15
ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG !! TAIKO Kata taiko ( 太 太 ) berarti “drum besar” dalam bahasa Jepang. Di luar Jepang, kata ini digunakan untuk merujuk kepada berbagai jenis drum Jepang ( 太 太 太 , ‘wa-daiko’, “drum Jepang”, dalam bahasa Jepang) dan kepada bentuk seni yang relatif belakangan dalam bentuk ansambel menabuh drum (kadang-kadang lebih khusus disebut, “kumi-daiko” (太太太). Nagado-daiko ( 太 太 太 太 , taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering dibuat dari sisa- sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime- daiko (太太太太太, seringkali disingkat menjadi, “shime-daiko” atau “shime” saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko ( 太 太 太 太 , taiko berbadan gentong, seringkali disingkat menjadi “okedo” atau “oke”) dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang lainnya mencakup uchiwa-daiko ( 太太太太 taiko kipas), hira-daiko ( 太 太 太 , taiko datar), o-daiko ( 太 太 太 , taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki. Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun TIDAK dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang diciptakan oleh Hayashi Eitetsu. Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran, yang disebut “ka.” Namun, ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila dipukul.

Alat Musik Tradisional Jepang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Alat Musik Tradisional Jepang

ALAT MUSIK TRADISIONAL JEPANG !!

TAIKO

Kata taiko (太鼓) berarti “drum besar” dalam bahasa Jepang. Di luar Jepang, kata ini digunakan

untuk merujuk kepada berbagai jenis drum Jepang (和太鼓 , ‘wa-daiko’, “drum Jepang”, dalam

bahasa Jepang) dan kepada bentuk seni yang relatif belakangan dalam bentuk ansambel

menabuh drum (kadang-kadang lebih khusus disebut, “kumi-daiko” (組太鼓).

Nagado-daiko (長胴太鼓, taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang

dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering

dibuat dari sisa-sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (付

締め太鼓 , seringkali disingkat menjadi, “shime-daiko” atau “shime” saja) dibentangkan di atas

cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik

hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko ( 桶 胴 太 鼓 , taiko berbadan

gentong, seringkali disingkat menjadi “okedo” atau “oke”) dapat dipasang di atas sebuah

dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu

sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang

lainnya mencakup uchiwa-daiko (内輪太鼓、 taiko kipas), hira-daiko (平太鼓 , taiko datar), o-

daiko ( 大 太 鼓 , taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel

tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki.

Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling

besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai

ukuran, namun TIDAK dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah

Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil

dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang

diciptakan oleh Hayashi Eitetsu.

Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran, yang disebut “ka.” Namun,

ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian

yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis

dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila

dipukul.

Penggunaan taiko dalam perang

Di Jepang pada masa feodal, taiko sering digunakan untuk memotivasi pasukan, menolong

menentukan langkah barisan, dan mengatur perintah atau pengumuman. Menjelang atau pada

saat memasuki pertempuran, taiko yaku (penabuh drum) bertanggung jawab untuk menentukan

langkah barisan, biasanya dengan enam langkah untuk setiap pukulan drum (ketukan-2-3-4-5-

6, ketukan-2-3-4-5-6).

Page 2: Alat Musik Tradisional Jepang

Menurut salah satu catatan sejarah (Gunji Yoshu), sembilan rangkai dari lima ketukan berarti

memanggil sekutu ke medan tempur, sementara sembilan rangkai dari tiga ketukan, yang

dipercepat tiga atau empat kalinya, adalah panggilan untuk maju dan mengejar lawan lainnya

Bachi

pemukul kayu yang digunakan untuk memainkan drum taiko.

Ji juga disebut Jiuchi, adalah irama dasar yang digunakan untuk mendukung irama utama, atau

O-uchi. Sebagian dari irama yang lebih lazim untuk ji adalah don doko, don ko, atau don go

(pola mengayun). Jikata adalah pemain yang memainkan irama ji.

Oroshi

dicirikan oleh serangkaian pukulan pada taiko. Pemain mulai dengan lambat dengan banyak

ma. Pelan-pelan ma (waktu) antara masing-masing pukulan menjadi semakin singkat, hingga

penabuh melakukan pukulan yang cepat

Shamisen atau samisen ( 三味線 , Shamisen atau samisen ?) adalah alat musik dawai asal

Jepang yang memiliki tiga senar, dan dipetik menggunakan sejenis pick yang disebut bachi.

