Analisis Kontrastif Verba Aktif Transitif Bahasa Indonesia Dengan Bahasa Sunda

Embed Size (px)

Citation preview

ABSTRAK Makalah ini mendeskripsikan analisis kontrastif prefiksasi verba aktif bahasa Indonesia (BI) dengan bahasa Sunda (BS). Analisis ini dilakukan untuk mendeskripsikan: (1) proses pembentukan verba aktif berprefiks dalam BI dan (2) proses pembentukan verba aktif berprefiks dalam BS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, dengan menggunakan teknik analisis unsur langsung dan teknik matriks (kisi-kisi). Dengan demikian, verba aktif berprefiks sebagai objek kajian dapat dianalisis kemudian dideskripsikan proses pembentukan dan pengkaidahannya secara jelas, juga dapat dilihat distribusi fonem awal verba dasar yang akan diimbuhi prefiks. Hasilnya menunjukkan bahwa BI memiliki sedikit prefiksasi pembentuk verba aktif daripada BS. Dalam BI terdapat dua prefiks, sedangkan BS terdapat empat prefiks. Di samping itu, baik dalam BI maupun BS terdapat proses morfofonemik yang menunjukkan proses perubahan bunyi dari prefiks-prefiks pengimbuhnya. Dalam BI, proses morfofonemik terdapat pada meN- dan ber-, sedangkan dalam BS, proses morfofonemik terdapat pada barang- dan N-. Kata Kunci: morfologi, morfofonemik, verba aktif, prefiks

ABSTRACT This paper describes the contrastive analysis of prefixes forming in active verbs Indonesian (BI) and Sundanese (BS). The analysis was conducted to describe: (1) the formation of prefixed active verb in BI and (2) the formation of prefixed active verb in BS. The method used in this study is a qualitative descriptive method, using direct elemental analysis techniques and techniques of matrix (lattice). Thus, active verbs as objects of study prefixes can be analyzed later described the process of formation clearly, also can be seen the distribution of the initial phoneme to be imbued basic verb prefixes. The results showed that the BI has little prefixes forming in active verbs rather than BS. In BI there are two prefixes, while the BS there is four prefixes. In addition, both the BI and BS are morphophonemic process that shows the process of changing the sound of a prefixes. In BI, morphophonemic processes contained in meN- and ber-, whereas in BS, morphophonemic processes contained in the barang- and N-. Keywords: morphology, morphophonemic, active verbs, prefixes

Judul :

ANALISIS KONTRASTIF PREFIKSASI VERBA AKTIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA SUNDA

1.

Latar Belakang Kajian terhadap struktur bahasa Indonesia (BI) dan bahasa-bahasa daerah

telah banyak dilakukan, baik yang berkaitan dengan subsistem fonologis, subsistem gramatikal (morfologi dan sintaksis), maupun subsistem semantis (Kridalaksana, 2002:30). Ketiga subsistem itu perlu diketahui oleh penutur bahasa agar mampu menggunakan bahasa dengan benar. Salah satu bagian dari gramatika, yakni kelas kata, memegang peranan penting dalam tataran struktural bahasa. Tulisan ini akan mendeskripsikan salah satu kelas kata, yakni verba dalam bahasa Indonesia yang dikontraskan dengan bahasa Sunda. Verba yang akan dianalisis di dalam penelitian ini adalah verba aktif. Analisis kontrastif verba telah banyak dilakukan di antaranya: Analisis Kontrastif Verba Transitif Bahasa Perancis dengan Bahasa Indonesia (Sembiring, 2005), Afiksasi Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda: Suatu Analisis Kontrastif (Muwafiqi, 2005), Analisis Kontrastif Bentuk Dasar Adjektiva, Nomina, dan Verba Bahasa Jawa (Ngoko) dengan Bahasa Indonesia (Proses Afiksasi) (Sukamto, 2007), dan Analisis Kontrastif Verba Kiru dalam Bahasa Jepang dengan Verba Memotong dalam Bahasa Indonesia (Azahra, 2010). Kridalaksana (1994) mengungkapkan bahwa verba merupakan

subkategorisasi kata yang memiliki ciri dapat bergabung dengan partikel tidak, tetapi tidak dapat bergabung dengan partikel di, ke, dari, sangat, lebih atau agak. Selain itu, verba dapat dicirikan oleh perluasan kata dengan rumus V + dengan +

