21
TAFSIR, TA’WIL DAN TARJAMAH M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Ulumul Qur’an " Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : KHUSNUL KOTIMAH 2013.4.047.0001.1.001683 PAI Smt 2/Sawo SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH (STAIM) TULUNGAGUNG Juni 2014

Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah yang berisi penjelasan tentang tafsir, ta'wil dan tarjamah guna memenuhi tugas ULUMUL QUR"AN 1. kunjungi bog saya di khusnulsawo.blogspot.com \(^o^)/ yaa..?? terima kasih

Citation preview

Page 1: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

TAFSIR, TA’WIL DAN TARJAMAH

M A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Ulumul Qur’an "

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :

KHUSNUL KOTIMAH

2013.4.047.0001.1.001683

PAI – Smt 2/Sawo

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

Juni 2014

Page 2: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

ii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Amin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

(PENYUSUN)

Page 3: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i

Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii

Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

TAFSIR, TA’WIL DAN TARJAMAH

A. Pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah …………...……...... 3

B. Perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah …………………..... 6

C. Klasifikasi Tafsir Bi Al - Ma’tsur, Bi Al - Ra’yi dan Bi AL-

Isyari ........................................................................................ 8

D. Macam-Macam Metode dan Macam-Macam Corak Tafsir. . 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 18

Page 4: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-qur’an adalah wahyu islam dan islam adalah agama Allah yang di

fardlukan. Pengetahuan tentang pokok-pokok dan dasar-dasar islam tidak akan

tercapai jika al- qur’an itu dipahami dengan bahasanya. Maka harus penaklukan

islam pun mengembang kepada bahasa- bahasa lain non arab, sehingga bahasa-

bahasa itu diarabkan dengan islam. Adalah suatu kewajiban bagi setiap orang bagi

setiap orang yang masuk ke dalam naungan agama baru ini, untuk menyambutnya

dalam bahasa kitabnya secara lahir dan batin sehingga ia dapat menjalankan

kewajiban- kewajibanya, dan terjemahan qur’an tidak diperlukan lagi baginya

selama qur’an itu telah diterjemahkan bahasa dan kearabannya menjadi keimanan

dan keislaman.

Qur’anul karim adalah sumber tasyri’ pertama bagi umat Muhammad. Dan

kebahagian mereka tergantung pada pemahaman ma’nanya, pengetahuan rahasia-

rahasianya dan pengalaman apa yang terkandung di dalamnya. Kemampuan setiap

orang dalam memahami lafadz dan ungkapan qur’an tidaklah sama, padahal

penjelasannya sedemikian gamblang dan ayat- ayatnya pun sedemikian rinci.

Maka tidaklah mengherankan jika Qur’an mendapatkan perhatian besar dari

umatnya melalui pengkajian intensif terutama dalam rangka menafsirkan kata-

kata غريب ( aneh, ganjil ) atau mentakwilkan ركيب .( susunan kalimat ) ت

Dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa hal yang erat

kaitannya untuk memahami Al-Qur’an. Yaitu kami akan memaparkan mengenai

Tafsir, Ta’wil dan Terjemah.

Page 5: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

2

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah ?

2. Apa perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah ?

3. Apa klasifikasi Tafsir bi al - Ma’tsur, bi al - Ra’yi dan bi a l- Isyari ?

4. Apa macam-macam metode dan macam-macam corak tafsir ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah

2. Untuk mengetahui perbedaan Tafsir, Ta’wil dan Tarjamah

3. Untuk mengetahui klasifikasi Tafsir bi al - Ma’tsur, bi al - Ra’yi dan bi a l-

Isyari

4. Untuk mengetahui macam-macam metode dan macam-macam corak tafsir

Page 6: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir, Ta’wil, Dan Tarjamah

1. Pengertian Tafsir

Secara etimologi kata tafsir dalam bahasa arab berarti اح اإليض (penjelasan)

atau التبيي (keterangan).1 Kata tafsir diambil dari kata فسي را ت - yang فسر–ي فس ر

berarti keterangan atau uraian.2 Al-jurjani berpendapat bahwa kata tafsir menurut

pengertian bahasa adalah اإلظهر و الكشف yang artinya menyingkap (membuka)

dan melahirkan.3 Tafsir secara bahasa mengikuti wazan فعيل berasal dari akar , ت

kata الفسر ( -ف -س ر ) yang berarti menjelaskan, menyingkap dan

menampakan atau menerangkan makna yang abstrak. Dalam lisanul ’arab

dinyatakan: kata " الفسر" berarti menyingkapi sesuatu yang tertutup, sedang kata

berarti menyingkapi maksud sesuatu lafaz yang musykil, pelik.4 "الت فس ي ر "

