingkat kompetensi pekerjanya yang

relative rendah, industri padat karya yang bergerak dalam pengolahan sumberdaya

alam masih sangat minim) hal ini pun bertujuan agar sumberdaya manusia di usia

produktif kerja bisa dialokasikan secara optimal. Adapun dengan banyaknya industri

padat karya ini, output non migas yang dihasilkan lebih banyak (meskipun kondisi ini

mengindikasikan “diminishing marginal product of labor”) daripada output di sektor

migas oleh karena itu untuk memperoleh gains from trade, banyak output non migas

yang diekspor ke asing (dalam hal ini, ekspor output non migas bisa mencegah

distorsi konsumen - produsen di Indonesia).

2) Impor Non Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat kedua setelah

ekspor non migas selama periode 2002 – 2006. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi

sebanyak 166841.2 atau persentase yang lebih dari seperempat dari seluruh

transaksi perdagangan (27.56%). Artinya, meskipun Indonesia banyak mengekspor

output non migas namun impor non migas pun juga akan cukup tinggi, mungkin hal ini

terkait dengan kebijakan local content requirement yang diterapkan di asing. Local

content requirement adalah pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian – bagian

tertentu dari unit yang dihasilkan terdapat komponen yang diimpor dari asing;

misalnya mesin dan teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Peraturan

ini membolehkan perusahaan – perusahaan mengimpor lebih banyak, menyebabkan

mereka juga harus membeli lebih banyak di domestik (Krugman dan Obstfeld,

Ekonomi Internasional, hal 246).

3) Ekspor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat ketiga setelah

impor non migas selama periode 2002 – 2006. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi

sebanyak 81850.5 atau persentase transaksi perdagangan (13.52%). Artinya,

Page 5: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang melimpah sumberdaya alam

khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi migas tidak sebanyak proporsi

ekspor non migas. Hal ini dikarenakan industri resmi pengolah migas di Indonesia

berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan Perusahaan Nasional Gas

Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah rakyat Indonesia terlebih dahulu

sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan. Apalagi kenyataan mirisnya,

pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di Indonesia rata – rata lebih

dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya 20% sehingga Indonesia

tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan karena kondisi ini pula

Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas yang berakibat pada inflasi

harga migas (cont: kenaikan BBM) sehingga Indonesia masih perlu mengimpor migas

dari asing.

4) Impor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat keempat setelah

ekspor migas selama periode 2002 – 2006. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi

sebanyak 62289.2 atau persentase transaksi perdagangan (10.29%). Artinya, seperti

hal yang tertera dalam pernyataan nomer 3 mengenai Ekspor Migas Indonesia

bahwa: “Meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang melimpah

sumberdaya alam khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi migas tidak

sebanyak proporsi ekspor non migas Hal ini dikarenakan industri resmi pengolah

migas di Indonesia berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan Perusahaan

Nasional Gas Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah rakyat Indonesia

terlebih dahulu sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan. Apalagi kenyataan

mirisnya, pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di Indonesia rata – rata

lebih dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya 20% sehingga

Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan karena kondisi ini

pula Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas.” Namun demikian,

Indonesia juga tidak pernah memiliki proporsi impor migas yang terlalu besar, hal ini

membuktikan kinerja perusahaan monopoli pemerintah dalam mengelola migas untuk

kebutuhan lokal masih bisa terpenuhi.

Page 6: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

2007 2008 2009 2010 20110

50000

100000

150000

200000

250000

114100.9

137020.4

116510

157779.1

203496.6

74473.4

129197.3

96829.2

135663.3

177435.6

39627.5

7823.1 19680.8 22115.8 26061.1

Grafik Ekspor Impor (2007 - 2011)Juta U$

ExportImportBalance

139749.8(6.44%)

1417268(65.29%)

139580.6(6.43%)

474018.1(21.84%)

Diagram Total Ekspor Impor Indonesia Migas dan Non Migas

2007-2011(Juta U$)

ekspor migas ekspor non migasimpor migas impor non migas

80,3% 151,6% 12,4% 17,8%

Page 7: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

Keterangan Grafik Ekspor – Impor Neraca Perdagangan Indonesia (2007-2011)

