23
PEMBAHASAN KOLOID A. Pengertian Koloid Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Dimana di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen. Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga dengan fasa

Makalah koloid 4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Makalah koloid 4

PEMBAHASAN KOLOID

A.   Pengertian Koloid

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih

partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)

tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Dimana

di antara campuran homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu

koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase) peralihan homogen menjadi heterogen.

Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama pada setiap

bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan

campuran heterogen sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada

setiap bagian campuran, contohnya air dan minyak, kemudian pasir dan semen.

Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat

berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh dari

sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan

cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti

mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain Keadaan koloid merupakan keadaan

antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan

subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang

tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut

dinamakan juga dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut

dengan fasa pendispersi atau solvent. Contohnya larutan gula atau larutan garam.

Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil

padat atau cair yang terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras

dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat; Apabila campuran tersebut

dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.

Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar mempunyai perbedaan dalam

beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya mempunyai satu fase,

sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai dua fase. Dalam

distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan

suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam penyaringan,larutan sejati

tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak dapat disaring, kecuali dengan

penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat disaring. Dan terakhir, dalam

kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang stabil

Page 2: Makalah koloid 4

(tidak memisah), sedangkan suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil

(memisah)

Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau

dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi

cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya

tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar,

penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi,

cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan

oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan.

Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila

diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang

encer akan kelihatan terang.

Ciri – cirinya:

1. Larutan (Dispersi Molekuler)

- 1 fase

- jernih

- homogen

- diameter

- tidak memisah jika didiamkan

2. Koloid (Dispersi Koloid)

- 2 fase

- keruh

- antara homogen dengan heterogen

- diameter partikel: 1 nm - tidak dapat disaring dengan penyaring

biasa, melainkan dengan penyaring ultra

- tidak memisahkan jika didiamkan

3. Suspensi(Dispersi Kasar)

- 2 fase

- keruh

- heterogen

- diameter partikel: >100 nm

- dapat disaring dengan kertas saring biasa

- memisah jika didiamkan

Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau

suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa

Page 3: Makalah koloid 4

pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan

10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel

tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat

besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai ukuran, yang

masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid belerang terdiri

atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul S8. Suatu contoh

molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah haemoglobin.

Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6 x

10-7.

Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil. Sedangkan koloidmemiliki sifat

heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem heterogen, dimana suatu

zat"didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang

didispersikan berkisar darisatu nanometer (nm) hingga satu mikrometer

(µm).perhatikan perbedaan tiga contoh campuran di bawah ini :

1. Campuran antara air dengan sirup.

2. Campyuran antara air dengan susu.

3. Campuran antara air dengan pasir.

 Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur)

dengan air secarahomogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah

dan juga tidak dapat dipisahkandengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang

lembut (penyaringan mikro). Secaramakroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini

tampak homogen, tidak dapat dibedakan manayang air dan mana yang sirup.

Campuran seperti inilah yang disebut larutan.

Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut"

tetapi "larutan"itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu

tidak memisah dan juga tidakdapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil

penyaringan tetap keruh). Secara makroskopiscampuran ini tampak homogen.

Akan tetapi, jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata masihdapat dibedakan

partikel-partikel lemak susu yang tersebar di dalam air. Campuran seperti

inilahyang disebut koloid.

Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur)

dengan air secaraheterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang

keadaannya pasir akanmengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan

Page 4: Makalah koloid 4

penyaringan biasa, bahkan dapat dipisahkandengan cara dituang perlahan-lahan.

Secara makroskopis campuran ini sudah tampak hetrogen,dapat dibedakan mana

yang air dan mana yang pasir. Campuran seperti inilah yang disebut suspansi.

Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang

didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk

mendispersikan zat disebut medium dispersi . Fase terdispersi bersifat diskontinu

(terputus-putus), sedangkanmedium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu

dengan air, fase terdispersi adalah lemak,sedangkan medium dispersinya adalah

air.