Adj. Misalnya, berlari dengan cepat. Kata berlari merupakan verba. Apabila verba dilihat dari hubungannya dengan nomina, verba dapat dibedakan menjadi: verba aktif, verba pasif, verba anti-aktif (ergatif), dan verba anti-aktif. Di samping itu, Sebuah verba dapat mengalami proses morfologis, salah satunya adalah proses afiksasi (pengimbuhan). Afiksasi adalah proses morfologis yang mengubah sebuah leksem menjadi kata setelah mendapat afiks, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda cukup banyak jumlahnya. Misalnya, kata membaca berasal dari leksem baca yang mengalami proses morfologis afiksasi dengan memperoleh afiks meN- (Arifin dan Junaiyah, 2009:10). Dalam afiksasi terdapat, prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks (imbuhan terbelah), dan simulfiks (imbuhan gabung) (Arifin dan Junaiyah, 2009:6-7). Dalam makalah ini, verba aktif dideskripsikan proses perubahannya ke dalam verba aktif berprefiks. Meskipun analisis kontrastif verba sudah menarik banyak perhatian para linguis, analisis kontrastif prefiksasi verba aktif bahasa Indonesia dengan bahasa Sunda belum pernah dilakukan. Dengan dasar itu, makalah yang berjudul Analisis Kontrastif Prefiksasi Verba Aktif Bahasa Indonesia dengan Bahasa Sunda ditulis. Paradigma linguistik menyangkut bidang kajian ini yang berupa kelas kata verba. Ihwal kelas kata yang menyangkut klasifikasi dan identifikasinya digunakan pandangan Djajasudarma (1993), Samsuri (1988), Kridalaksana (1994), Alwi et al. (2003), dan Arifin et al. (2009). Kemudian telaah verba aktif

bahasa Sunda digunakan pandangan Sudaryat (1996) dan Sudaryat et al. (2007). Di samping itu, digunakan pandangan Tarigan (2009) untuk telaah kontrastif bahasanya.

2.

Metode Penelitian Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

menggunakan desain penelitian studi kasus yang difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya (Sukmadinata, 2005:99). Fonemena dalam penelitian ini bersumber kepada pengamatan kualitatif atau naturalistik, yakni data bahasa tulis yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau data lisan di masyarakat bahasa (Djajasudarma, 1993:10). Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori substantif yang berasal dari data. Karena itu, penelitian kualitatif mengacu kepada teori dasar (grounded theory) yang lebih responsif terhadap nilai-nilai kontekstual. Desain penelitian kualitatif bersifat sementara, artinya disesuaikan secara terusmenerus sesuai dengan kenyataan data yang ada. Pengolahan data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode kajian distribusional. Upaya penentu yang digunakan dalam kerangka kerja ini berupa unsur bahasa itu sendiri. Sejauh tidak menyimpang dari objek sasarannya, akan dimanfaatkan teknik analisis unsur langsung (immediate constituent) dan teknik matriks.

a.

Teknik analisis unsur langsung digunakan peneliti untuk menentukan proses prefiksasi verba aktif. Misalnya, dalam kalimat berikut terdapat proses perubahan verba baca dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. (01) Dia sedang membaca buku. S pel P aktif O sas (02) Manehna keur maca buku. S pel P aktif O sas Kalimat (01) menunjukan perubahan bentuk infleksional verba baca mengalami proses afiksasi sebagai berikut: meN- + baca (v) membaca. Kalimat (02) menunjukkan bahwa verba baca mengalami perubahan sebagai berikut: N-baca (v) maca.

b.

Teknik matriks atau kisi-kisi digunakan peneliti untuk memperlihatkan afiksasi verba aktif dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

3.