Sebagian ulama’ ada yang mengatakan, bahwa kata tafsir juga dapat berarti

menyingkapkan.5

Secara bahasa kata Tafsir ت ر ي سف) ) berasal dari kata فسر yang

mengandung arti: menjelaskan, menyingkap dan menampak-kan atau

menerangkan makna yang abstrak. Kata ر سالف berarti menyingkapkan sesuatu

yang tertutup.

Menurut istilah, Tafsir berarti Ilmu untuk mengetahui kitab Allah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammas Saw. dan penjelasan maknanya serta

pengambilan hukum dan makna-maknanya. Tafsir adalah Ilmu yang membahas

1Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘ulumul al-Qur’an (Beirut: Dar al-Irsyad,

1970), hlm. 37. 2Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 209. 3Al-jurjani, al-Ta’rifat, ath-Thaba’ah wa an-Nasyr wa at-Tauzi (Jeddah: t.t), hlm. 63.

4Manna Khalil al-Qattan, mudzakir, Studi Ilmi-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera

Antarnusa, Cetakan kedua belas, 2009), hlm. 455.

5Usman, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 311.

Page 7: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

4

tentang Al-Quranul Kariem dari segi pengertiannya terhadap maksud Allah sesuai

dengan kemampuan manusia.

Adapun tentang pengertian tafsir berdasarkan istilah, para ulama banyak

memberikan komentar antara lain sebagai berikut :

a) Menurut Al-Kilabi: Tafsir adalah penjelasan Al-Qur’an dengan

menerangkan makna dari tujuan (isyarat).

b) Menurut Syekh Al-Jazari: Tafsir adalah hakekatnya menjelaskan lafazh

yang sukar difahami dengan jalan mengemukakan salah satu lafazh yang

bersinonim (mendekati) dengan lafazh tersebut

c) Menurut abu Hayyan: Tafsir adalah ilmu yang mengenai cara pengucapan

lafazh Al-Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk kandungan hukum

dan makna yang terkandung didalamnya.

d) Menurut Az-Zarkasyi: Tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk

memahami dan menjelaskan makna-makna Al-Qur’an yang diturunkan

pada pada nabi Muhammad SAW, serta mengumpulkan kandungan dan

hukum dan hikmahnya.

Berdasarkan beberapa rumusan tafsir yang dikemukakan para ulama

tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tafsir adalah suatu hasil yang tanggapan

dan penalaran manusia untuk menyikapi nilai-nilai samawi yang terdapt di dalam

Al-Qur’an.

2. Pengertian Ta’wil

Secara etimologi, menurut sebagian ulama’, kata ta’wil memiliki makna

yang sama dengan tafsir, yakni ”menerangkan” dan ”menjelaskan”.6 Ta’wil

berasal dari kata لأو . Kata tersebut dapat berarti: pertama, ع الر ج و (kembali,

mengembalikan) yakni, mengembalikan makna pada proporsi yang

sesungguhnya. Kedua, الصرف (memalingkan) yakni memalingkan suatu lafal yang

6Muhammad Ali al-Shabuniy, al-Tibyan fi ‘ulumul al-Qur’an (Beirut: Dar al-Irsyad,

1970), hlm. 74.

Page 8: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

5

mempunyai sifat khusus dari makna lahir kepada makna batin lafal itu sendiri

karena ada ketepatan atau kecocokan dan keserasian dengan maksud yang dituju.

Ketiga, اسة السي (mensiasati) yakni, bahwa lafal-lafal atau kalimat-kalimat tertentu

yang mempunyai sifat khusus memerlukan ”siasat” yang tepat untuk menemukan

makna yang dimaksud. Untuk itu diperlukan ilmu yang luas dan mendalam.7

Adapun mengenai arti takwil menurut istilah banyak para ulama memberikan

pendapatnya antara lain sebagai berikut ini :

a) Menurut Al-Jurzzani: Memalingkan suatu lafazh dari makna d’zamirnya

terhadap makna yang dikandungnya apabila makna alternative yang

dipandang sesuai dengan ketentuan Al-kitab dan As-sunnah.

b) Menurut defenisi lain: Takwil adalah mengembalikan sesuatu kepada

ghayahnya (tujuannya) yakni menerangkan apa yang dimaksud.

c) Menurut Ulama Salaf:

Menafsirkan dan mejelaskan makna suatu ungkapan baik yang

bersesuaian dengan makna ataupun bertentangan.