B.   Sifat-sifat Koloid

Koloid mempunyai beberapa sifat yang berbeda dengan larutan. Sifat khusus

koloid timbul akibat ukuran partikelnya lebih besar daripada larutan. Sifat-sifat

tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Sifat Fisika

Sifat-sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenisnya. Pada koloid hidrofob

sifat-sifat seperti rapatan, tegangan muka dan viskositas hampir sama dengan

medium pendispersinya. Sedangkan koloid hidrofil karena terjadi hidrasi. Sifat-

sifat fisikanya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan

tegangan mukanya lebih kecil. 

2.      Sifat Koligatif

Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligatif. Sifat ini hanya

bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif

koloid umumnya lebih rendah daripada larutan sejati dengan jumlah partikel yang

sama. Sifat koligatif berguna untuk menghitung konsentrasi atau jumlah partikel

koloid. Kecuali pengukuran tekanan osmosa, dipakai untuk menetapkan berat

molekul rata-rata koloid makromolekul.

3.    Sifat Optis

Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila suatu berkas cahaya

dilalukan pada larutan koloid, maka berkas cahaya tadi akan tampak. Tetapi

apabila berkas cahaya yang sama dilakukan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi

tidak kelihatan. Efek ini dikenal sebagai efek Tyndall.

Page 5: Makalah koloid 4

4.      Sifat Kinetik

a.       Gerakan Brown

Selain menunjukkan efek Tyndall,  partikel koloid bila diamati dibawah

mikroskop ultra nampak sebagai bintik-bintik bercahaya yang selalu bergerak

secara acak dengan jalan berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu

medium pendispersi ini disebut gerakan Brown.

b.  Difusi

Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke

daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerakan

Brown, sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid

mendifusi karena gerakan Brown.

c.  Pengendapan

Partikel koloid mempunyai kecenderungan untuk mengendap karena pengaruh

gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap

mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium suspensinya, maka

partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil

akan mengapung.

5.      Sifat Listrik

Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik disebabkan terjadinya

ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat

bergerak dalam medan listrik. Bergeraknya partikel-partikel koloid oleh pengaruh

medan listrik ini disebut elektroforesis.

6.      Koagulasi

Suatu koloid bila dibiarkan dalam waktu tertentu akan tergantung oleh gaya

gravitasi bumi, sehingga antara partikel dapat saling bergabung membentuk

gumpalan yang akan mengendap didasar wadah. Peristiwa pengendapan atau

penggumpalan partikel-partikel koloid ini disebut koagulasi.

7.      Adsorpsi

Partikel koloid mempunyai permukaan luas, sehingga mempunyai daya adsorpsi

yang besar. Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat, ion atau molekul

Page 6: Makalah koloid 4

yang melekat pada permukaan. Sedangkan bila penyerapan sampai ke bawah

permukaan disebut absorpsi. Absorpsi adalah proses penyerapan oleh suatu benda

baik berupa padatan atau cairan yang langsung keseluruh bagian benda itu.

C.   Komponen Penyusun Koloid

1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.

2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.

D.   Bentuk Partikel Koloid

1. Bulatan : misalnya virus, silika.

2. Batang : misalnya virus.

3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.

4. Serat : misalnya selulosa.

E.   Koloid Emulsi

1)   Pengertian Emulsi

Emulsi adalah suatu jenis koloid dengan fase terdispresi berupa zat cair dan

medium pendispresi berupa zat pada, zat cair, atau gas. Ada tiga jenis emulsi,

yaitu emulsi gas (aerosol cair), dan emulsi padat (gel). Akan tetapi, pada

umumnya emulsi yang dimaksud adalah jenis emulsi yang terdispersi dalam zat

cair.

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi.  Syarat

terjadinya emulsi ini adalah kedua zat cair tidak saling melarutkan. Emulsi dapat

digolongkan menjadi dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air atau emulsi air

dalam minyak. Contoh emulsi minyak dalam air adalah santan, susu, dan lateks.

Contoh emulsi air dalam minyak adalah minyak ikan, minyak bumi.

