19
KEMAMPUAN MEMBACA TEKS WACANA PENDEK MELALUI MEMBACA DALAM HATI PADA SISWA KELAS V SDN 2 JEMBATAN KEMBAR KECAMATAN LEMBAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 1. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Dengan bahasa, kita dapat berkomunikasi dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa batas. Kita dapat mengutarakan keinginan kepada orang lain sehingga orang lain itu dapat mengetahui keinginan kita. Kita dapat menjelaskan ide, pikiran, gagasan kepada orang lain sehingga orang lain memahami penjelasan kita. Demikianlah kita dapat saling mencurahkan perasaan, dapat saling memahami pikiran dan gagasan, bahkan kita dapat menciptakan sebuah dunia yang tidak nyata (khayalan) dengan alat yang hanya dimiliki oleh manusia , yaitu bahasa. Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa adalah ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur menyulitkan pembaca atau pendengar untuk dapat memahaminya. Ketepatan dan keteraturan dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai ilmu kebahasaan. Di samping itu, tentu saja keteraturan berbahasa itu mengandaikan adanya suatu aturan (kaidah) bahasa yang baku yang disusun secara ilmiah, menggunakan pendekatan keilmuan yang tepat. Bertitik tolak dari yang diutarakan di atas, maka untuk mengejar kekurangan dalam pengetahuan berbahasa, khususnya bahasa Indonesia tentu saja para guru senantiasa dituntut menjadikan siswanya menjadi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar pula. Jika hal ini dapat tercapai maka para siswa kita tidak akan diragukan lagi keterampilan berbahasanya, seperti yang dikatakan oleh Asfandi bahwa Keterampilan berbahasa Indonesia di kalangan tamatan sekolah dasar sampai sekolah lanjutan, ternyata belum memenuhi syarat minimum bagi penggunaan

Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

KEMAMPUAN MEMBACA TEKS WACANA PENDEKMELALUI MEMBACA DALAM HATI

PADA SISWA KELAS V SDN 2 JEMBATAN KEMBAR KECAMATAN LEMBAR TAHUN  PELAJARAN  2012/2013

                                                                                      

1. Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang utama. Dengan bahasa, kita dapat berkomunikasi

dengan sesama dengan cara yang hampir tanpa batas. Kita dapat mengutarakan keinginan kepada

orang lain sehingga orang lain itu dapat mengetahui keinginan kita. Kita dapat menjelaskan ide,

pikiran, gagasan kepada orang lain sehingga orang lain memahami penjelasan kita. Demikianlah kita

dapat saling mencurahkan perasaan, dapat saling memahami pikiran dan gagasan, bahkan kita dapat

menciptakan sebuah dunia yang tidak nyata (khayalan) dengan alat yang hanya dimiliki oleh manusia

, yaitu bahasa.

Salah satu kunci sukses dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa adalah

ketepatan berbahasa. Penggunaan bahasa yang tidak teratur menyulitkan pembaca atau pendengar

untuk dapat memahaminya. Ketepatan dan keteraturan dalam berbahasa itu tentu saja memerlukan

pengetahuan dan pemahaman yang luas dan mendalam mengenai ilmu kebahasaan. Di samping itu,

tentu saja keteraturan berbahasa itu mengandaikan adanya suatu aturan (kaidah) bahasa yang baku

yang disusun secara ilmiah, menggunakan pendekatan keilmuan yang tepat.

Bertitik tolak dari yang diutarakan di atas, maka untuk mengejar kekurangan dalam

pengetahuan berbahasa, khususnya bahasa Indonesia tentu

saja para guru senantiasa dituntut menjadikan siswanya menjadi manusia yang memiliki pengetahuan

dan keterampilan dalam menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa

Indonesia yang benar pula. Jika hal ini dapat tercapai maka para siswa kita tidak akan diragukan lagi

keterampilan berbahasanya, seperti yang dikatakan oleh Asfandi bahwa Keterampilan berbahasa

Indonesia di kalangan tamatan sekolah dasar sampai sekolah lanjutan, ternyata belum memenuhi

syarat minimum bagi penggunaan bahasa Indonesia, baik untuk kepentingan komunikasi umum di

dalam masyarakat (Asfandi, 1983: 28).

Dari fenomena dan kenyataan seperti disebutkan di atas, maka penulis merasa tertarik

untuk memilih judul penelitian tentang Kemampuan Membaca Teks Wacana Pendek Melalui

Membaca Dalam Hati pada Siswa Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan Lembar Tahun

Pelajaran 2012/ 2013. 

Kemampuan membaca dalam hati sangat bermanfaat bagi siswa selama mereka belajar di

sekolah maupun di luar sekolah, sehingga membaca bukan saja pada waktu siswa masih bersekolah

Page 2: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

saja, akan tetapi membaca akan dapat berlanjut sesuai dengan prinsip pendidikan berlangsung

seumur hidup.

Kemampuan membaca dalam hati sangat diperlukan dan sangat besar kegunaannya, tidak

saja dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga meliputi semua mata pelajaran, terutama

yang diajarkan di sekolah. Dengan memiliki kemampuan ini para siswa akan dapat berbahasa

dengan baik dan benar.