Hakekat yang sebenarnya yang dikehendaki suatu ungkapan.

d) Menurut Khalaf: Mengalihkan suatu lafazh dari maknanya yang rajin

kepada makna yang marjun karena ada indikasi untuk itu.

Pengertian takwil menurut istilah adalah suatu usaha untuk memahami

lafazh-lafazh (ayat-ayat) Al-Qur’an melalui pendekatan pemahaman arti yang

dikandung oleh lafazh itu.

3. Pengertian Tarjamah

Arti tarjamah menurut bahasa adalah salinan dari suatu bahasa kebahasa

lain atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa ke bahasa

lain.8 Menurut muhammad husayn al-Dzahabi, salah seorang pakar dan ahli ilmu

7Usman, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 317. 8Poerwadarminta, Kamus Unun Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984),

hlm. 1062.

Page 9: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

6

al-Qur’an dari Universitas Azhar, Kairo, Mesir, kata tarjamah lazim digunakan

untuk dua macam pengertian, yaitu:

a) Mengalihkan atau memindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke

bahasa lainnya tanpa menerangkan makna dari bahasa asal yang

diterjemahkan.

b) Menafsirkan suatu pembicaraan dengan menerangkan maksud yang

terkandung di dalamnya dengan menggunakan bahasa yang lain.

Arti tarjamah menurut bahasa adalah susunan dari suatu bahasa kebahasa

atau mengganti, menyalin, memindahkan kalimat dari suatu bahasa lain kesuatu

bahasa lain.

Secara terminologi kata ”tarjamah” dapat dipergunakan pada dua arti:

1) Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafaz-lafaz dari satu bahasa ke

dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga

susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa

pertama

2) Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna

pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata

bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.9

B. Perbedaan Tafsir, Ta’wil, dan Tarjamah

1. Perbedaan Tafsir Dan Tarjamah

a) Bahasa tafsir dalam prakteknya selalu terdapat keterkaitan dengan bahasa

aslinya. Selain itu, dalam tafsir tidak terjadi peralihan bahasa, sebagaimana

lazimnya dalam terjemah. Pada terjemah yang terjadi atau dilakukan

adalah peralihan bahasa, yakni dari bahasa pertama atau yang asli ke

bahasa kedua atau terjemah.

9Manna Khalil al-Qattan, mudzakir, Studi Ilmi-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera

Antarnusa, Cetakan kedua belas, 2009), hlm. 443.

Page 10: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

7

b) Dalam tafsir yang diutamakan adalah menyampaikan penjelasan dan pesan

dari bahasa aslinya yang pertama. Sedangkan pada terjemah tidak terdapat

istithrad, yakni memperluas uraian melebihi kadar mencari padanan kata.

Dalam terjemah terutama harfiah, makna yang diungkap tidak lebih dari

sekedar mengganti bahasa.

c) Dalam bahasa tafsir yang menjadi pokok perhatian adalah tercapainya

penjelasan tepat sasaran baik secara global maupun secara terinci. Tidak

demikian halnya dengan terjemah. Ia pada lazimnya mengandung tuntutan

terpenuhinya semua makna yang dikehendaki oleh bahasa pertama.10

Dengan memperhatikan pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat

dikatakan bahwa antara tafsir dengan terjemah (baik tafsiriyah maupun harfiyah)

terdapat perbedaan yang cukup jelas. Khusus dalam hubungannya dengan upaya

pemahaman terhadap kandungan al-Qur’an, keterangan melalui terjemahnya tentu

tidak akan dapat memberikan kejelasan yang memadai.11

2. Perbedaan Tafsir Dengan Ta’wil

Mengenai perbedaan tafsir dan ta’wil tersebut dapat dilihat sebagai berikut:12

TAFSIR:

Pemakaiannya banyak terdapat pada lafal- lafal dan leksikologi ( م فردة).