Di dunia musik Jepang abad modern (kinsei hōgaku) seperti genre jiuta dan sōkyoku

(sankyoku), shamisen dikenal sebagai san-gen (三弦, 三絃, san-gen? tiga senar), sedangkan di

daerah Okinawa dikenal dengan sebutan sanshin (三線, sanshin?).

Bentuk Badan shamisen (disebut dō) dibuat dari kayu, berbentuk segiempat dengan keempat

sudut yang sedikit melengkung. Bagian depan dan belakang dilapisi kulit hewan yang berfungsi

memperkeras suara senar. Kulit pelapis shamisen adalah kulit bagian perut kucing betina yang

belum pernah kawin. Sedangkan shamisen kualitas biasa dibuat dari kulit bagian punggung dari

anjing. Shamisen yang dibuat kulit imitasi memiliki kualitas suara yang tidak bagus sehingga

kurang populer.

Panjang shamisen hampir sama dengan gitar tapi leher (sao) lebih langsing dan tanpa fret.

Leher shamisen ada yang terdiri dari 3 bagian agar mudah dibawa-bawa dan disimpan. Leher

shamisen yang utuh dan tidak bisa dilepas-lepas disebut leher nobezao.

Sutra merupakan bahan baku senar untuk shamisen. Tsugaru-jamisen yang berasal dari

daerah Tsugaru ada yang memakai senar dari serat nilon atau tetoron. Senar secara berurutan

dari kiri ke kanan (dari senar yang paling tebal) disebut sebagai ichi no ito (senar pertama), ni

no ito (senar kedua), dan san no ito (senar ketiga).

Secara garis besar, shamisen terdiri dari 3 jenis berdasarkan ukuran leher: Hosozao (leher

sempit), Nakazao (leher sedang), dan Futozao (leher besar). Selain itu, jenis shamisen

dikelompokkan berdasarkan nama kesenian:

Page 3: Alat Musik Tradisional Jepang

* Nagauta shamisen, berleher langsing, dipetik dengan pick besar dari gading gajah, dan

dipakai pada pertunjukan kabuki

* Gidayū shamisen, berleher besar dan tebal, dan digunakan sebagai pengiring jōruri

* Tokiwazu-bushi shamisen, berleher sedang

* Kiyomoto shamisen, berleher sedang.

* Jiuta shamisen, berleher sedang, dipetik dengan pick yang disebut Tsuyamabachi dari bahan

gading gajah. Shamisen jenis ini sering disebut sankyoku, dimainkan bersama koto, kokyū, dan

shakuhachi.

* Shinnai shamisen, berleher sedang, dipetik dengan menggunakan kuku jari.

* Yanagawa shamisen (Kyō-shamisen), berleher lebih langsing dari Hosozao, merupakan

model shamisen yang paling tua

* Tsugaru-jamisen, berleher lebar dan tebal, digunakan untuk lagu daerah yang disebut

Tsugaru-minyō, dan dipetik menggunakan bachi yang berukuran lebih kecil dan dibuat dari

tempurung kura-kura.

* Shanshin asal Kepulauan Ryūkyū, digunakan di prefektur Okinawa dan bagian paling ujung

prefektur Kagoshima. Shanshin dibuat dari kulit ular sanca asal Indonesia, leher shamisen

dipernis dengan urushi, serta dipetik tidak memakai bachi, melainkan dengan pick dari tanduk

kerbau.

* Gottan, asal Prefektur Kagoshima, dibuat seluruhnya dari kayu dan tidak memakai kulit

hewan.

Sejarah

Dalam penggolongan alat musik, shamisen termasuk alat musik petik serupa lute dengan leher

(neck) yang disambung ke badan. Di seluruh dunia terdapat banyak sekali berjenis-jenis alat

musik serupa lute, mulai dari gitar, sitar, hingga ukulele. Kebudayaan Mesir kuno mengenal alat

petik bersenar tiga yang di Persia berkembang menjadi setaru atau sitar (“se” berarti “tiga” dan

“taru” berarti “senar”). Di Tiongkok, alat musik serupa sitar yang dibuat dengan pelapis kulit ular

disebut sanshen (sanxian). Perdagangan antara Kerajaan Ryūkyū dan Fuzhou

memperkenalkan alat musik sanshen yang kemudian di Okinawa disebut sanshin.

