13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD, dan DPD. Setelah amandemen ke-IV UUD 1945 pada 2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), yang semula dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukan ke dalam rezim pemilihan umum. Pilpres sebagai bagian dari pemilihan umum diadakan pertama kali pada pemilu 2004. pada 2007, berdasarkan UU No.22 Tahun 2007, pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) juga dimasukan sebagai bagian dari rezim pemilihan umum. Ditengah masyarakat, istilah “pemilu” lebih sering merujuk kepada pemilu legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan lima tahun sekali. Pemilihan umum telah dianggap menjadi ukuran demokrasi karena rakyat dapat berpartisipasi menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya. Pemilihan umum adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilu adalah pengejewantahan sistem demokrasi, melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen, dan dalam struktur pemerintahan. Ada negara yang menyelenggarakan pemilihan umum hanya apabila memilih wakil rakyat duduk dalam parlemen, akan tetapi adapula negara yang juga

Makalah pemilu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah pemilu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan umum (pemilu) di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota

lembaga perwakilan, yaitu DPR, DPRD, dan DPD. Setelah amandemen ke-IV UUD 1945

pada 2002, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres), yang semula dilakukan oleh

MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun dimasukan ke

dalam rezim pemilihan umum. Pilpres sebagai bagian dari pemilihan umum diadakan

pertama kali pada pemilu 2004. pada 2007, berdasarkan UU No.22 Tahun 2007, pemilihan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) juga dimasukan sebagai bagian dari rezim

pemilihan umum. Ditengah masyarakat, istilah “pemilu” lebih sering merujuk kepada pemilu

legislatif dan pemilu presiden dan wakil presiden yang diadakan lima tahun sekali.

Pemilihan umum telah dianggap menjadi ukuran demokrasi karena rakyat dapat berpartisipasi

menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya. Pemilihan umum adalah suatu

hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilu adalah pengejewantahan sistem

demokrasi, melalui pemilihan umum rakyat memilih wakilnya untuk duduk dalam parlemen,

dan dalam struktur pemerintahan. Ada negara yang menyelenggarakan pemilihan umum

hanya apabila memilih wakil rakyat duduk dalam parlemen, akan tetapi adapula negara yang

juga menyelenggarakan pemilihan umum untuk memilih para pejabat tinggi negara.

Umumnya yang berperan dalam pemilu dan menjadi peserta pemilu adalah partai-partai

politik. Partai politik yang menyalurkan aspirasi rakyat dan mengajukan calon-calon untuk

dipilih oleh rakyat melalui pemilihan itu. Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam

sistem pemilihan umum, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu: singel

member constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil, biasanya disebut sistem

distrik). Multy member constituenty (satu daerah pemilihan memilih beberapa wakil;

biasanya dinamakan proporsional representation atau sistem perwakilan berimbang).

Page 2: Makalah pemilu

B. Rumusan Masalah

Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan pemilikhan umum yang bisa memberikan

kontribusi bagi sistem politik yang demokratis, dan efektif yang sedang giat-giatnya

dilaksanakan adalah sistem proses pemilihan umum yang luber, yang matang mengenai

sistem pemilu proporsional dan pemehaman yang luas dari pemerintah. Berdasarkan

pernyataan ini maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah sistem pemilu proporsional?

2. Faktor-faktor apa yang menmjadi kelebihan dan kekurangan pada pemilu sistem

proporsiona?

Page 3: Makalah pemilu

BAB II

PEMBAHASAN

2. Pengertian Sistem

Sebuah sistem pada dasarnya adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subjek

atau objek serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan tertentu. Subjek atau objek

pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang atau masyarakat. Kehadiran subjek atau

objek semata belumlah cukup untuk membentuk sebuah sistem, itu baru merupakan

himpunan subjek atau objek. Himpunan subjek atau objek tadi baru membentuk sebuah

sistem jika lengkap dengan perangkat kelembagaan yang mengatur dan menjalin tentang

bagaimana subjek-objek bekerja, berhubungan dan berjalan.

Sebuah sistem sederhana apapun senantiasa mengandung kadar kompleksitas tertentu. Dari

uraian diatas cukup jelas bahwa sebuah sistem bukan sekedar himpunan suatu subjek atau

himpunan suatu objek. Sebuah sistem adalah jalinan semua itu, mencakup objek dan

perangkat-perangkat kelembagaan yang membentuknya. Selanjutnya perlu disadari bahwa,

seringkali suatu sistem tidak bisa berdiri sendiri, melainkan terkait dengan sistem yang lain.