Jelas diterangkan dalam al-Qur’an dan hadits-hadits shahih.

Banyak berhubungan dengan riwayat.

Digunakan dalam ayat-ayat م كمات (jelas, terang).

Bersifat menerangkan petunjuk yang dikehendaki.

TA’WIL:

Penggunaannya lebih banyak pada makna-makna dan susunan kalimanat.

Kebanyakan diistimbatkan oleh para ’ulama.

Lebih banyak berhubungan dengan دراية (nalar, aqliy).

10Manna Khalil al-Qattan, mudzakir, Studi Ilmi-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera

Antarnusa, Cetakan kedua belas, 2009), hlm. 334. 11Ibid., hlm. 337. 12Ibid., hlm. 334.

Page 11: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

8

Digunakan dalam ayat-ayat م تشابات (samar, samar tidak jelas).

Menerangkan hakikat yang dikehendaki.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa :

a) Tafsir : menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang

lebar, lengkap dengan penjelasan hukum-hukum dan hikmah yang dapat

diambil dari ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan

ayat-ayat tersebut

b) Ta’wil : mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan

rǎjih kepada arti lain yang samar dan marjuh.

c) Terjemah : hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa

lain tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar

dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya.13

C. Klasifikasi Tafsir Bi Al-Ma’tsur, Bi Al-Ra’yi dan Bi Al-Isyari

1. Tafsir Bi Al-Ma’tsur

Tafsir bi al-ma’tsur merupakan istilah lain dari tafsir bi al-riwayah dan

atau tafsir bi al-mangul.14 Tafsir bi al-ma’tsur yaitu menafsirkan Qur’an dengan

Qur’an, dengan sunnah karena berfungsi menjelaskan kitabullah.15 Ada empat

otoritas yang menjadi sumber penafsiran bi al-ma’tsur.

Pertama, al-Qur’an sendiri yang dipandang sebagai penafsiran terbaik

terhadap al-Qur’an. Umpamanya, penafsiran kata مل تقيا pada surat al-Imran (3)

ayat 133 dengan menggunakan kandungan ayat berikutnya.

أ عتللم تقي والرض السماوات موجنةعرض ها منرب ك وسارع واإلمغفرة

13Shawli al-farabie, pengertian dan perbedaan tafsir, ta`wil, dan tarjamah, dalam

http://islamcumlaude.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-perbedaan-tafsir-tawil.html, diakses

pada sabtu, 15 maret 2014, pukul 10.05 WIB 14Usman, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 338. 15Manna Khalil al-Qattan, mudzakir, Studi Ilmi-Ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera

Antarnusa, Cetakan kedua belas, 2009), hlm. 483.

Page 12: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

9

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapat surga

yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang

bertakwa” (QS. Ali-Imran : 133)16

Kedua, hadist nabi yang memang berfungsi sebagai penjelas -al م ب ي

Qur’an. Umpamanya, penafsiran nabi terhadap kata ’al-zulm’ الظ لم pada surat al-

An’am.

الذينآمن واولي لبس واإميان ه مبظ لمأ ولئكل م المن وه مم هت ون“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan

kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan

mereka mendapat petunjuk.” (QS: Al-An'am : 82)17

Ketiga, penjelasan sahabat yang dipandang sebagai orang yang banyak

mengetahui al-Qur’an. Umpamanya, penafsiran ibnu Abbas (68/687) terhadap

kandungan surat An-nashr dengan kedekatan waktu kewafatan nabi.

Keempat, penjelasan Tabi’in yang dianggap sebagai orang yang bertemu

langsung dengan sahabat.18

Hukum Tafsir bi al-Ma’tsur: Tafsir Bi Al-Ma’tsur wajib untuk mengikuti dan

diambil karena terjaga dari penyelewengan makna kitabullah.

2. Tafsir Bi Al-Ra’yi

Tafsir bi al-ra’yi ialah tafsir yang di dalam menjelaskan maknanya mufasir

hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan (istinbat) yang

didasarkan pada ra’yu semata. Tidak termasuk ini pemahaman (terhadap Qur’an)

16Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 67. 17Ibid., hlm. 138. 18Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hlm. 217.