Di akhir abad ke-16, sanshin yang dibawa kapal dagang asal Ryūkyū diperkenalkan ke

penduduk kota Sakai. Shamisen tertua yang masih ada sekarang adalah shamisen bernama

Yodo hasil karya pengrajin di Kyoto. Shamisen ini khusus dibuat atas perintah Toyotomi

Hideyoshi untuk dihadiahkan kepada sang istri Yodo-dono. Shamisen Yodo mempunyai bentuk

yang tidak jauh berbeda dengan shamisen yang ada sekarang.

Page 4: Alat Musik Tradisional Jepang

Perkembangan sanshin asal luar negeri menjadi shamisen tidak lepas dari peran pemusik

tunanetra asal perkumpulan tunanetra Tōdōza. Sanshin yang dimainkan dengan pick berbentuk

kuku dari tanduk kerbau berkembang menjadi shamisen yang dipetik dengan bachi yang

digunakan untuk memetik alat musik biwa. Bunyi shamisen yang lebih garing ternyata lebih

disenangi orang dibandingkan bunyi biwa yang terkesan berat dan serius.

Salah satu pemusik tunanetra bernama Ishimura Kengyō berjasa mengembangkan teknik

permainan hingga shamisen digemari rakyat banyak. Di awal zaman Edo, Ishimura Kengyō

mempelopori genre musik yang menggunakan shamisen dan dikenal sebagai Jiuta. Secara

garis besar musik shamisen dibagi menjadi dua jenis, Utaimono (pengiring lagu) dan

Katarimono (pengiring cerita).

imi Ga Yo (bahasa Jepang: 君 が 代 ; bahasa Indonesia: Semoga Kekuasaan Yang Mulia

Berlanjut Selama 1.000 Tahun) adalah judul lagu kebangsaan Jepang Bunyi Klik di sini.

Lagu ini ditulis dalam sebuah metrum Jepang waka. Ada yang berpendapat bahwa lagu

sebenarnya puisi cinta.

Asli (huruf Latin)

Kimi ga yo ha

Chiyo ni,

Yachiyo ni

Sazare ishi no,

Ihaho to narite,

Koke no musu made.

Terjemahan Indonesia

Semoga kekuasaan Yang Mulia,

Berlanjut selama seribu (tahun),

8000 generasi,

Sampai kerikil,

Berubah menjadi batu karang.

Page 5: Alat Musik Tradisional Jepang

Alat musik tradisional Korea

Alat musik tradisional Korea adalah kumpulan alat musik dari Korea yang jumlahnya lebih

dari 60 jenis. Alat-alat musik ini sebagian besar masih dimainkan dan telah diwariskan dari

generasi ke generasi hingga kini. Alat musik yang paling banyak dimainkan antara lain

gayageum, daegeum, haegeum dan geomungo.

Alat musik asli Korea diciptakan sejak periode sebelum Tiga Kerajaan Korea sampai periode

Silla Bersatu (668-935). Pada masa Tiga Kerajaan (57 SM – 668), banyak alat musik baru

diperkenalkan dari Asia Tengah. Alat musik Cina dari periode Dinasti Tang diperkenalkan di

akhir periode Silla Bersatu dan dari Dinasti Song pada masa Dinasti Goryeo (918-1392).

Masuknya alat-alat musik asing menambah banyak jumlah alat musik Korea. Para musisi pada

masa itu melakukan eksperimen dengan alat-alat musik tersebut untuk menyelaraskannya dengan

cita rasa musik lokal. Alat musik Korea dapat dibedakan menjadi alat musik asli (hyang, 鄕) dan

alat musik Cina (tang, 唐).

Alat musik petik

Gayageum

Hyang

Gayageum adalah kecapi yang memiliki 12 senar. Kecapi ini diciptakan pada abad ke-6 di

Kerajaan Gaya. Jenisnya terdiri dari 2 menurut musik yang dihasilkannya, yakni sanjo dan

jeongak. Sanjo gayageum digunakan untuk pementasan musik solo dan jeongak gayageum

untuk pementasan musik orkestra.