Grafik ekspor – impor pada neraca perdagangan total di Indonesia pada periode 2007 –

2011 rata – rata menunjukkan kondisi surplus pada ekspor (surplus ekspor dilihat dari

neraca yang melukiskan hasil ekspor dikurangi impor) dimana berdasarkan hasil

perhitungan dimulai tahun 2007 dengan ekspor sebesar 114.100,9 dan impor sebesar

74.473,4 menunjukkan surplus ekspor sebesar 39.627,5. Pada tahun 2008, ekspor sebesar

137.020,4 dan impor sebesar 129.197,3 menunjukkan surplus ekspor sebesar 7.823,1.

Pada tahun 2009, ekspor sebesar 116.510 dan impor sebesar 96.829,2 menunjukkan

surplus ekspor sebesar 19.680,8. Pada tahun 2010, ekspor sebesar 157.779,1 dan impor

sebesar 135.663,3 menunjukkan surplus ekspor sebesar 22.115,8. Pada tahun 2011,

ekspor sebesar 203.496,6 dan impor sebesar 177.435,6 menunjukkan surplus ekspor

sebesar 26.061. Dalam hal ini surplus ekspor total dari tahun 2007 – 2011 sebesar

115.308,2 (∑ surplus ekspor 2007 - 2011) dan rata – rata surplus ekspornya sebesar

38.436, 07 (∑surplus ekspor 2007 – 2011Rentangwaktu2007−2011 ). Adapun persentase surplus ekspor antar tahun, yaitu :

( Surplus ekspor thn – Surplus ekspor thn−1Surplus ekspor thn−1×100) adalah: Tahun 2007 - 2008 menunjukkan

penurunan surplus ekspor yang cukup drastis sebesar 80,3%. Namun tahun 2008 - 2009

mengalami peningkatan surplus ekspor yang sangat signifikan sebesar 151,6% yang juga

merupakan periode peningkatan terbaik dari yang lainnya. Tahun 2009 – 2010 kembali

terjadi peningkatan surplus ekspor sebesar 12,4%. Tahun 2010 – 2011 kembali terjadi

peningkatan surplus ekspor sebesar 17,8%, adapun rata – rata persentase total surplus

ekspor tahun 2007 - 2011 sebesar 25,38% (∑ persentase surplus ekspor 2007 – 2011Rentangwaktu2007−2011 ).Kesimpulan dari grafik ini adalah neraca perdagangan Indonesia periode 2007 – 2011

melukiskan kondisi yang cukup baik dimana proporsi ekspor lebih besar daripada impor.

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan

internasional dan termasuk kategori negara yang cukup independen (tidak terlalu

bergantung dari produk impor).

Keterangan Diagram Total Ekspor – Impor Migas dan Non Migas Indonesia

Page 8: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

(2007-2011)

Peringkat Transaksi Perdagangan Ekspor – Impor Migas dan Non Migas:

1) Ekspor Non Migas Indonesia adalah yang paling mendominasi selama periode

2007 – 2011 hal ini ditunjukkan oleh proporsi sebanyak 1417268 atau persentase

yang lebih dari setengah seluruh transaksi perdagangan (65.29%). Artinya, jumlah

output non migas yang dihasilkan jauh lebih banyak dibandingkan migas hal ini

dikarenakan Indonesia merupakan negara yang mempunyai kelimpahan

sumberdaya manusia (labor intensive) sehingga banyak didirikan industri yang

padat karya (rata – rata perusahaan padat karya di Indonesia bergerak di sektor

non migas meskipun Indonesia juga dikenal sebagai negara yang melimpah

sumberdaya alamnya (khususnya migas) namun akibat tingkat kompetensi

pekerjanya yang relative rendah, industri padat karya yang bergerak dalam

pengolahan sumberdaya alam masih sangat minim) hal ini pun bertujuan agar

sumberdaya manusia di usia produktif kerja bisa dialokasikan secara optimal.

