11
Musni Umar, Ph.D

36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Musni Umar, Ph.D

Page 2: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

36 Tahun Kampus Kuning “Pemasungan Demokrasi dan

Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi”

Oleh Musni Umar Aktivis Dewan Mahasiswa/Senat Mahasiswa 77/78,

Sosiolog dan Peneliti

Page 3: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Hari ini 36 tahun yang lalu. Tepatnya tanggal 21 Januari 1978, adalah hari yang amat bersejarah bagi seluruh aktivis pergerakan mahasiswa, karena saat itu tentara menyerbu berbagai kampus di seluruh Indonesia untuk menangkap para pimpinan mahasiswa dan mengamankan kampus yang dianggap sebagai pusat perlawanan terhadap rezim Orde Baru.

Untuk menghentikan perlawanan para mahasiswa, dilakukan pembubaran Dewan Mahasiswa/Senat Mahasiswa (DM/SM) yang para pimpinannya dipilih secara demokratis, serta dilakukan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan dibentuk Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) yang dipimpin Rektor Bidang Kemahasiswaan. Para pimpinan mahasiswa di DKI Jakarta, ditahan berbulan-bulan lamanya di Kampus Kuning yaitu suatu barak tentara di Bekasi yang dicat kuning. Dalam perkembangannya, ada yang menunjuk Letkol TNI Eddie M. Nalapraya, sebagai Rektor Kampus Kuning, yang saat itu menjadi Asintel Kodam V Jaya, yang mengeksekusi penahanan seluruh pimpinan mahasiswa di DKI Jakarta.

Page 4: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Pemasungan Demokrasi

Sejatinya demokrasi bermakna “pemerintahan rakyat”. Melalui pemilu yang demokratis, rakyat memilih para wakilnya untuk duduk di parlemen (legislatif) pada semua tingkatan untuk mewakili kepentingan rakyat yang telah memilih mereka.

Akan tetapi, Indonesia dibawah rezim Orde Baru, tidak ada demokrasi. Pemilu dilaksanakan sebanyak 7 (tujuh) kali, tetapi sebelum pemilu, sudah dapat dipastikan pemenangnya adalah Golkar. Golkar yang didukung tiga kekuatan utama di Indonesia yaitu jalur A (ABRI/TNI), jalur B (Birokrasi) dan jalur G (Golkar) menjadi single majority.

Untuk mengamankan kekuasaan Orde Baru yang otoriter, ABRI (TNI) terutama Angkatan Darat menjadi kekuatan dominan untuk mewujudkan stabilitas keamanan. Siapa saja yang mengeritik dan berdemonstrasi, akan dianggap mau merongrong kewibawaan pemerintah, dan ABRI akan tampil di depan untuk bertindak dengan dasar untuk menjaga stabilitas nasional.

Page 5: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Oleh karena itu, masuknya tentara ke dalam kampus untuk menangkap para pimpinan mahasiswa, dan pemerintah membubarkan dewan mahasiswa/senat mahasiswa, adalah dalam rangka mengemban tugas menjaga stabilitas nasional yang merupakan salah satu dari trilogi pembangunan yaitu pertumbuhan, stabalitas, dan pemertaan.

Akan tetapi, tanpa disadari bahwa langkah yang diambil ABRI (TNI) pada masa itu merupakan lembaran hitam dalam kehidupan berdemokrasi di Indonesia. Pertama, bibit-bibit demokrasi yang disemai dan ditumbuhkan para mahasiswa, dibawah laras sepatu dan sangkur senjata dikubur sedalam-dalamnya .

Kedua, institusi demokrasi yang dibangun para mahasiswa di kampus melalui dewan mahasiswa/senat mahasiswa dibubarkan begitu saja dan dibentuk badan koordinasi kemahasiswaan (BKK) yang sepenuhnya dikendalikan aparat keamanan.

Page 6: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Ketiga, kebebasan berpendapat melalui tulisan, diskusi, dialog secara bebas dan demonstrasi diharamkan.

Ketiga hal tersebut menimbulkan kerugian bagi bangsa Indonesia karena sarana pembelajaran berdemokrasi yang dibangun di berbagai kampus diberangus begitu saja, sehingga tidak ada pengalaman dalam berdemokrasi baik di berbagai kampus maupun di masyarakat.

Selain itu kerugian bagi rezim Orde Baru, karena para aktivis pergerakan mahasiswa dan berbagai organisasi tanpa bentuk (OTB) melakukan berbagai kegiatan untuk melawan rezim Orde Baru dibawah tanah yang sulit dideteksi oleh penguasa.

Page 7: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Perjuangan Melawan Rezim Orde Baru

Mereka yang terlibat dalam pergerakan dewan mahasiswa/senat mahasiswa 77/78, di blacklist yaitu masuk daftar orang-orang yang tidak disukai. Mereka tidak bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil, pegawai BUMN, anggota DPR atau DPRD, dan semua institusi yang terkait dan dikontrol oleh pemerintah, juga tidak bisa pergi keluar negeri, kecuali beberapa orang yang menurut pengakuan Laksamana TNI Purn Soedomo setelah terjadi reformasi, saya dan teman-teman dari Kampus Kuning sempat menemui dikediamannya di kawasan Pondok Indah Jakarta Selatan. Beliau bercerita dan menyebut beberapa orang yang diberi dispensasi keluar negeri untuk belajar, bahkan diberi dana untuk biaya studi di luar negeri.