Geomungo adalah kecapi bersenar 6 yang diciptakan di kerajaan Goguryeo. Jenis geomungo

dibagi 2, yakni sanjo geomungo untuk permainan solo dan jeongak geomungo untuk orkestra.

Selain itu, adapula jenis alat musik yang dimainkan dalam pementasan di istana dan tempat

ibadah.

Page 6: Alat Musik Tradisional Jepang

Tang

Haegeum adalah rebab bersenar dua yang berasal dari Cina.

Ajaeng kecapi gesek bersenar 7. Terdapat 3 jenis ajaeng yakni jeongak ajaeng, sanjo ajaeng, dan

daejaeng.

Alat musik istana

Geum adalah kecapi bersenar 7 yang dimainkan dalam pementasan musik istana.

Seul adalah kecapi 25 senar yang saat ini tak lagi dimainkan.

Barat

Yanggeum adalah jenis kecapi asal Asia Tengah yang masuk dari Cina pada abad ke-18.

alat musk tiup

Taepyeongso

Hyang

Daegeum adalah suling besar yang berasal dari zaman Silla Bersatu bersama Sogeum dan

Junggeum.[1] Daegeum terdiri atas sanjo dan jeongak.

Sogeum adalah suling bambu kecil.

Hyangpiri adalah suling yang memiliki 7 lobang dan biasa dimainkan pada pementasan musik

orkestra dan solo.

Chojeok adalah suling kecil.

Tang

Tangpiri adalah suling asal Cina yang serupa dengan hyangpiri namun berukuran lebih pendek.

Tangpiri dimainkan dalam permainan musik Cina (Dang-ak).

Tungso adalah suling Korea yang terpanjang. Tungso terdiri dari jeongak tungso dan sanjo

tungso.

Taepyeongso adalah jenis suling bernada tinggi yang dilengkapi kerucut. Alat musik ini

diperkenalkan dari Asia Tengah lewat Cina di akhir abad ke-14. Taepyeongso adalah alat musik

penting dalam permainan pungmul.

Page 7: Alat Musik Tradisional Jepang

Alat musik istana

Saenghwang atau saeng adalah organ mulut yang memiliki 17 pipa.

U adalah jenis organ mulut besar yang memiliki 36 buah pipa.

Hwa (alat musik)Hwa adalah jenis organ mulut kecil yang memiliki 13 buah pipa.

So adalah jenis pipa (panpipe) yang jenisnya terbagi atas so yang berpipa 12, 16 dan 24. Hanya

so berpipa 16 yang masih dimainkan saat ini, terutama pada pementasan musik istana.

Hun adalah jenis suling bulat dari tanah liat dan memiliki 7 buah lobang. Hun hanya dimainkan

dalam pementasan musik upacara di kuil Munmyo.

Ji adalah suling yang memiliki 5 lobang yang berjumlah 4 buah di depan dan 1 lobang di

belakang. Alat musik ini hanya dimainkan dalam pementasan musik istana.

Yak adalah jenis suling yang dimainkan di pementasan musik istana. Alat musik ini memiliki 3

buah lobang dan dimainkan secara vertikal.

Jeok adalah jenis suling dengan 6 buah lobang.

Alat musik lainnya

Danso adalah jenis suling vertikal yang memiliki 5 buah lobang dan bisa dimainkan secara solo

(sanjo) atau dalam pementasan orkestra (jeongak).[2]

Sepiri adalah suling yang serupa dengan hyangpiri, namun lebih ramping dan volume suaranya

lebih kecil.

Alat musik perkusi

Janggu

Hyang

Jing adalah gong besar yang terbuat dari kuningan dan awalnya dimainkan dalam musik militer.[3] Saat ini dimainkan secara luas dalam pementasan musik petani (pungmul), musik Shamanisme

(musok) dan musik agama Buddha.

Kkwaenggwari adalah gong kecil yang disebut juga gong tangan.[4] Kkwaenggwari memiliki suara

yang tinggi dan banyak digunakan dalam permainan musik petani dan musik ritual Shamanisme.

Page 8: Alat Musik Tradisional Jepang

Pungmulbuk adalah genderang yang dimainkan dalam permainan musik petani.[5]

Soribuk adalah genderang yang dimainkan sebagai pengiring nyanyian. Soribuk adalah versi

modifikasi dari pungmulbuk.