Page 13: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

10

yang sesuai dengan roh syari’at dan bukti-bukti akan membawa penyimpangan

terhadap Kitabullah.19

Menafsirkan Qur’an dengan ra’yu dan ijtihad semata tanpa ada dasar yang

sahih adalah haram, tidak boleh dilakukan. Allah berfirman:

ماليسلكبهعلم قف ولت

”dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.” (al-Isra :36) 20

Oleh karena itu, golongan salaf berkeberatan, enggan, untuk menafsirkan Qur’an

dengan sesuatu yang tidak mereka ketahui.

3. Tafsir Bi Al- Isyari

Isyarah secara etimologi berarti penunjukan, memberi isyarat. Sedangkan

tafsir al-isyari adalah menakwilkan (menafsirkan) ayat Alquran al-Karim tidak

seperti zahirnya, tapi berdasarkan isyarat yang samar yang bisa diketahui oleh

orang yang berilmu dan bertakwa, yang pentakwilan itu selaras dengan makna

zahir ayat–ayat Alquran dari beberapa sisi syarhis (yang masyru’).21

Adapun isyarah menurut istilah adalah apa yang ditetapkan (sesuatu yang

bisa ditetapkan/dipahami, diambil) dari suatu perkataan hanya dari mengira-ngira

tanpa harus meletakkannya dalam konteksnya (sesuatu yang ditetapkan hanya

dari bentuk kalimat tanpa dalam konteksnya).22

Menurut al-Jahizh bahwa ’isyarat dan lafal adalah dua hal yang saling

bergandeng, isyarat banyak menolong lafal (dalam memahminya),dan tafsiran

19Fachrial Lailatul Maghfiroh. Tafsir, Ta’wil, Dan Tarjamah Al- Qur’an dalam

http://fachrialicius.blogspot.com/2012/12/ulumul-quran.html, diakses pada sabtu, 15 maret 2014

pukul 10.00 WIB 20Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 285. 21Muhammad Amin Suma, Studi Ilmu-Ilmu Alquran (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001),

hlm. 97. 22Muslich Maruzi, Wahyu Alquran Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tafsir (Jakarta:

Pustaka Amani, 1987), hlm. 78.

Page 14: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

11

(terjemahan) lafal yang bagus bila mengindahkan isyratnya, banyak isyarat yang

menggantikan lafal, dan tidak perlu untuk dituliskan.23

Tafsir Isyari menurut Imam Ghazali adalah usaha mentakwilkan ayat-ayat

Alquran bukan dengan makna zahirnya malainkan dengan suara hati nurani,

setelah sebelumnya menafsirkan makna zahir dari ayat yang dimaksud.24

Tafsir isyari ini dibagi kepada dua cabang, yakni;

a) Yang pertama adalah al-isyari al-khafi, yang bisa diketahui oleh orang

yang bertakwa, sholeh dan orang yang berilmu ketika mebaca al-qur’an,

maka mereka ketika membaca suatu ayat akan menemukan beberapa arti.

b) Yang kedua adalah al-isyari al-jali (isyarat yang jelas), yang terkandung

dalam ayat kauniyah dalam al-qur’an, yang mengisyaratkan dengan jelas

berbagai pengetahuan yang baru. Pada hal seperti inilah akan tampak

kemu’jizatan Alquran pada masa kini, zaman ilmu pengetahuan.25

Dalil kebolehan tafsir ini dapat diambil dari ayat berikut ini:

فال ا أمعلىق ل وبأق أفلي تب ر ونالق رآن

Artinya: “maka tidakkah mereka menghayati Al-quran, ataukah hati mereka

sudah terkunci?.”(QS Muhammad: 24)26

Allah mengisyaratkan bahwa orang-orang kafir tidak memahami Al quran

,maka Allah SWT menyuruh mereka umtuk merenungi ayat-ayat (tanda-tanda)

Alquran Al-karim, agar mereka mengetahui arti dan tujuannya.

Tetapi banyak ulama yang berpendapat bahwa tafsir isyari itu tidak boleh,

karena khawatir membuat kebohongan tentang Allah SWT. dalam menafsirkan

wahyunya, tanpa ilmu ataupun petunjuk dan bukti yang jelas.

23Khalid Abdur Rahman, Ushul Tafsir wa Qawa’iduhu (Damaskus: Dar an-Nafais, 1994),

hlm. 207. 24Ahmad Zuhri, Risalah Tafsir, Berinteraksi dengan Alquran versi Imam Al-Ghazali

(Bandung: Citapusaka Media, 2007), hlm. 190 (Kutipan dari Ihya’ Ulumuddin, Jilid 1) 25Lopcit, h. 207. 26Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2008),

hlm. 509.