Adapun dengan banyaknya industri padat karya ini, output non migas yang

dihasilkan lebih banyak (meskipun kondisi ini mengindikasikan “diminishing

marginal product of labor”) daripada output di sektor migas oleh karena itu untuk

memperoleh gains from trade, banyak output non migas yang diekspor ke asing

(dalam hal ini, ekspor output non migas bisa mencegah distorsi konsumen -

produsen di Indonesia).

2) Impor Non Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat kedua

setelah ekspor non migas selama periode 2007 – 2011. Hal ini ditunjukkan oleh

proporsi sebanyak 474018.1 atau persentase transaksi perdagangan (21.84%).

Artinya, meskipun Indonesia banyak mengekspor output non migas namun impor

non migas pun juga akan cukup tinggi, mungkin hal ini terkait dengan kebijakan

local content requirement yang diterapkan di asing. Local content requirement

adalah pengaturan yang mensyaratkan bahwa bagian – bagian tertentu dari unit

yang dihasilkan terdapat komponen yang diimpor dari asing; misalnya mesin dan

teknologi yang dipergunakan dalam proses produksi. Peraturan ini membolehkan

perusahaan – perusahaan mengimpor lebih banyak, menyebabkan mereka juga

harus membeli lebih banyak di domestik (Krugman dan Obstfeld, Ekonomi

Internasional, hal 246).

3) Ekspor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat ketiga setelah

impor non migas selama periode 2007 – 2011. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi

sebanyak 139749.8 atau persentase transaksi perdagangan (6.44%). Artinya,

Page 9: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang melimpah sumberdaya

alam khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi migas tidak sebanyak

proporsi ekspor non migas. Hal ini dikarenakan industri resmi pengolah migas di

Indonesia berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan Perusahaan

Nasional Gas Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah rakyat

Indonesia terlebih dahulu sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan. Apalagi

kenyataan mirisnya, pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di Indonesia

rata – rata lebih dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya 20%

sehingga Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan

karena kondisi ini pula Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas

yang berakibat pada inflasi harga migas (cont: kenaikan BBM) sehingga Indonesia

masih perlu mengimpor migas dari asing.

4) Impor Migas Indonesia adalah transaksi perdagangan peringkat keempat setelah

ekspor migas selama periode 2007 – 2011. Hal ini ditunjukkan oleh proporsi

sebanyak 139580.6 atau persentase transaksi perdagangan (6.43%). Artinya,

seperti hal yang tertera dalam pernyataan nomer 3 mengenai Ekspor Migas

Indonesia bahwa: “Meskipun Indonesia dikategorikan sebagai negara yang

melimpah sumberdaya alam khususnya migas namun dalam hal ekspor, proporsi

migas tidak sebanyak proporsi ekspor non migas Hal ini dikarenakan industri resmi

pengolah migas di Indonesia berupa perusahaan monopoli seperti Pertamina dan

Perusahaan Nasional Gas Negara dimana konsumen yang diprioritaskan adalah

rakyat Indonesia terlebih dahulu sehingga dalam hal ekspor tidaklah diprioritaskan.

Apalagi kenyataan mirisnya, pengolahan dan kepemilikan sumberdaya migas di

Indonesia rata – rata lebih dikuasai pihak asing sebesar 80% dan Indonesia hanya

20% sehingga Indonesia tidak memiliki keunggulan komparatif di sektor migas dan

karena kondisi ini pula Indonesia terkadang dihadapkan pada kelangkaan migas.”

Namun demikian, Indonesia juga tidak pernah memiliki proporsi impor migas yang

terlalu besar, hal ini membuktikan kinerja perusahaan monopoli pemerintah dalam

mengelola migas untuk kebutuhan lokal masih bisa terpenuhi.