Pungmul Janggo adalah jenis genderang berbentuk jam pasir.[6] Badan pungmul janggo terbuat

dari kayu dan dilapisi kulit binatang pada kedua ujungnya. Alat musik ini banyak digunakan

dalam pementasan musik petani dan sebagai pengiring nyanyian tradisional.

Tang

Bak adalah alat musik yang terdiri dari rangkaian 6 potongan kayu tipis. [7] Alat musik ini hanya

dimainkan dalam pementasan musik ritual dan musik istana.

Janggu atau janggo adalah genderang yang berbentuk jam pasir yang serupa dengan pungmul

janggo.[6]

Alat musik istana

Pyeon-gyeong

Pyeonjong adalah lonceng perunggu yang terdiri dari 16 buah yang digantung menjadi 2 baris.[8]

Alat musik ini diperkenalkan dari Song.

Teukjeong adalah lonceng yang serupa dengan pyeonjong namun hanya terdiri dari satu lonceng

saja.

Pyeongyeong adalah potongan batu yang berbentuk L, yang dimainkan dengan cara dipukulkan.

Batu musik ini diperkenalkan dari Cina dan dimainkan dalam pementasan musik istana.

Teukgyeong adalah batu yang serupa dengan pyeongyeong, namun hanya terdiri dari satu batu

saja.

Page 9: Alat Musik Tradisional Jepang

Musik Rakyat Portugal, Tari dan Instrumen

Tari dan musik instrumen dari Musik Rakyat Portugal adalah sebuah permainan maupun

bentuk tarian yang melingkar seperti O ladrao, ladrao, o ceguindo, A condessa dan A Ciranda

yang iringannya musik vokal dan musik instrumens dan alat musik yang digunakan gitar dan

biola alto. Tradisi portugal terdapat banyak lagu rakyak yang digunakan untuk iringan tari, salah

satunya yang berjudul cancoes de berco yang diambil dari lagu rakyat. Dilihat dari kondisi

geografis yang sangat lekat pada nada-nada yang melambai-lambai “nada-nada ayunan lembut”,

biarpun melambai-lambi tetapi  ide dasarnya ataupun landasannya terpisah dengan keagamaan

dan seperti contoh yang tertulis, dengan judul the Goan and Madeiran “Two” Variant of A

Candessa.

Penari dan tarian Portugal dalam penyajiannya disusun dan dilatih oleh master penari dari kota

maupun desa maka dari itu terdapat festifal-festival pada kesempatan tertentu sebagai contohnya

karnaval. Bailes adalah kota yang disitu terdapat bentuk dances circle (tarian melingkar),

biasanya ltampa latihan, dan merakyat dan dilakukan banyak orang dari berbagai daerah. Tarian

tersebut terdapat kesan tersendiri dan merupakan tanda akan keserhanaan dari wanita yang

sedikit akan mata pencaharian dan jarang tertawa maupun tersenyum waktu menari, tetapi itu

diakukan dengan serius yang menaati aturan maupun tingkah laku yang ditentukan yang

membuat tarian itu ada keawsyikan tersendiri,  dan dan mengundang sebagian dari daerah luar.

Yang paling lincah dan banyak variasi dari berbagai semua tarian yang ada adalah Vira (rural

walt form) dari daerah Minho. Corridinho ( perjalanan langkah nya dengan puasa) merupakan

karakteristik algarve: langkah yang berputar dan kayalan untuk mengatur kaki yang

mengingatkan kepada orang spanyol Flamento yang lebih susunan oleh individual dan bersaing

dengan kemampuan individunya. Perbedaan Vira dan Corridinho adalah dari formasi tariannya

yang disitu terdapat penyanyi solo dan pemanggilnya.  Mereka biasanya menggunakan gaya

musik dari daerah kereka masing-masing yang pemainnya dari teman dan menggunakan progesi

akord yang stabil, salah satu instrumen biola alto yang disebut violaos, cavaguinhos dan gitarras.