Page 15: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

12

Sedangkan ulama yang berpendapat bahwa tafsir ini boleh, menetapkan

beberapa syarat yaitu27:

1) Tidak bertentangan dengan makna (zhahir) ayat,

2) Maknanya sendiri shahih,

3) Pada lafazd yang ditafsirkan terdapat indikasi bagi (makna isyari) tersebut,

4) Antara makna isyari dengan makna ayat terdapat hubungan yang erat.

Apabila keempat syarat ini dipenuhi maka tafsir mengenai isyarat itu

(tafsir isyari) merupakan istinbat yang baik dan dapat diterima. Dan apabila syarat

diatas tidak dipenuhi, maka tafsir isyari tidaklah dapat diterima/ dilarang.

D. Macam-Macam Metode, Macam-Macam Corak Tafsir

1. Macam-macam Metode Tafsir

Para ulama ahli Ulum al-Qur’an telah membuat klasifikasi tafsir

berdasarkan metode penafsirannya menjadi empat macam metode yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

a) Metode Tahlily (metode Analisis)

Yaitu metode penafsiran ayat-ayat Alquran secara analitis dengan

memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkannya sesuai

dengan bidang keahlian mufassir tersebut. Uraiannya, antara lain menyangkut

pengertian kosa kata (امل فردة keserasian redaksi dan keindahan bahasanya ,(معن

keterkaitan makna ayat yang sedang ditafsirkan dengan ayat ,(بلغة dan فصاحة )

sebelum maupun sesudahnya (الية ) dan sebab-sebab turunnya ayat (م ناسبة أسباب Demikian pula penafsiran dengan metode ini melihat keterkaitan makna .(الن ز ول

ayat yang ditafsirkannya dengan penjelasan yang pernah diberikan oleh Nabi, para

sahabat, tabi’in dan ulama-ulama sebelumnya yang telah lebih dahulu

memberikan penafsiran terhadap ayat-ayat tersebut.

27Manna’ Khalil al-Qattan, Mubahist fi Ulumil Qur’an, T. erj Drs. Mudzakir AS, P.T.,

(Jakarta: Pustaka Lintera AntarNusa, 1992), hlm. 496.

Page 16: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

13

b) Metode Ijmaly (metode Global)

Yaitu penafsiran Al-quran secara singkat dan global, tanpa uraian panjang

lebar, tapi mencakup makna yang dikehendaki dalam ayat. Dalam hal ini mufassir

hanya menjelaskan arti dan maksud ayat dengan uraian singkat yang dapat

menjelaskan artinya sebatas makna yang terkait secara langsung, tanpa

menyinggung hal-hal tidak terkait secara langsung dengan ayat. Di antara kitab-

kitab tafsir yang termasuk menggunakan metode Ijmali ini antara lain:

Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, karya Muhammad Farid Wajdi,

Tafsir al-Qur’an, karya Ibnu Abbas yang dihimpun oleh Fayruz Abady,

At-Tafsir al-Muyassar, karya Syeikh Abdul Jalil Isa, dll

c) Metode Muqaran (metode Komparasi/ Perbandingan)

Tafsir dengan metode muqaran adalah menafsirkan Alquran dengan cara

mengambil sejumlah ayat Alquran, kemudian mengemukakan pendapat para

ulama tafsir dan membandingkan kecendrungan para ulama tersebut, kemudian

mengambil kesimpulan dari hasil perbandingannya. Namun menurut Baidan,

Metode komparatif (muqaran) ialah:

Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Alquran yang memiliki

persamaan atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih; dan atau

memiliki redaksi yang berbeda tentang satu kasus yang sama,

Membandingkan ayat Alquran dengan Hadits, yang sep-intas terlihat

bertentangan,

Membandingkan pendapat berbagai ulama tafsir dalam menafsirkan

suatu ayat.

d) Metode Maudhu’i (metode Tematik)

Yaitu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir untuk menjelaskan

konsep Al-quran tentang suatu masalah/ tema tertentu dengan cara menghimpun

seluruh ayat Al-quran yang membicarakan tema tersebut. Kemudian masing-

masing ayat tersebut dikaji secara komprehensif, mendalam dan tuntas dari

berbagai aspek kajiannya. Baik dari segi asbabun nuzulnya, munasabahnya,

Page 17: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

14

makna kosa katanya, pendapat para mufassir tentang makna masing-masing ayat

secara parsial, serta aspek-aspek lainnya yang dipandang penting.