Tujuan Penelitian Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal yang berkaitan dengan

telaah kontrastif prefiksasi verba aktif bahasa Indonesia dengan bahasa Sunda. Berkaitan dengan hal itu, penelitian ini merumuskan tiga hal pokok, yakni: a. prefiksasi verba aktif dalam bahasa Indonesia (BI) dan b. prefiksasi verba aktif dalam bahasa Sunda (BS).

4.

Pembahasan Bahasan dalam makalah ini dideskripsikan pada dua hal utama, yakni: (1)

proses prefiksasi verba aktif BI dan (2) proses prefiksasi verba aktif BS.

Bahasannya

ditinjau

dari

proses

pembentukan

verba

aktifnya,

kaidah

morfofonemiknya, serta distribusi fonem awal kata dasar pembentuk verba berprefiksnya.

4.1 Proses Prefiksasi Verba Aktif BI Dalam bahasa Indonesia terdapat dua prefiks pembentuk kata kerja. Kedua prefiks ini sangat produktif dalam pembentukan verba bahasa Indonesia. Prefiks tersebut adalah meN- dan ber-. Proses pembentukannya acapkali mengalami proses morfofonemik yang sering membingungkan penggunaanya, terutama proses nasalisasi verba. Proses morfofonemik merupakan proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan. Proses morfofonemik pada prefiksasi verba meN- dideskripsikan sebagai berikut. (a) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /g/, /k/, /kr/, /kh/, /h/, dan /x/ bentuk meN- akan menjadi meng-. Prosesnya sebagai berikut. meN- + (a)tur v mengatur meN- + (i)ris v mengiris meN- + (e)ndap v mengendap meN- + (o)lok v mengolok meN- + (g)anggu v mengganggu meN- + (k)arang v mengarang (terjadi peluluhan) bedakan dengan: meN- + (kr)itik v tidak mengritik, tetapi mengkritik meN- + (kh)usus vi + -kan tidak mengususkan, tetapi mengkhususkan meN- + (h)itung v menghitung meN- + (x)enofili n +-kan mengxenofilikan

-

(b) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, //, //, /r/, /y/, atau /w/, bentuk meN- akan menjadi meProsesnya sebagai berikut. meN- + (l)acak v meN- + (m)asak v meN- + (n)aik v meN- + ()eog v meN- + ()anyi v meN- + (r)obek v meN- + (y)akin v + -i meN- + (w)abah v + -i melacak memasak menaik mengeong menyanyi merobek meyakini mewabah

(c) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /d/, /j/ //, /z/ atau /t/, bentuk meN- akan menjadi men-. Prosesnya sebagai berikut. meN- + (d)ukung v meN- + (z)alim v i+ -i meN- + (t)arik v mendukung menzalimi menarik (terjadi peluluhan)

(d) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, /v/ atau /f/, bentuk meN- akan menjadi mem-. Prosesnya sebagai berikut. meN- + (b)oyong v meN- + (p)ukul v meN- + (v)ideo v -kan meN- + (f)itnah v memboyong memukul (terjadi peluluhan) memvideokan memfitnah

Kata dasar yang bermula dengan fonem /f/ berasal dari bahasa asing. Perlu diperhatikan bahwa fonem /p/ dati patuhi dan pakai. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal per- dan pe- tertentu. Misalnya: mempelajari, memperbincangkan

(e) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /s/ bentuk meN- akan menjadi meny-. Prosesnya sebagai berikut. meN- + (s)apu v meN- + ()ukur v + -i meN- + (j)ahit v meN- + (c)uci v menyapu (terjadi peluluhan) mensyukuri menyjahit menycuci