Penyai solo, pemanggil, penanarinya mereka mempunyai kemampuan intuk ber improvisasi

menurut kemampuan yang mereka miliki. Master penari yang berasal dari daerah harus

mempunytai kemapuan untuk memanggil dan mengendalikan, menyanyi solo, dan pemusik yang

dapat merangkai memjadi susunan dari pertunjukan tersebut, ini terbukti adanya peringatan ke-

16 century cortesano. Chamarrita menampilkan yang menggunakan suntikan yang menggunakan

instrumen dengan teknik yang bernuansa melodic berputar dan stabil yang berhentak, tariannya

yang menggunakan tarian tradisi dari Miranda do Douro dimana pauleiros or paulitos

menggunakan tongkat pada permainannya. Caramba menggunakan gaya Bassa danca Style yang

merupakan sajian gitar yang disusun secara harmornis yaitu penggabunga dari berbagai macam

instrumen yang bersifat percusif tebih menekan pada pola permainan yaitu tambores (drum) do

adufes (gambar no 5), gitar dan viola. Caramba menggunakan lagu dari Madeira oleh santos

(1973)yang bernuansa arabian.

Page 10: Alat Musik Tradisional Jepang

Bentuk tarian dan musik portugal tidak hanya menggunakan gaya musik portugal itu sendiri

tetapi juga menggunaka gaya maupun bentuk di lain daerahg portugal. Cana-verde, sebuah tarian

melingkar yang para laki-laki dan perempuan berhubungan sebagai perayaan panen tebu,

pertunjukan Dari Afrika infliences (gambar no.8). The Segudilhas  di alvarge adalah belived

untuk mempunyai datang dari spain, dan fandango, suatu couple-dance yang pertunjukannya

berderet atau formasi melingkar, masih populer di daerah Minho. Yang semua itu menggunakan

instrumen gitar, biola alto, biola, dan akordeon.  Di Alentejo yang digunakan adalah guitar tidak ,

pifaro ( alat musik dan seruling, untuk beiras menggunakan harmonika, drum dan trangles, di

algarve menggunakan gitar, pifaro, cantanens dan kadang-kadang bandolim (mandolin). menari

seperti schottische, mazurka dan tarian polka dari  lainnya  bagian dari eropa juga terjadi, dan

gerakan *apakah mungkin hasil Perancis mempengaruhi sepanjang abad yang ke-19.

sebagian dari tarian di minho area, seperti malhao, cana-verde, vira dan chula, mungkin paduan

oleh suatu rombongan tarian kecil ( ronda minhota) dengan instrumen terdiri atas harmonika,

semacam akordion, biola. cavaquinhos, biola alto, violaos, drum, segi tiga dan instrumen angin.

Suatu instrumentasi serupa ditemukan di madeiran tarian, tarian beberapa mempunyai heel-

tapping ( fandango dan bailarico) yang menciptakan suatu berirama kontra dengan musiknya.

Marine shells adalah interprestasi yang digunakan pada musik sepanjang pantai di Minho, tetapi

di bagian dalam/pedalaman Minho, tarian castantets yang digunakan kayu. tentang oarticular

adalah adufes ( hand-beaten kecil membingkai drum yang dimainkan oleh wanita-wanita

sepanjang;seluruh negeri), pipa (flute), guitas ( alat musik dari portugal utara) dan rebeccas

( biola rakyat) chain-dances sucs, verde-gaio adalah lazim di pusat dan northen portugal. salah

satu dari tarian yang lebih tua, suatu farrapeira, ditemani oleh pifaro dan gaita de fodes.

salah satu yang paling populer dari instrumens yang digunakan di folksongs dan folkdances

adalah biola alto, afour-or yang five-string gitar yang itu sepanjang abad yang 18th mempunyai

sebanyak tiga dawai-dawai di setiap instrumennya. Portuguese istilah ” biola alto” bahasa

Spanyolnya “vihuela” digunakan untuk umum sepanjang kebangkitan kembali untuk

menandakan manapun alat musik gesek instrumen. Istilah adalah berkwalitas menurut tohow

dimainkan atau oleh atribut phisik nya, seperti di violas de mono ( yang dipetik dengan tangan

kanan), viola de arco ( yang dibungkukkan dengan tangan kanan) atau viola de  arame ( dengan

dawai-dawai metal). Yang paling awal publikcations yang meliputi nyanyian portugaese adalah

buku metoda sebagai musiknya: sebagai contoh luis de milan pada tahun 1536 dimasukkan enam

portuguese villancicos tertulis didalamnya adalah Libro de musica de vihuela de mono intitulado

el maestro (in the dokumentos das chancelarias, see Azevedo, 1934). Peran dapat ditemukan

pada acuannya tidak hanya kepada biola alto tetapi juga ke alaudes ( kecapi) dan guitarra pada