Emulsi terbentuk karena adanya zat pengemulsi (emulgator), contoh emulgator

adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak dalam air. Contoh emulgator

lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayonaise.

2)    Macam-macam Emulsi

a)      Emulsi Gas (aerosol cair)

Emulsi gas atau aerosol cair merupakan emulsi dalam medium pendispersi

gas. Aerosol cair, seperti hairspray dan obat nyamuk dalam kemasan kaleng, dapat

membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong atau propelan

Page 7: Makalah koloid 4

aerosol seperti CFC. Aerosol cair juga mempunyai sifat-sifat seperti sol liofob,

yaitu efek Tyndall, gerak Brown, dan kesetabilan dengan muatan partikel.

b)      Emulsi Cair

Emulsi cair melibatkan campuran dia zat cair yang tidak dapat saling

melaurtkan, yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair

ini adalah air (zat cair polar) dan zat lainya seperti munyak (meski dapat berupa

lemak). Emuldi cair yang terdiri dari air dan minyak dapat digolongkan menjadi

dua jenis yaitu, Emulsi minyak dalam air dan emulsi air dalam lemak.

Sifat emulsi cair yang penting ialah:

1. Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses

sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.

2. Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.

c)      Emulsi Padat atau Gel

Gel merupakan emulsi dalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat

dianggap terbentuk akibat penggumpalan seagian sol cair. Pada menggumpalan

ini, partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai

ini kemudian akan saling bertaut sehingga membentuk suatu struktur padatan di

mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubang-lubang struktur

tersebut. Dengan demikian, terbentuk suatu massa berpori yang semi-padat denga

struktur gel.

Terdapat dua jenis gel, yaitu gel elastis dan gel non-elastis. Gel elastis,

dapat berubah sesuai bentuk jika diberi gaya dan akan kembali ke bentuk semula

ketika gaya yang ada di tiadakan. Sedangkan gel non-elastis, tidak dapat berubah

ketika di beri gaya. Beberapa sifat gel yang penting adalah

-Hidrasi : Gel elastis yang terdehidrasi dapat diubah kembali menjadi gel

elastis dengan menambahkan zat cair. Sebaliknya, gel non-elastis

yang terdehidrasi tidak dapat diubah kembali ke bentuk awalnya.

-Menggembung : Gel elastis yang terdehidrasi sebagian akan menyerap air

apabila dicelupkan ke dalam zat cair. Akibatnya volum gel bertambah atau

menggembung.

-Sinersis: Gel anorganik akan mengerut jika dibiarkan dan diikuti penetesan

pelarut. Proses ini disebut sinersis.

Page 8: Makalah koloid 4

-Tiksotropo : Beberapa gel dapat diubah kemabali menjadi sol cairapabila

diberi agitasi(diaduk). Sifat ini disebut tiksotropi.Contohnya: gel besi oksida,

perak oksida dan cat tiksotropi modern

Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:

1.  Gel elastic

Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali

ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.

2.      Gel non-elastis

Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya. Contoh

adalah gel silika.

Bagaimana air dan minyak dapat bercampur membentuk emulsi cair ?

Hal ini dapat dilakukan dengan menambahkan suatu pengemulsi

(emulgator). Oleh karena kebanyakan emulsi berupa dispersi minyak dalam air

atau dispersi air dalam minyak, maka zat pengemulsi tersebut harus dapat larut

baik dalam air maupun dalam minyak. Contoh zat pengemulsi tersebut adalah

senyawa organik yang memiliki gugus polar dan non polar. Bagian non polar akan

berinteraksi dengan minyak atau mengelilingi partikel-partikel minyak.

Sedangkan bagian polar akan berinteraksi dengan air. Jika bagian polar ini

terionisasi menjadi bermuatan negatif. Muatan negatif ini menyebabkan partikel-

partikel minyak saling tolak menolak dan tidak akan bergabung. Dengan kata lain,

emulsi menjadi stabil.