3. Pemilihan Umum

a. Makna Pemilu

Makna pemilihan umum yang paling esensial bagi suatu kehidupan politik yang demokratis

adalah sebagai institusi pergantian dan perebutan kekuasaan yang dilakukan dengan regulasi,

norma, dan etika sehingga sirkulasi elite politik dapat dilakukan secara damai dan beradab.

Lembaga itu adalah produk dari pengalaman sejarah umat manusia dalam mengelola

kekuasaan. Suatu fenomena yang mempunyai daya tarik dan pesona luar biasa. Siapapun

akan amat mudah tergoda untuk tidak hanya berkuasa, tetapi akan mempertahankan

kekuasaan yang dimilikinya. Sedemikian mempesonanya daya tarik kekuasaan sehingga

tataran apa saja kekuasaan tidak akan diserahkan oleh pemilik kekuasaan tanpa melalui

perebutan atau kompetisi.

Selain mempesona, kekuasaan mempunyai daya rusak yang dahsyat. Kekuatan daya rusak

Page 4: Makalah pemilu

kekuasaan melampaui nilai-nilai yang terkandung dalam ikatan-ikatan etnis, ras, ikatan

persaudaraan, agama dan lainnya. Transformasi dan kompetisi merebutkan kekuasaan tanpa

disertai norma, aturan, dan etika; nilai-nilai dalam ikatan-ikatan itu seakan tidak berdaya

menjinakan kekuasaan. Daya rusak kekuasaan telah lama diungkap dalam suatu adagium

ilmu politik, power tends to corrupt, absolute power tends to corrupt absoluteny.

Pemilu 2004 adalah pemilu kedua dalam masa transisi demokrasi. Pemilu mendatang

diharapkan dapat menjadi pelajaran dan pengalaman berharga untuk membangun suatu

institusi yang dapat menjamin transfer of power dan power competition dapat berjalan secara

damai dan beradab. Untuk itu, pemilu 2004 harus diatur dalam suatu kerangka regulasi dan

etika yang dapat memberi jaminan agar pemilu tidak saja dapat berlangsung secara jujur dan

adil, tetapi juga dapat menghasilkan wakil-wakil yang kredibel, akuntabel, dan kapabel serta

sanggup menerima kepercayaan dan kehormatan dari rakyat, dalam mengelola kekuasaan

yang dipercayakan kepada mereka untuk mewujudkan kesejahteraan umum.

Agar pemilu 2004 dapat menjadi anggeda pelembagaan proses politik yang demokratis,

diperlukan kesungguhan, terutama dari anggota parlemen, untuk tidak terjebak dalam

permainan politik yang oportunistik, khususnya dalam memperjuangkan agenda subjektif

masing-masing. Orientasi sempit dan egoisme politik harus dibuang jauh-jauh.

Kerangka hukum perlu didukung niat politik yang sehat sehingga regulasi bukan sekedar

hasil kompromi politik oportunistik dari partai-partai besar untuk menjaga kepentingannya.

Bila hal itu yang terjadi, dikhwatirkan hasil pemilu akan memperkuat oligarki politik. Karena

itu, partisipasi masyarakat amat diperlukan. Bahkan, tekanan publik perlu dilakukan agar

kerangka hukum yang merupakan aturan permainan benar-benar menjadi sarana

menghasilkan pemilu yang demokratis. Untuk itu, perlu diberikan beberapa catatan mengenai

perkembangan konsensus politik dari peraturan kepentingan di parlemen serta saran

mengenai regulasi penyelenggaraan pemilu yang akan datang.

Pertama, diperlukan penyelenggaraan pemilu yang benar-benar independen. Parsyaratan ini

amat penting bagi terselenggaranya pemilu yang adil dan jujur. Harapan itu tampaknya

memperlihatkan tanda-tanda akan menjadi kenyataan setelah pansus pemilu menyetujui

bahwa kondisi pemilihan umum (KPU) benar-benar menjadi lembaga independen dan

berwewenang penuh dalam menyelenggarakan pemilu. Sekretariat KPU yang semula

Page 5: Makalah pemilu

mempunyai dua atasan: untuk urusan operasional bertanggung jawab kepada KPU, telah

disatukan dalam struktur yang tidak lagi bersifat dualistik. Struktur yang sama diterapkan

pula ditingkat propinsi serta kabupaten dan kota.

Kedua, kesepakatan mengenai sistem proporsional terbuka, kesepakatan partai-partai

menerima sistem pemilu proporsional terbuka adalah suatu kemajuan. Sejak semula,

sebenarnya argumen kontra terhadap sistem proporsional terbuka dengan menyatakan sistem

ini terlalu rumit gugur dengan sendirinya.