Tampaknya untuk menghindari kesulitan dalam menulis dan membacanya, fonem /meny/ seperti yang terdapat pada kata-kata menysyukuri, menycuci, menyjahit dilambangkan dengan huruf men-. Dengan demikian, secara morfologis kata-kata itu sesungguhnya berasal dari meN- + {syukuri, cuci, jahit} menysyukuri, menycuci, menyjahit. Akan tetapi, dari segi tulisan (ortografis), kata-kata tersebut ditulisakan menjadi mensyukuri, mencuci, dan menjahit sehingga dapat dengan mudah dituliskan dan mudah juga dibaca. (f) Jika prefiks meN- bertemu dengan bentuk dasar yang bersuku satu bentuk meN- akan menjadi menge-. Prosesnya sebagai berikut. meN- + tik v meN- + pel v mengetik mengepel

(g) Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu mempertahankan unsur morfofonemik di depan dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut, misalnya menulis-nulis, menarinari, mengelap-ngelap, mengetik-ngetik.

Dari pembahasan di atas dapat dibentuk tabel prefiksasi meN- berikut ini. Alomorf Fonem /a/ /b/ /c/ /d/ /e/ /f/ /g/ /h/ /i/ /j/ /k/ /kh/ /kr/ /l/ /m/ /n/ // // /o/ /p/ /q/ /r/ /s/ // /t/ /u/ /v/ /w/ /x/ /y/ /z/ Ekasuku per- dan pe(tertentu) meng(morf) V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V Tabel 4.1 Proses Morfofonemik meNV memmenmenymemenge-

Dari tabel di atas, terlihat bahwa bentuk meng- paling produktif. Ini disinyalir bahwa meN- sebetulnya adalah perubahan-perubahan morfofonemik dari prefiks meng-. Dengan demikian, bisa kita sebut prefiks meng- sebagai morf dari alomorf me-, men-, meny-, menge-, mem-, dan meng- itu sendiri. Setelah mendeskripsikan proses morfofonemik verba aktif berprefiks meNselanjutnya proses morfofonemik pada prefiksasi verba ber- dideskripsikan sebagai berikut. (a) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/. Dalam proses afiksasi ber- terjadi penghilangan fonem /r/ pada prefiks ber-. Dengan demikian, hanya ada satu r saja, sebagai contoh: beransel, berenang dan berendam. (b) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/. Prosesnya sebagai berikut. ber- + kerja v ber- + serta v ber- + cermin v bekerja beserta becermin

Bandingkan dengan - ber- + kurban v - ber- + karya v

berkurban berkarya

Ber- pada dua contoh di atas tidak berubah karena suku pertama kedua tata ini tidak berakhir dengan er, tetapi ar dan ur. (c) Prefiks ber- akan berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu. Prosesnya sebagai berikut. ber- + ajar v ber- + unjur v belajar belunjur

(d) Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digabungkan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di atas. Prosesnya sebagai berikut. ber- + bicara v ber- + main v berbicara bermain

4.2 Proses Prefiksasi Verba Aktif BS Dalam bahasa Sunda prefiks pembentuk verba aktif adalah ba-, barang-, di-, dan N-(nasal). Jika dilihat dari jumlah prefiks pembentuk verba aktifnya, BS lebih produktif dibandingkan dengan BI yang hanya memiliki dua prefiks pembentuk verba aktif. Deskripsi mengenai prefiksasi verba aktif BS sebagai berikut. Prefiks ba- dalam BS berfungsi membentuk verba (fungsi verbal) yang memiliki perbuatan intransitif. Prosesnya ditunjukkan dengan data berikut ini. ba- + darat ba- + rempug ba- + layar badarat barempug balayar

(1) berlayar balayar (2) berlari lumpat (3) badarat tidak terdapat berdarat dalam BI Beberapa verba berprefiks ba- seperti balayar dalam bahasa Indonesia ditunjukkan dengan prefiks ber- seperti berlayar. Pada contoh (1) ber- serupa dengan ba-, tetapi dalam contoh (2) menunjukkan bahwa tidak semua berberubah menjadi ba-, sedangkan contoh (3) menunjukkan bahwa tidak semua baberubah jadi ber- atau tidak ada padanannya.