Adanya keseragaman pemahaman membaca dalam hati pada pelajaran bahasa Indonesia

akan membawa rasa persatuan dan kesatuan melalui bahasa. Kita tentu menginginkan dari setiap

siswa Sekolah Dasar mempunyai kemampuan dan keterampilan berbahasa Indonesia dan

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga fungsi bahasa sebagai bahasa persatuan

dan kesatuan serta kebangsaan tetap berlangung dan terpelihara.

Untuk menjadikan siswa Sekolah Dasar terampil berbahasa Indonesia maka salah satu

upaya yang mesti dilakukan oleh seorang guru adalah dengan penerapan membaca dalam hati untuk

memahami isi wacana yang dibaca, sehingga harapan tersebut dapat terpenuhi, terutama menjadikan

siswa terampil berbahasa lisan dan tulisan.

Dari beberapa konsep yang penulis kemukakan di atas, ada beberapa faktor yang ikut

melatarbelakangi penelitian ini, yaitu.

1.      Menurunnya minat siswa dalam membaca buku-buku yang mengandung pengetahuan.

2.      Belum dicapainya mutu pendidikan yang diinginkan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM)

pelajaran bahasa Indonesia kelas V SDN 2 Jembatan Kembar Kec. Lembar tahun pelajaran

2011/2012.

3.      Tidak puasnya masyarakat dengan mutu dan kemampuan lulusan. Ini berarti bahwa mutu dan

kemampuan yang dimiliki para lulusan Sekolah Dasar tidak selaras dengan tuntutan masyarakat.

(Sumarsono, Tanpa Tahun: 9)

Bertolak dari faktor-faktor di atas, maka peneliti memilih lokasi penelitian pada SDN 2

Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat. Peneliti mengarahkan perhatian di

lokasi tersebut, karena di sekolah tersebut terdapat perhatian Kepala Sekolah dan guru-gurunya

untuk membina dan menerapkan pada siswanya untuk dapat membaca intensif dengan baik dalam

memahami wacana pendek dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul

“Analisis Kemampuan Membaca Teks Wacana Pendek Melalui Membaca Dalam Hati pada Siswa

Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar Tahun Pelajaran 2012/2013.

2.   Rumusan Masalah

Page 3: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengajukan rumusan

masalah sebagai berikut. Bagaimanakah kemampuan membaca teks wacana pendek melalui

membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar tahun

pelajaran 2012/2013?

3.   Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

kemampuan teks wacana pendek melalui membaca dalam hati pada siswa kelas V SDN 2 Jembatan

Kembar, Kecamatan Lembar tahun pelajaran 2012/2013.

4.   Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah.

a.       Bermanfaat bagi pengajaran membaca teks wacana pendek melalui membaca dalam hati pada

siswa Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar.

b.      Menjadi bahan masukan dan acuan bagi para guru bahasa Indonesia terutama yang mengajar di

Kelas V Sekolah Dasar terutama dalam mengajarkan materi membaca dalam hati.

5. Landasan Teori

            Kemampuan artinya memberi respon yang tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang

dibacanya (bacaan). Sedangkan kata membaca yaitu melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan

tujuan ingin mengetahui isinya (Poerwadarminta, 1976: 71).

Membaca dalam hati ialah salah satu jenis membaca yang tergolong tidak bersuara yang

bermanfaat untuk memahami gagasan-gagasan yang terkandung di dalam bacaan itu sendiri sampai

kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya (Depdikbud, 1983: 87).

            Tarigan mengungkapkan membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan

oleh seseorang melalui tulisan . Kegiatan membaca tidak timbul secara alami tetapi ada faktor-faktor

yang dapat mempengaruhinya, yaitu faktor dalam (intern) pembaca dan faktor luar (ekstern)

pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca itu antara lain tuntutan kebutuhan pembaca,

adanya rasa persaingan antara sesama. Sedangkan faktor yang berasal dari luar pembaca meliputi

tersedianya waktu, tersedianya semua yang diperlukan oleh pembaca, adanya dorongan dari luar

(misalnya dari guru). Keterampilan membaca di Sekolah Dasar merupakan dasar atau landasan

untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Seandainya dasar tersebut kurang kuat, niscaya

pengaruhnya cukup besar dan sangat terasa baik bagi para siswa atau oleh para guru (1968: 21).

Istilah wacana di dalam kamus bahasa Inggris Webster’s New Twentieth Century

Dictionari (1983: 522) dijelaskan bahwa kata wacana (discourse) berasal dari bahasa

Page 4: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

latindiscursus yang berarti ‘lari kian kemari’ (yang diturunkan dari dis- ‘dari’ atau ‘dalam arah yang

berbeda’, dan currere ‘lari). Kemudian lebih lanjut dinyatakan bahwa wacana dapat berarti.

1. Komunikasi pikiran dengan kata-katan terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.

2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.