Ciri utama metode ini adalah terfokusnya perhatian pada tema (maudhu’),

baik tema yang ada dalam Al-quran itu sendiri, maupun tema-tama yang muncul

di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Contohnya seperti:

Al-Insan Fi al-Quran, dan, Al-Mar’ah Fi al-Qur’an, karya Abbas

Mahmud al-‘Aqqad, dan

Al-Riba Fi al-Qur’an, karya Abu al-A’la al-Maududi.

2. Macam-macam Corak Tafsir

Tafsir merupakan karya manusia yang selalu diwarnai pikiran, madzhab,

dan disiplin ilmu yang ditekuni oleh mufassirnya, oleh karena itu buku-uku tafsir

mempunyai berbagai corak pemikiran dan madzhab. Di antara corak tafsir yaitu

adalah sebagai berikut :28

a) Tafsir Shufi: yaitu suatu karya tafsir yang diwarnai oleh teori atau

pemikiran tasawuf, baik tasawuf teoritis (at-tasawuf an-nazhary) maupun

tasawuf praktis (at-tasawuf al-‘amali).

b) Tafsir Falsafi: Yaitu suatu karya tafsir yang bercorak filsafat. Artinya

dalam menjelaskan suatu ayat, mufassir merujuk pendapat filosof.

Persoalan yang diperbincangan dalam suatu ayat dimaknai berdasarkan

pandangan para ahli filsafat.

c) Tafsir Fiqhi: Yaitu penafsiran al-Qur’an yang bercorak fiqih, diantara isi

kandungan al-Qur’an adalah penjelasan mengenai hukum, baik ibadah

maupun muamalah. Tafsir fiqih ini selain lebih banyak berbincang

mengenai persoalan hukum , juga kadang-kadang diwarnai oleh ta’asub

(fanatik). Buku-buku tafsir fiqhi ini dapat pula dikategorikan kepada corak

lain yaitu tafsir fiqhi hanafi, maliki, syafi’i, dan hambali.

d) Tafsir ‘Ilmi: Yaitu tafsir yang bercorak ilmu pengetahuan modern,

khususnya sains eksakta. Tafsir ini selalu mengutip teori-teori ilmiah yang

berkaitan dengan ayat yang sedang ditafsirkan. Seperti biologi,

28Kadar M. Yusuf, study Al-Qur’an )Jakarta: Amzah, 2010(, hlm. 158.

Page 18: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

15

embriologi, geologi, astronomi, pertanian, perterrnakan, dan lain-lain.

Contoh tafsir yang bercorak ilmi yaitu: Al-Jawahir fi Tafsir Al-Qur’an Al-

karim karya Thanthawi Jauhari dan Mafatih Al-Ghaib karya Ar-Razi,

Khalq Al-Insan Bayna Ath-Thib Wa Al-Qur’an karya Muhammad Ali Al-

Bar.

e) Corak Al-Adabi Wa Al-Ijtima’i: Yaitu tafsir yang bercorak sastra

kesopanan dan sosial. Dengan corak ini mufassir mengungkap keindahan

dan ke agungan Al-Qur’an yang meliputi aspek balagah, mukjizat, makna,

dan tujuannya. Mufassir berusaha menjelaskan sunnah yang terdapat pada

alam dan sistem sosial yang terdapat dalam Al-Qur’an, dan berusaha

memecahkan persoalan kemanusiaan pada umumnya dan umat islam pada

khususnya, sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.29

29Kadar M. Yusuf, study Al-Qur’an )Jakarta: Amzah, 2010(, hlm. 158-162.

Page 19: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

16

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Tafsir adalah penjelasan terhadap makna lahiriah dari ayat Alquran yang

penegrtiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki oleh Allah.

Ta’wil adalah pengertian yang tersirat yang diistimbathkan dari ayat Alquran

berdasarkan alasan-alasan tertentu.