Prefiks barang- dalam BS berfungsi untuk membentuk verba yang memiliki arti perbuatan yang tidak tentu tujuan atau objeknya. Prosesnya seperti dideskripsikan dengan data berikut ini. barang- + beuli barang- + tanya barang- + injeum barang- + siar barangbeuli barangtanya baranginjeum barangsiar, balangsiar

Konsep prefiks barang- dalam BI tidak terkognisi melalui prefiks, tetapi menjadi reduplikasi. (1) Lamun barangbeuli teh ulah nu teu perlu. (2) Kalau beli-beli jangan yang tidak perlu. Prefiks di- berfungsi untuk membentuk verba yang memiliki arti perbuatan aktif. Prosesnya sebagai berikut. di- + baju di- + gawe di- + ajar dibaju digawe diajar

Nampaknya proses prefiksasi di- pada kata digawe dan diajar itu selaras dengan prefiksasi ber- be- pada kata bekerja dan belajar. Konsep prefiks di- dalam bahasa Indonesia hanya dikenal sebagai pembentuk kata kerja pasif. Namun, dalam bahasa Sunda prefiks di- digunakan selain dalam bentuk pasif digunakan pula dalam bentuk aktif. Contoh: (1) Dia sedang menggunakan baju. (2) Dia sedang dibajui oleh ibunya. (3) Manehna keur dibaju. (4) Manehna keur dibajuan ku indungna.

Prefiks N-(nasal) memiliki proses pembentukan verba aktif yang paling rumit. Sama halnya dengan prefiks meN- dalam bahasa Indonesia, prefiks N- ini mengalami proses morfofonemis ketika bertemu dengan fonem-fonem tertentu. Proses morfofonemis tersebut dideskripsikan melalui data berikut ini. (a) Jika prefiks N- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, dan /f/ bentuk N- akan menjadi /m/. Prosesnya sebagai berikut. N- + (b)aca N- + (p)acul N- + (f)itnah maca macul mitnah

(b) Jika prefiks N- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /t/ bentuk N- akan menjadi /n/. Prosesnya sebagai berikut. N- + (t)ulis N- + (t)onjok nulis nonjok

(c) Jika prefiks N- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /c/ dan /s/ bentuk N- akan menjadi /ny/. Prosesnya sebagai berikut. N- + (c)abak N- + (s)apu nyabak nyapu

(d) Jika prefiks N- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, //, // /o/ dan /k/ bentuk N- akan menjadi /ng/. Prosesnya sebagai berikut. N- + (a)la N- + (i)bing N- + (u)rus N- + (e)ndeuk + R N- + ()ngklak N- + ()mplad N- + (k)arang ngala ngibing ngurus ngeundeuk-ngeundeuk ngngklak ngemplad ngarang

(e) Jika prefiks N- bertemu dengan bentuk dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /d/, /g/, /h/, /j/, /l/ /m/, /n/, //, /r/, /v/, /w/, dan /y/ bentuk N- akan menjadi /nga/. Prosesnya sebagai berikut. - N- + (b)edah ngabedah - N- + (d)orong ngadorong - N- + (g)olr ngagolr - N- + (h)uit ngahuit - N- + (j)jawab ngajawab - N- + (l)liang ngaliang - N- + (m)anah ngamanah - N- + (n)uhun + -keun nganuhunkeun - N- + ()eri + R nganyenyeri - N- + (r)ronda ngaronda - N- + (v)ariasi + -keun ngavariasikeun - N- + (w)ayang ngawayang - N- + (y)uga ngayuga (f) Jika prefiks N- bertemu dengan ekasuku bentuk N- akan menjadi /nge/. Prosesnya sebagai berikut. N- + (t)ik N- + (c)et N- + (p)el N- + (l)as N- + (b)om ngetik ngect ngepel ngelas ngebom

Terdapat kemiripan proses nasalisasi. Kemiripan proses nasalisasi itu sebagai berikut. * * * * * men- nmeny- nymenge- ngemem- mmeng- ng-