Begitu suatu masyarakat atau bangsa sepakat memilih sistem demokrasi, saat itu harus

menyadari bahwa mewujudkan tatanan politik yang demokratis itu selain rumit, diperlukan

kesabaran melakukan pendidikan politik bagi rakyat. Sebab, partai politik bukan saja

instrumen untuk melakukan perburuan kekuasaan, tetapi juga institusi yang mempunyai tugas

melakukan pendidikan dan sosialisasi politik kepada masyarakat.

Ketiga, pengawasan terhadap penyelenggaraan pemilu supaya kebih efektif dari pemilu 2004.

Caranya antara lain, agar pengawas pemilu selain terdiri dari aparat penegak hukum dan

KPU, juga melibatkan unsur-unsur masyarakat. Selain itu, perlu semacam koordinasi diantara

lembaga pemantau dan pengawas pemilu sehingga tidak tumpang tindih. Pengawasan

dilakukan terhadap seluruh tahapan kegiatan pemilu. Tugas lembaga pengawas adalah

menampung, menindak lanjuti, membuat penyilidikan dan memberi saksi terhadap

pelanggaran pemilu.

Keempat, Money politics mencegas habis-habisan permainan uang dalam pemilu mendatang

amat penting sekali. Upaya itu amat perlu dilakukan mengingat money politics dewasa ini

telah merebak luas dan mendalam dalam kehidupan pilih memilih pemimpin mulai dari elite

politik sampai dibeberapa organisasi sosial dan kemahasiswaan. Karena itu, kontrol terhadap

dana kampanye harus lebih ketat. Misalnya, Batasan sumbangan berupa uang,

mengonversikan utang dan sumbangan barang dalam bentuk perhitungan rupiah, dilarang

memperoleh bantuan dari sumber asing dan APBN/APBD lebih-lebih sumber ilegal dan tentu

saja hukuman pidana yang tegas dan setimpal bagi para pelanggarannya.

Kelima, pendidikan politik perlu segera dilakukan baik oleh organisasi masyarakat dan partai

politik. Bagaimanapun, pemilihan mendatang mengandung unsur-unsur baru serta detail-

detail yang sangat perlu diketahui oleh masyarakat.

Page 6: Makalah pemilu

b. Pemilih dan Hak Pilih

Persyaratan mendasar dari pemerintahan perwakilan daerah adalah bahwa rakyat mempunyai

peluang untuk memilih anggota dewan yang memegang peranan dan bertanggung jawab

dalam proses pemerintahan. Masken Jie (1961) berpendapat bahwa pemilihan bebas,

walaupun bukan puncak dari segalanya, masih merupakan suatu cara yang bernilai paling

tinggi, karena belum ada pihak yang dapat mencipatakan suatu rancangan politik yang lebih

baik dari cara tersebut untuk kepentingan berbagai kondisi yang diperlukan guna

penyelenggaraan pemerintahan dalam masyarakat manapun. Pertama, pemilihan dapat

menciptakan suatu suasana dimana masyarakat mampu menilai arti dan manfaat sebuah

pemerintahan. Kedua, pemilihan dapat memberikan suksesi yang tertib dalam pemerintahan,

melalui transfer kewenangan yang damai kepada pemimpin yang baru ketika tiba waktunya

bagi pemimpin lama untuk melepaskan jabatannya, baik karena berhalanga tetap atau karena

berakhirnya suatu periode kepemimpinan.

Pada sistem pemerintahan nonperwakilan daerah, peranan warga daerah terbatas pada hal-hal

yang relatif tidak terorganisasi dan tidak langsung dalam urusan pemerintahan daerahnya.

Rakyat harus memainkan peranan yang aktif dan langsung jika pemerintahan perwakilan

diinginkan untuk menjadi dinamis dan bukan merupakan proses statis. Ada banyak

kepentingan dan pengaruh warga daerah untuk melibatkan diri dalam proses pemerintahan

daerah, tetapi yang paling mendasar adalah melalui pemilihan para wakilnya dalam

kepemimpinan daerah.

c. Hak Untuk Memilih

Suatu hak pilih yang umum merupakan dasar dari pemerintahan perwakilan dan

pengembangannya diberbagai negara merupakan fenomena yang paling penting dalam

kaitannya dengan pemerintahan perwakilan daerah yang modern. Pada abad 19, banyak

negara belum mempunyai proses pemilihan untuk posisi-posisi pada pemerintahan daerah. Di

negara lainnya, hak untuk memilih seringkali dibatasi pada sejumlah kecil penduduknya.