Mereka yang pernah menjadi pimpinan mahasiswa di sekitar tahun 77/78 banyak yang kehidupan ekonominya sulit karena dicekal di mana-mana akibat di blacklist, namun ada juga yang bisa meloloskan diri karena menjadi kolaborator rezim Orde Baru.

Akan tetapi, kesulitan hidup yang dialami sebagian besar para aktivis pergerakan mahasiswa 77/78 tidak pernah surut dan berhenti dalam perjuangan melawan rezim Orde Baru. Soliditas, persatuan dan kesatuan terbentuk dengan membangun aliansi dengan berbagai pergerakan, yang puncaknya melahirkan reformasi tahun 1998.

Page 8: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Pengkhianatan Rezim Orde Reformasi

Lahirnya Orde Reformasi tahun 1998, merupakan perjuangan panjang dari para mahasiswa tahun 1974 (Malari) dan 1978 (Penangkapan dan pembubaran DM/SM) dan berbagai organisasi tanpa bentuk (OTB) yang berjuang melawan rezim Orde Baru yang represif, otoriter dan korup, yang mencapai puncaknya tahun 1998 yang melahirkan reformasi.

Akan tetapi setelah rezim Orde Baru tumbang, muncul aktor-aktor baru yang ganti baju, yang tidak lain adalah bagian dari rezim Orde Baru. Sempat muncul KH. Abdurrahman Wahid dan Megawati Sukarno Putri di puncak kekuasaan, tetapi antek-antek rezim Orde Baru melakukan konsolidasi dan akhirnya melalui kendaraan demokrasi tampil kembali ke panggung kekuasaan.

Page 9: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Namun sangat menyedihkan, terjadi pengkhianatan terhadap hasil perjuangan para mahasiswa. Pertama, dari aspek politik, rakyat melakukan demokrasi melalui pemilu yang demokratis, namun hasilnya tidak memberi manfaat ekonomi dan sosial tidak berlaku adagium bahwa demokrasi dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, tetapi dari rakyat oleh elit untuk elit. Akibatnya, rakyat tetap susah hidupnya bahkan semakin susah dibanding masa Orde Baru.

Kedua, dari aspek sosiologi, rakyat jelata terus berada dalam kemiskinan, kemelaratan dan kesengsaraan, tidak memperoleh manfaat ekonomi dari demokrasi. Rakyat bahkan semakin miskin karena sembilan bahan pokok (sembako) bertambah mahal harganya, pendidikan dari sebagian besar rakyat Indonesia tidak meningkat, dan lapangan pekerjaan semakin sulit mendapatkan. Ketiga, dari aspek ekonomi, pembangunan di era Orde Reformasi, hanya semakin memperkaya orang-orang kaya dan para penguasa, sementara rakyat tidak mendapat kemajuan sebagaimana yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Keempat, dari aspek hukum, keadilan bagi orang-orang miskin belum wujud dan tegak di segala bidang terutama di bidang sosial, ekonomi dan hukum.

Page 10: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Kesimpulan

Pemasungan demokrasi yang ditandai dengan penangkapan para pimpinan para mahasiswa, pembubaran dewan mahasiswa/senat mahasiswa serta pemberlakuan normalisasi kehidupan kampus dan pembentukan badan koordinasi mahasiswa yang dilakukan rezim Orde Baru telah berusia 36 tahun, tetapi spirit perjuangan yang dikobarkan para mahasiswa pada masa itu masih tetap relevan dan penting untuk terus disuarakan dan diperjuangkan perwujudannya.

Perjuangan para mahasiswa yang panjang telah melahirkan reformasi, tetapi telah dikhianati para penguasa. Mereka menggadaikan kekayaan alam Indonesia kepada pihak asing tidak untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat, mereka hidup bergelimang dengan kekayaan, sementara rakyat jelata tetap hidup miskin, melarat dan terkebelakang.

Page 11: 36 Tahun Kampus Kuning Pemasungan Demokrasi dan Pengkhianatan Hasil Perjuangan Mahasiswa yang Melahirkan Reformasi

Slogan KKN yang merupakan akronim dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) untuk menumbangkan rezim Orde Baru, ternyata terus diamalkan para pemimpin pemerintahan, pejabat negara dan keluarganya.

Untuk mengakhiri pengkhianatan terhadap hasil perjuangan para mahasiswa yang dilakukan rezim Orde Reformasi, maka merupakan conditio sine quanon adanya perubahan rezim, yang tidak mungkin terjadi tanpa keterlibatan mahasiswa dan rakyat Indonesia.

Jakarta, 21 Januari 2014