NERACA PERDAGANGAN DAN GRAFIK EKSPOR – IMPOR INDONESIA TOTAL

Page 10: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

(2005-2010)

Keterangan Grafik Ekspor – Impor Neraca Perdagangan Indonesia (2005-2010)

2005 2006 2007 2008 2009 20100

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

85660

100798.6

114100.9

137020.4

116510

157779.1

57700.961065.5

74473.4

129197.3

96829.2

135663.3

27959.1

39733.2 39627.5

7823.1

19680.8 22115.8

Grafik Ekspor Impor Indonesia (2005-2010)Juta U$

Nilai EksporNilai ImporNeraca

42,1% 0,27% 80,3% 151,6% 12,4%

Tahun Nilai Ekspor

Nilai Impor

Neraca

2005 85660 57700.9 27959.1

2006 100798.6 61065.5 39733.2

2007 114100.9 74473.4 39627.5

2008 137020.4 129197.3

7823.1

2009 116510 96829.2 19680.8

2010 157779.1 135663.3

22115.8

Page 11: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

Grafik ekspor – impor pada neraca perdagangan Indonesia pada periode 2005 – 2010 rata

– rata menunjukkan kondisi surplus ekspor (surplus ekspor dilihat dari neraca yang

melukiskan hasil ekspor dikurangi impor). Pada tahun 2005 dengan ekspor sebesar 85660

dan impor sebesar 57700.9 menunjukkan surplus ekspor sebesar 27959.1. Pada tahun

2006, ekspor sebesar 100798.6 dan impor sebesar 61065.5 menunjukkan surplus ekspor

sebesar 39733.2. Pada tahun 2007, ekspor sebesar 114100.9 dan impor sebesar 39627.5

menunjukkan surplus ekspor sebesar 39627.5. Pada tahun 2008, ekspor sebesar 137020.4

dan impor sebesar 129197.3 menunjukkan surplus ekspor sebesar 7823.1. Pada tahun

2009, ekspor sebesar 116510 dan impor sebesar 96829.2 menunjukkan surplus ekspor

sebesar 19680.8. Pada tahun 2010, ekspor sebesar 157779.1 dan impor sebesar 135663.3

menunjukkan surplus ekspor sebesar 22115.8. Dalam hal ini surplus ekspor total dari tahun

2005 – 2010 sebesar 156939.5 (∑ surplus ekspor 2005 - 2010) dan rata – rata surplus

ekspornya sebesar 26156.58 (∑surplus ekspor 2005 –2010Rentangwaktu2005−2010 ).Adapun persentase surplus ekspor antar tahun, yaitu :

( Surplus ekspor thn – Surplus ekspor thn−1Surplus ekspor thn−1×100) adalah: Tahun 2005 - 2006 menunjukkan

peningkatan surplus ekspor yang cukup signifikan sebesar 42,1%. Namun tahun 2006 -

2007 mengalami penurunan surplus ekspor sebesar 0,27% yang juga. Tahun 2007 – 2008

menunjukkan penurunan surplus ekspor yang cukup drastis sebesar 80,3%. Tahun 2008 –

2009 mengalami peningkatan surplus ekspor yang sangat signifikan sebesar 151,6% yang

juga merupakan periode peningkatan terbaik dari yang lainnya. Tahun 2009 – 2010 kembali

terjadi peningkatan surplus ekspor sebesar 12,4%, adapun rata – rata persentase total

surplus ekspor tahun 2005 - 2010 sebesar 20,92%

(∑ persentase surplus ekspor 2005 – 2010Rentang waktu2005−2010 ).Kesimpulan dari grafik ini adalah neraca perdagangan Indonesia periode 2005 – 2010

melukiskan kondisi yang cukup baik dimana proporsi ekspor lebih besar daripada impor.

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam perdagangan

internasional dan termasuk kategori negara yang cukup independen (tidak terlalu

bergantung dari produk impor).