Namun perkembangan selama satu abad terakhir ini menunjukan adanya kemajuan yang

berarti dalam mengalihkan hak dari beberapa orang saja menjadi hak bagi semua, atau lebih

tepat lagi berupa hak bagi hampir semua, karena pada sistem hak pilih yang paling luas pun

masih ada beberapa diantaranya yang tidak memenuhi syarat untuk memilih.

Dalam banyak hal, hak untuk memilih bagi perwakilan pada lembaga daerah terbatas pada

Page 7: Makalah pemilu

satu orang yang merupakan warga daerah tersebut. Namun pengecualiannya dapat dijumpai

pada persemakmuran Inggris yang hukum kewarganegaraannya menyatakan bahwa warga

negara dalam persemakmuran manapun dapat memilih di Inggris Raya, bila ia dinayatakan

memenuhi syarat (HMSO, 1965). Dewasa ini sudah menjadi fenomena yang umum untuk

memberikan hak pilih kepada seseorang yang sudah mencapai “umur yang bertanggung

jawab”. Ada dua persyaratan lain yang sering diungkapkan dalam cara yang agak negatif.

Diketahui bahwa sudah menjadi hal yang biasa disetiap negara untuk menghapus hal pilih

dari mereka yang tidak waras atau catat mental dan mereka yang sedang menjalani hukuman

penjara. Demikian pula, ada beberapa negara yang tidak membolehkan warganya yang telah

menjalani masa tahanan dalam penjara selama waktu yang cukup lama untuk ikut memilih.

Di indonesia, mereka yang dihukum diatas lima tahun tidak diperkenankan mengikuti

pemilihan umum.

d. Pemilu Sistem Proporsional

Umumnya ada dua sistem pelaksanaan pemilihan umum yang dipakai, yaitu: pemilu sistem

distrik dan pemilu sistem proporsional. Namun yang akan dibahas penulis ialah pemilu

sistem proporsional.

Sistem ini perjumlah penduduk pemilih misalnya setiap 40.000 penduduk pemilih

memperoleh satu wakil (suara berimbang), sedangkan yang dipilih adalah sekelompok orang

yang diajukan kontekstan pemilu (multy member constituency), sehingga wakil dan pemilih

kurang akrab. Tetapi sisah dapat digabung secara nasional untuk kursi tambahan, dengan

begitu partai kecil dapat dihargai tanpa harus beraliansi, karena suara pemilih dihargai.

Indonesia berada ditengah-tengah sistem ini (sistem campuran) dalam pemilihan selama orde

baru, tetapi sedikit cenderung agak mirip pada sistem proporsional.

e. Kelemahan dan Kelebihan Sistem Proporsional

Kelemahan

1. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-partai baru. Sistem ini

tidak menjurus kearah integrasi bermacam-macam golongan dalam masyarakat, mereka lebih

cenderung lebih mempertajam perbedaan-perbedaan yang ada dan kurang terdorong untuk

mencari dan memanfaatkan persamaan-persamaan. Umumnya diaggap bahwa sistem ini

mempunyai akibat memperbanyak jumlah partai;

2. Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan kurang merasakan

Page 8: Makalah pemilu

loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya. Hal-hal semacam ini partai lebih menonjol

perannya dari pad kepribadian seseorang. Hal ini memperkuat kedudukan pimpinan partai.

Kelebihan

1. Partai politik bisa leluasa menentukan siapa yang bakal calon.

2. integritas secara citra partai lebih “solid” karana para pemilih mendukung atau mencoblos

partai politik serta calonnya.

3. pencalonan perempuan okeh partai politik sebagai anggota legislatif sebanyak 30 %.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilu, akan tetapi umumnya ada dua

prinsip pokok yaitu: sistem distrik dan sistem proporsional, namun pada pemilu 2009

menggunakan sistem pemilu proporsional. Sebagai catatan penutup perlu dikemukakan,

perjalanan yang akan ditempuh bangsa Indonesia dalam mengukir demokrasi masih amat

panjang dan melelahkan. Kebiasaan melakukan pergantian kekuasaan dan sirkulasi elite

penguasa yang reguler, aman dan beradab hanya dapat dilakukan melalui serangkaian pemilu

yang jujur dan adil.

Politik merupakan kualitas yang paling penting untuk membangkitkan dan

mengorganisasikan minat dan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan

ditingkat daerah. Pada unit pemerintahan yang lebih besar, politik memegang peranan

Page 9: Makalah pemilu

penting dalam proses pemerintahan perwakilan. Untuk mewujudkan aspirasi masyarakat guna

mewujudkan good governance. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan pengembangan dan

penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih

dan bertanggung jawab serta bebas KKN.