Dari pembahasan di atas dapat dibentuk tabel proses morfofonemik prefiksasi N- dalam BS sebagai berikut. Alomorf Fonem /a/ /b/ /c/ /d/ /e/ /f/ /g/ /h/ /i/ /j/ /k/ /l/ /m/ /n/ // /o/ /p/ /r/ /s/ /t/ /u/ /v/ /w/ /y/ Ekasuku /m/ V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V /n/ /ny/ /ng/ V V /nga/ /nge/

Tabel 4.2 Proses Morfofonemik N-

Dari tabel di atas, terlihat bahwa bentuk nga- paling produktif. Ini mengindikasikan bahwa Nsebetulnya adalah perubahan-perubahan

morfofonemik dari prefiks nga-. Dengan demikian, bisa kita sebut prefiks ngasebagai morf dari alomorf m-, n-, ny-, ng-, nge-, dan nga- itu sendiri.

5.

Simpulan Dalam BI dan BS terdapat afiksasi. Proses afiksasi tersebut salah satunya

adalah prefiksasi (pembubuhan awalan). Prefiksasi verba dalam BI ditandai dengan prefiks meN- dan ber-, keduanya mengalami proses morfofonemik. Dalam BS terdapat lebih banyak prefiksasi verba, yakni: ba-, barang-, di-, dan N-(nasal). Pada prefiksasi barang- dan N-(nasal) terdapat proses morfofonemik. Dalam BI prefiks meN- disinyalir berasal dari prefiks meng-. Hal itu didasarkan pada produktivitas bentukan kata turunan dari prefiks meng- lebih banyak dibanding yang lainnya. Prefiks meng- dianggap sebagai morf dari alomorf me-, men-, mem-, meny-, menge-, dan meng- itu sendiri. Dalam BS prefiks N- disinyalir berasal dari prefiks nga-. Hal itu didasarkan pada produktivitas bentukan kata turunan dari prefiks N- lebih banyak dibanding yang lainnya. Prefiks nga- dianggap sebagai morf dari alomorf n-, ng-, ny-, nge-, m-, dan nga- itu sendiri. Terdapat kemiripan proses nasalisasi. Kemiripan proses nasalisasi itu sebagai berikut. * * * * * men- nmeny- nymenge- ngemem- mmeng- ng-

Prefiks ber- serupa dengan ba-, tetapi tidak semua ber- berubah menjadi ba-, juga tidak semua ba- berubah jadi ber- atau bahkan tidak ada padanannya dalam BI. Konsep prefiks barang- dalam BI tidak terkognisi melalui prefiks, tetapi menjadi reduplikasi. Konsep prefiks di- dalam bahasa Indonesia hanya dikenal sebagai pembentuk kata kerja pasif. Namun, dalam bahasa Sunda prefiks di- digunakan selain dalam bentuk pasif digunakan pula dalam bentuk aktif.

Daftar Pustaka Alwi, Hasan et al. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah. 2009. Morfologi: Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: Grasindo. Djajasudarma, Fatimah. 1993. Metode Linguistik. Bandung: PT Eresco. Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Unika Atmajaya. LBSS. 2007. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: CV Geger Sunten Putrayasa, Ida Bagus. 2008. Kajian Morfologi: Bentuk Derivasional dan Infleksional. Bandung: PT Refika Aditama Samsuri. 1988. Morfologi dan Pembentukan Kata. Jakarta: Depdikbud. Sudaryat, Yayat. 1996. Pedaran Basa Sunda. Bandung: CV Geger Sunten. Sudaryat, Yayat et al. 2007. Tata Basa Sunda Kiwari. Bandung: CV Yrama Widya. Sukmadinata, Nana Saodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Surayin. 1995. Kamus Umum: Sunda - Indonesia dan Indonesia - Sunda. Bandung: PT Citra Pindo. Software Kamus Besar Bahasa http://ebsoft.web.id

Indonesia

v1.3

(terbaru)

dapat

diunduh

di

ANALISIS KONTRASTIF PREFIKSASI VERBA AKTIF BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA SUNDAMakalah

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Analisis Kontrastif asuhan Dr. Tajudin Nur, M. Hum.

oleh Jatmika Nurhadi 180120110016

\

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011