INDONESIA’S BALANCE OF PAYMENTS

Page 12: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

SUMMARY

(2005 – 2011)

Tahun 2005:

current account-nya surplus sebesar 278, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), adapun kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2005 hanya 0,1%.

capital and financial account-nya surplus sebesar 345, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).

total (1+2) sebesar 623, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.

net errors & omissions sebesar -179, artinya jumlah nilai transaksi debit untuk menyeimbangkan dengan transaksi kredit yang berlebih adalah -179 (dengan adanya selisih

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Current Account 278 10859 10492 300 10628 5144 2070

2. Capital & Financial Account 345 3025 3591 -2132 4852 26620 14018

3. Total (1+2) 623 13884 14083 -1833 15481 31765 16088

4. Net Errors & Omissions -179 625 -1368 -112 -2975 -1480 -4232

5. Overall Balance (3+4) 444 14510 12715 -1944 12506 30285 11856

6. Reserve & Related Items -444 -14510 -12715 1945 -12506 -30285 -11856

-35000

-25000

-15000

-5000

5000

15000

25000

35000

0.1

2.9

2.40.1

1.95

0.72 0.24

Current Account (%GDP)

2005 20062007 20082009 20102011

Page 13: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

overall balance (3+4) sebesar 444, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana meskipun nilai 623+(-179) nilainya masih positif tidak minus.

reserves & related items sebesar -444, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account.

Tahun 2006:

current account-nya sebesar 10859, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2006 lebih besar daripada tahun 2005 yaitu sebesar 2,9%.

capital & financial account-nya pun sebesar 3025, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).

total (1+2) sebesar 13884, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.

net errors & omissions sebesar 625, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah 625 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

overall balance (3+4) pun jadi meningkat drastis hingga sebesar 14510, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 13884+625 nilainya jelas berhasil positif.

reserves & related items sebesar -14510, artinya terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada cadangan devisa daripada tahun 2005 (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account.

Tahun 2007:

current account-nya sebesar 10492, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2007 lebih kecil daripada tahun 2006 yaitu sebesar 2,4%.

Page 14: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

capital & financial account-nya sebesar 3591, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).

total (1+2) meningkat menjadi 14083, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.

net errors & omissions sebesar -1368, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -1368 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

overall balance (3+4) sebesar 12715, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 12715+(-1368) nilainya masih tetap positif tidak minus.

reserves & related items sebesar -12715, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.

Tahun 2008:

current account-nya turun drastis daripada tahun 2007 yaitu menjadi 300 namun meskipun begitu, Indonesia masih memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), adapun penurunan yang drastis ini dipengaruhi oleh penurunan aktivitas ekspor Indonesia terhadap asing akibat permintaan ekspor di asing menurun di tahun 2008 (akibat krisis global). Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2008 jauh lebih kecil daripada tahun 2007 yaitu sebesar 0,1%.

capital & financial account-nya menurun sangat drastis pula daripada tahun 2007 yaitu menjadi -2132, artinya capital outflow (debit) > capital inflow (kredit) sehingga tidak terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang sedikit tidak mampu menstimulasi perekonomian Indonesia justru bisa menyebabkan defisit (penurunan capital & financial account ini mungkin disebabkan krisis global pada tahun 2008 yang berpengaruh terhadap penurunan FDI (foreign direct investment), penurunan pembelian saham dan obligasi, dan pembayaran cicilan hutang di luar negeri).

total (1+2) menurun menjadi -1833, nilai yang defisit ini melukiskan keadaan yang kurang baik atau tidak stabil pada perekonomian Indonesia.

net errors & omissions sebesar -112, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -112 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

overall balance (3+4) pun jadi turun hingga sebesar -1944, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang defisit dimana -1833+(-112) nilainya minus cukup besar.

Page 15: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

reserves & related items hingga sebesar 1945, artinya Indonesia kekurangan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada penurunan current account yang menurun drastis di tahun 2008 daripada tahun 2009, apalagi hal ini tidak didukung oleh kondisi surplus pada capital & financial account (dimana justru defisit) sehingga tidak mungkin tercapai kondisi balance.