Untuk jelasnya, ambil contoh sistem koloid emulsi saus salad. Saus salad

terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non polar). Pengocokan

minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung

butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka. Namun, setelah

pengocokan dihentikan, maka butiran -butiran tersebut secara bertahap akan

bergabung kembali membentuk partikel yang cukup besar. Akibatnya, asam cuka

dan minyak akan terpisah lagi. Untuk menstabilkan saus salad ini dapat

ditambahkan zat pengemulsi seperti kuning telur yang mengandung lesitin. Saus

salad atau sistem koloid yang terbentuk kita kenal sebagai mayones.

1)      Sifat-sifat Emulsi

Beberapa sifat emulsi yang penting adalah :

-       Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses

sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Pada proses

Page 9: Makalah koloid 4

demulsifikasi dapat terbentuk krim (creaming) atau sedimentasi. Pembentukan

krim dijumpai pada emulsi minyak dalam air. Apabila kestabilan emulsi ini rusak,

maka partikel-partikel minyak akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan

sedimentasi terjadi pada emulsi air dalam minyak. Apabila kestabilan emulsi ini

rusak, maka partikel -partikel air akan turun ke bawah.

-       Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium

pendispersinya. Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan spontan

membentuk lapisan terpisah. Sifat ini dapat digunakan untuk menentukan jenis

emulsi.

2)      Pembuatan Emulsi

Cara sederhana untuk membuat emulsi adalah mencampurkan kedua zat cairan

dengan emulgator dalam sebuah botol dan mengocoknya. Tetapi cara ini kurang

sempurna. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat dilakukan dengan

mengocoknya secara bergantian (selang-seling). Pertama, mencampur salah satu

fase dispers dengan emulgator dan mengocoknya hingga sempurna. kedua,

mencampur dengan dispers medium lainnya kemudian mengocoknya secara

bersama-sama atau menambah sedikit demi sedikit sambil mengaduknya.

A.   Koloid Buih

1)      Pengertian Buih

Buih adalah koloid dengan fase terdisperasi gas dan medium pendisperasi zat cair

atau zat padat. Berdasarkan medium pendisperasinya, buih dikelompokkan

menjadi dua, yaitu: buih cair dan buih padat.

2)      Macam-macam Buih

a)      Buih cair

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium

pendisperasi zat cair. Fase terdisperasi gas pada umumnya berupa udara atau

karbondioksida yang terbetuk dari fermentasi. Kestabilan buih dapat diperoleh

dari adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorbsi ke daerah antar-fase dan

mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh suatu kestabilan. Ukuran

kolid buih bukanlah ukuran gelembung gas seperti pada sistem kolid umumnya,

tetapi adalah ketebalan film (lapisan tipis) pada daerah antar-fase dimana zat

pembuih teradsorbsi, ukuran kolid berkisar 0,0000010 cm. Buih cair memiliki

Page 10: Makalah koloid 4

struktur yang tidak beraturan. Strukturnya ditentukan oleh kandungan zat cairnya,

bukan oleh komposisi kimia atau ukuran buih rata-rata. Jika fraksi zat cair lebih

dari 5%, gelembung gas akan mempunyai bentuk hamper seperti bola. Jika kurang

dari 5%, maka bentuk gelembung gas adalah polihedral.

Beberapa sifat buih cair yang penting:

Struktur buih cair berubah dengan waktu. Hal ini dapat disebabkan oleh :

a. Drainase atau pemisahan medium pendispersi (zat cair) akibat

b. kerapatan gas dan zat cair yang jauh berbeda.

c. Rusaknya film antara dua gelembung gas.

d. Ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi

e. gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar akibat tegangan

permukaan.

f. terjadinya difusi gelembung gas yang kecil ke gelembung gas yang besar

akibat tegangan permukaan, sehingga ukuran gelembung gas menjadi lebih besar

g. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar. Apabila gaya

tersebut kecil, maka struktur buih akan kembali ke bentuk awal setelah gaya

tersebut ditiadakan. Namun, jika gaya yang diberikan cukup besar, maka akan

terjadi deformasi.