Tarjamah ada 2, yaitu:

a) Terjemah harfiyah, yaitu mengalihkan lafadz-lafadz dari satu bahasa ke

dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga

susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa

pertama

b) Terjemah tafsiriyah atau terjemah maknawiyah, yaitu menjelaskan makna

pembicaraan dengan bahasa lain tanpa terikat dengan tertib kata-kata

bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya

2. Adapun perbedaan tafsir, takwil dan terjemah, yaitu:

a) Tafsir : menjelaskan makna ayat yang kadang-kadang dengan panjang

lebar, lengkap dengan penjelasan hukum-hukum dan hikmah yang dapat

diambil dari ayat itu dan seringkali disertai dengan kesimpulan kandungan

ayat-ayat tersebut

b) Ta’wil : mengalihkan lafadz-lafadz ayat al-Qur’an dari arti yang lahir dan

rǎjih kepada arti lain yang samar dan marjuh.

c) Terjemah : hanya mengubah kata-kata dari bahasa arab kedalam bahasa

lain tanpa memberikan penjelasan arti kiandungan secara panjang lebar

dan tidak menyimpulkan dari isi kandungannya

3. Tafsir bi al-ma’tsur yaitu menafsirkan Qur’an dengan Qur’an, dengan sunnah

karena berfungsi menjelaskan kitabullah;

Page 20: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

17

Tafsir bi al-ra’yi ialah tafsir yang di dalam menjelaskan maknanya mufasir hanya

berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan (istinbat) yang didasarkan

pada ra’yu semata;

Tafsir al-isyari adalah menakwilkan (menafsirkan) ayat Al-quran al-Karim tidak

seperti zahirnya, tapi berdasarkan isyarat yang samar yang bisa diketahui oleh

orang yang berilmu dan bertakwa.

4. Macam-macam Metode Tafsir dibagi menjadi empat macam metode. Yaitu:

a) Metode Tahlily,

b) Metode Ijmaliy,

c) Metode Muqaran, dan

d) Metode Maudhu’i.

Sedangkan Macam-Macam Corak Tafsir yaitu :

a) Tafsir Shufi,

b) Tafsir Falsafi,

c) Tafsir Fiqhi,

d) Tafsir ‘Ilmi,

e) Corak Al-Adabi Wa Al-Ijtima’i.

Page 21: Makalah Tafsir, Ta'wil dan Tarjamah (Ulumul Qur'an 1)

18

DAFTAR PUSTAKA

Al-Farabie, Shawli, Pengertian dan perbedaan tafsir, ta`wil, dan tarjamah, dalam

http://islamcumlaude.blogspot.com/2011/06/pengertian-dan-perbedaan-

tafsir-tawil.html, diakses pada sabtu, 15 maret 2014, pukul 10.05 WIB.

Anwar, Rosihon. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Al-Qattan, Manna Khalil. 2009. Studi Ilmi-Ilmu Qur’an. Bogor: Pustaka Litera

Antarnusa. Cetakan kedua belas.

Al-Shabuniy, Muhammad Ali. 1970. al-Tibyan fi ‘ulumul al-Qur’an. Beirut: Dar

al-Irsyad.

As-Suyuti, Jalaluddin. 1399 H. Al-Itqan fi ‘ulum Al-Quran, Bairut: Dar al-fikr.

Departemen Agama RI. 2008. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung:

Diponegoro.

Maghfiroh, Fachrial Lailatul. Tafsir, Ta’wil, Dan Tarjamah Al- Qur’an dalam

http://fachrialicius.blogspot.com/2012/12/ulumul-quran.html, diakses pada

sabtu, 15 maret 2014, pukul 10.00 WIB.

Maruzi, Muslich. 1987. Wahyu Alquran Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tafsir.

Jakarta: Pustaka Amani.

Poerwadarminta. 1984. Kamus Unun Bahasa Indonesia. jakarta: PN Balai

Pustaka.

Rahman, Syeikh Khalid Abdur. 1994. Ushul Tafsir wa Qawa’iduhu. Damaskus:

Dar an-Nafais.

Suma, Muhammad Amin. 2001. Studi Ilmu-Ilmu Alquran. Jakarta: Pustaka

Firdaus.

Usman. 2009. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras.

Zuhri, Ahmad. 2007. Risalah Tafsir, Berinteraksi dengan Alquran versi Imam Al-

Ghazali, Bandung: Citapusaka Media.