Tahun 2009:

current account-nya naik cukup signifikan daripada tahun 2008 yaitu menjadi 10628, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2009 jauh lebih besar daripada tahun 2008 yaitu sebesar 1,95%.

capital & financial account-nya meningkat cukup signifikan daripada tahun 2008 yaitu menjadi 4852, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP.

total (1+2) pun mengalami kenaikan yang cukup signifikan pula hingga menjadi 15481, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik (peningkatan yang cukup signifikan mungkin hal ini menandakan keberhasilan kebijakan moneter pemerintah khususnya Menteri Keuangan dalam menstabilkan perekonomian Indonesia terlepas dari dampak krisis global yang melanda pada tahun 2008.

net errors & omissions (3+4) dimana menciptakan selisih yang minus sebesar -2975, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -2975 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

overall balance (3+4) pun jadi meningkat hingga sebesar 12506, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 15481+(-2975) nilainya masih tetap positif tidak minus.

reserves & related items cukup signifikan hingga sebesar -12506, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.

Tahun 2010:

current account-nya sebesar 5144, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2010 lebih kecil daripada tahun 2009 yaitu sebesar 0,72%.

Page 16: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

capital & financial account-nya meningkat daripada tahun 2009 yaitu menjadi 26620, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP. Peningkatan capital & financial account mungkin terkait meningkatnya kepercayaan investor asing terhadap keberhasilan Indonesia memulihkan dampak krisis global diman justru mampu menciptakan perekonomian yang surplus. Adapun semenjak terjadi krisis global, investor asing Amerika dan Eropa menganggap kawasan Asia sebagai lahan produktif berinvestasi karena ekonominya yang semakin menguat ditengah terjangan krisis global, adapun hal ini juga terkait meningkatnya pembelian saham dann obligasi oleh asing di tahun 2010.

total (1+2) pun mengalami kenaikan yang sangat signifikan pula hingga menjadi 31765, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.

net errors & omissions sebesar -1480, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -1368 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

overall balance (3+4) pun jadi meningkat sangat signifikan hingga sebesar 30285, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 31765+(-1368) nilainya masih tetap positif tidak minus.

reserves & related items cukup signifikan hingga sebesar -30285, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.

Tahun 2011:

current account-nya sebesar 2070, artinya Indonesia memiliki proporsi ekspor > impor (ekspor dicatat sebagai kredit karena menghasilkan devisa bagi negara sedangkan impor dicatat sebagai debit karena “menghilangkan”/mengeluarkan devisa dari negara), kondisi ini mempengaruhi BOP tetap dalam kondisi equilibrium/balance/nol. Adapun kontribusi current account dalam persen terhadap GDP seperti yang terlukis di diagram pada tahun 2011 lebih kecil daripada tahun 2010 yaitu sebesar 0,24%.

capital & financial account-nya sebesar 14018, artinya capital inflow (kredit) > capital outflow (debit) sehingga terdapat kelebihan modal. Dalam hal ini modal yang berlebih menstimulasi perekonomian Indonesia karena dapat berkontribusi pada peningkatan GDP (bila jangka panjang atau modal yang masuk diinvestasikan di sektor riil, namun bila capital inflow berupa “hot money” yang dipergunakan untuk keuntungan jangka pendek (cont: pembelian saham) maka tidak akan berkontribusi pada GDP).

total (1+2) pun sebesar 16088 meskipun menurun daripada tahun 2010, artinya Indonesia memiliki perekonomian yang surplus akibat current account dan capital and financial account yang surplus. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian yang stabil dan baik.

net errors & omissions sebesar -4232, artinya jumlah nilai transaksi kredit-debit yang berlebih dalam adalah -4232 (dengan adanya selisih perhitungan ini maka jumlah total nilai sebelah kredit dan debit dari suatu neraca pembayaran internasional akan balance).

Page 17: Analisis Neraca Perdagangan Dan Pembayaran Terkait Perdagangan Dan Kondisi Ekonomi Internasional

overall balance (3+4) sebesar 11856, artinya secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia menunjukkan kondisi yang tetap surplus dimana 16088+(-4232) nilainya masih tetap positif tidak minus.

reserves & related items sebesar -11856, artinya terdapat kelebihan cadangan devisa (nilai negative pada reserves & related items justru menandakan surplus devisa namun bila nilainya positif justru menandakan defisit devisa) hal ini sesuai dengan kondisi yang tercermin pada current account dan capital & financial account yang surplus.