1450.  Dan itu belum menentukan apakah ini awal nyanyian, pada zaman pertengahan

(renaisance) dan awal kebangkitannya kembali nyanyian membukukan seperti cantigas de santa

maria, cancioneiro de ajuda, cancioneiro de vaticana (colucci-brancuti:P-lc) dan martin codax,

Page 11: Alat Musik Tradisional Jepang

mengatakan seperti halnya itu pada awal instrumen metode buku, adalah versi menyangkut

folktunes . dengan gaya lutes yang suling mereka dan dengan hormat bermaksud, apa yang

diperkenalkan yannyian  nyanyian tradisional menjadi lebih mungkin untuk pengerjaan ulang

material rakyat secara artistik.

kesinambungan dan perubahan, di samping merindukan koleksi dijaman pertengahan, mereka

yang dari berabad-abad 20th dan yang 19th, bukti kesinambungan beberapa di (dalam) jenis

nyanyian adalah privided oleh acuan dalam literatur seperti halnya oleh kehadiran hari ini seperti

nyanyian villancetes, romances, cantigas de bergo, marltimas. Loas, cantigas de romania, as

maias (my songs), as janeiras, os reis (lagu-lagu dari tiga raja musik), desafios or despiques and

desgarradas (lagu-lagu dari tiga raja di masa lampau, atigas de escarnio amaldizer). nyanyian

modern Koleksi mengungkapkan aspek pertengahan, seperti cara sesuatu dilakukan dan migras

irama plainsong, co-existing dengan utama ( yang paling umum) dan kecil tonalas merupakan

perawatan modern dari masa lampau yang menyangkut nyanyian dan antar para penyanyi jaman

ini. Sebagai contoh, D dan G gaya masih ditemukan dalam konsep utama dari tonalas

romanias(pilgrim song), folias (profesional dan festive songs sung by the folies, folk equvalent of

the court jestes) dan romances (ballads). pengaruh nya terdapat pada hiasan suntikan dari timur

dapat dilihat di instrumentasinya dan gaya bernyanyinya, terutama di daerah pelosok dan daerah

bergunung-gunung.

Afrika instrumentasi, Irama dan ritme adalah juga suatu corak musik rakyat portuguese yang

kelihatan sejak permulaan 16 abad yang gaya tersebut sekarang masih populer. Guines dan orang

negro, menyanyi dalam irama spain, portugal dan latin america pada umumnya responsorial dan

corak hemiola bergeser untuk¾ di dalam suatu 6/8 (birama); dan untuk texsnya pada umumnya

bertemakan natal. Orang Afrika menyebutkan seperti halnya instrumen mengenai Eropa, juga

menggunakan vocables seperti guluga, gulugue. Dance-Song lundum ( londum, lundu),

permulaan dari africa ( angola atau zaire), datang ke portugal kemudian menjadi suatu jenis

samba. Di portugal itu menjadi suatu jenis burlesgue modinha. Dengan tarian lascivious fofa itu

barangkali satu sumber yang menyangkut fado ( C.M. Dias, cartas de lisboa, lisbon, 1905).

Canarios banyak ditemukan di abad ke-18-century, gitar abad ke-17dan mengajar privat di

(dalam) numerousin rangkap tiga melipat tigakan waktu, sebagai lawan notasi arbeau’s di

portugal di sekitar 1700 ( J.C.T. lamaunce, crifras de violas por varios autores in p-cug). Dan Di

abad ke-20 orang Afrika jejak dalam  tarian seperti cana-verde, the bailes de escravos (a

shuffiling chain-dance, the bailes de esravos (a bailes dos pretos, a circle-dance cana-verde,

bailes de escravos a shuffiling chain-dance, the bailes de esravos a bailes dos pretos, a circle-

dance yang meliputi suatu nyanyian tunggal tiruan dari orang Afrika hitam yang menari. Dengan

seragam disesuaikan pada ritme dan instrumen dan itu ‘ african’rhythms; menjadi musik afro-

portuguese dan tariannya sekarang telah menjadi lebih besar dan baru.