Contoh buih cair:

·    Buih hasil kocokan putih telur

Karena udara di sekitar putih telur akan teraduk dan menggunakan zat pembuih,

yaitu protein dan glikoprotein yang berasal dari putih telur itu sendiri untuk

membentuk buih yang relative stabil. Sehingga putih telur yang dikocok akan

mengembang.

·     Buih hasil akibat pemadam kebakaran

Alat pemadam kebakaran mengandung campuran air, natrium bikarbonat,

aluminium sulfat, serta suatu zat pembuih. Karbondioksida yang dilepas akan

membentuk buih dengan bamtuam zat pembuih tersebut.

b)      Buih padat

Buih padat adalah sistem kolid dengan fase terdisperasi gas dan dengan medium

pendisperasi zat padat. Kestabilan buih ini dapat diperoleh dari zat pembuih juga

(surfaktan). Contoh-contoh buih padat yang mungkin kita ketahui:

·  Roti

Page 11: Makalah koloid 4

Proses peragian yang melepas gas karbondioksida terlibat dalam proses

pembuatan roti. Zat pembuih protein gluten dari tepung kemudian akan

membentuk lapisan tipis mengelilingi gelembung-gelembung karbondioksida

untuk membentuk buih padat.

·   Styrofoam

Styrofoam memiliki fase terdisperasi karbondioksida dan udara, serta medium

pendisperasi polistirena.

·    Batu apung

Batu apung merupakan buih padat yang terbentuk akibat proses solidifikasi

gelas vulkanik.

B.   Cara Pembuatan Koloid

Pembuatan sistem koloid sol

1. Cara Kondensasi

a. Reaksi dekomposisi rangkap

Misalnya:

- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan

melalui larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna

kuning terang; As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l(Koloid As2S3

bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)

- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan

HCl encer; AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi redoks

Misalnya:

- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya

dengan melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organic formaldehida HCOH;

2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)

- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air

dengan mengalirinya gas H2S ; 2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)

c. Reaksi hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalanya:

- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan

memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;

FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)

Page 12: Makalah koloid 4

- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;

AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

d.Reaksi pergantian

pelarut

Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa

terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran

koloid.Misalnya;

- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut

dalam alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belarang harus

terlenih dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan

belerang dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air

sambil diaduk. Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid

dikarenakan penurunan kelarutan belerang dalam air.

- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan

terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan

etanol maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

2. Cara Dispersi

a. Cara mekanik

Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses

penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat

yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa

digunakan dalam:

- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,d

- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu,

deterjen, dsb.

- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.

- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b. Cara peptisasi

Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir

kasar atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu

zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit

khususnya yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.

Contoh:

- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.

Page 13: Makalah koloid 4

- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH) 3 oleh AlCl3.

- Sol Fe(OH) 3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru

terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH) 3 kemudian dikelilingi Fe+3

sehingga bermuatan positif

- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem

kolid.

Contohnya; gelatin dalam air.

c. Cara busur bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol

logam, seperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah

menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian

kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin)

sampai kedua ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan

diberi loncatan listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap,

uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin,

sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena

logam diubah jadi partikel kolid dengan proses uap logam, maka metode ini

dikategorikan sebagai metode dispersi.

Page 14: Makalah koloid 4

DAFTAR PUSTAKA

1. Elaine.2006.”Pengertian dan Jenis-Jenis Koloid”.

2. http://fauzanagazali.wordpress.com/kelas-xi/semester-ii/9-koloid-2/materi-

ajar/7-peranan-koloid-dalam-kehidupan-sehari-hari/

3. http://Nuranimahabbah's Blog.htm

4. Keenan,C.W,dkk.1984.”Kimia Untuk Universitas”.Erlangga: Jakarta.

5. Syukri,S.1999.”Kimia Dasar 2”.ITB: Bandung.

6. www.nabilahfirest.multiply.com

7. www.sistemkoloid11.blogspot.com

8. Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Andi: Jogja

Page 15: Makalah koloid 4

TUGAS : KIMIA

KOLOID

DISUSUN OLEH :NAMA : FERNI KELAS : XI IPA5

SMA NEGERI 1 RAHA2014