3. Risalah tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, dan khutbah.

                                            

5.1 Jenis-jenis Membaca

Menurut Tarigan jenis-jenis membaca dapat dibedakan menjadi dua, yaitu membaca secara bersuara

(membaca nyaring; oral reading), dan membaca dalam hati (silent reading). Membaca dalam hati

dapat pula dibagi atas: (1) Membaca ekstensif, dan (2) Membaca intensif. Selanjutnya membaca

ekstensif ini mencakup atas: membaca survei (survei reading), membaca sekilas (skimming), dan

membaca dangkal (sufervicial reading).

Kemudian membaca intensif  dapat dibagi atas: membaca teliti (close reading), membaca

pemahaman (comperhensiv reading), membaca kritis (critical reading), dan membaca ide (reading for

ideas) (1987: 12).

5.1.1 Membaca Nyaring

                  Membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru,

murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta

memahami informasi, fikiran, dan perasaan seseorang pengarang.

                  Pada membaca dalam hati (silent reading) yang aktif adalah mata (pandangan;

penglihatan), dan ingatan. Sedangkan membaca nyaring, selain penglihatan dan ingatan, juga turut

aktif auditory memory (ingatan pendengaran), dan motor memory (ingatan yang bersangkut paut

dengan otot-otot kita) (Moulton dalam Tarigan, 1987: 15).

5.1.2 Membaca dalam Hati

         Tujuan utama membaca dalam hati (silent reading) adalah untuk memperoleh informasi.

Setelah meninggalkan sekolah mayoritas pelajar akan sedikit sekali membaca bersuara, membaca

nyaring, tetapi membaca dalam hati. Dalam garis besarnya membaca dalam hati dapat dibagi atas

dua bagian.

1. Membaca ekstensif

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Obyeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam

waktu yang sesingkat mungkin.

2. Membaca intensif.

Membaca intensif (intensif reading) adalah studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci

yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampe empat

halaman (Brooks dalam Tarigan, 1987: 35).

Page 5: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

5.1.3 Membaca Telaah Isi

         Setelah kita menemukan bahan atau hal yang menarik hati untuk dibaca secara sekilas, maka

biasanya kita ingin mengetahui serta menelaah isinya secara mendalam, kita ingin membacanya

dengan teliti. Menelaah isi suatu bacaan menuntut ketellitian, pemahaman, kekritisan berfikir serta

keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam buku bacaan.

Membaca telaah isi dapat dibagi atas.

1. Membaca Teliti

Sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka seringkali kita perlu membaca dengan teliti bahan-

bahan yang kita sukai. Jenis membaca teliti ini menuntut suatu pemutaran atau pembalikan

pendidikan yang menyeluruh.

2. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman (reading for understanding) yang dimaksudkan disini adalah sejenis membaca

yang bertujuan untuk memahami: (1) standar-standar atau norma-norma kesastraan, (2) Resensi

kritis (critical review), (3) Drama tulis, dan (4) Pola-pola piksi (Tarigan, 1987: 57).

Pelajaran membaca di Sekolah Dasar ada beberapa jenis, yaitu.

1.      Membaca Teknik

Membaca teknik adalah suatu jenis membaca bersuara yang harus di miliki oleh anak-anak

didik untuk menguasai keterampilan melafalkan kata yang baku, membaca lgu kalimat dengan

intonasi kalimat, penggalan kata dan kalimat, pengucapan fonem, membaca kalimat dengan lancar

dan tanpa cacat, semuanya dengan benar, baik dan tepat.

2.      Membaca Cepat

Membaca cepat atau membaca dalam hati ialah cara membaca suatu bacaan atau teks

dengan tidak bersuara, walupun tidak bersuara bibirpun tidak boleh bergerak dengan tujuan

menangkap isi bacaan/gagasan yang paling penting.

3.      Membaca Intensif.

Membaca intensif ialah salah satu jenis membaca yang tergolong tidak bersuara atau jenis

membaca dalam hati yang bermanfaat untuk memahami gagasan-gagasan yang terkandung di dalam

bacaan itu sendiri sampai kepada hal-hal yang sekecil-kecilnya.

4.      Membaca Indah

Membaca indah adalah membaca sastra/puisi bersuara dengan segala keindahannya baik

suara yang turun naik, lagu kalimat, maupun gerk mimik yang menyertainya dengan tujuan enak

didengar dan dapat dirasakan serta dihayati sendiri maupun oleh para pendengarnya.

5.      Membaca Kritis

Page 6: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

Membaca kritis ialah salah satu jenis membaca yang tergolong membaca dalam hati, dengan

harapan dapat membuat rangkuman isi bacaan dengan cermat, teliti, dan hati-hati (Depdikbud, 1983:

87).

5.2 Kemampuan Membaca dalam Hati

            Kemampuan membaca dalam hati siswa sangat ditunjang oleh pengalaman membaca dan

pengetahuan dalam menguasai pengetahuan kebahasaan, seperti kosa kata dan tata bahasa (Pujiati,

1998: 29). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa kemampuan kaitannya dengan membaca dalam

hati adalah kemampuan merespon secara sadar susunan tertulis yang dihadapinya atau yang

disimulasikan. Respon yang ditampilkan adalah respon yang aktif. Respon aktif ini berkaitan dengan

pengelolaan terhadap tuturan tertulis (Damiati, 1998: 1).

               Sesuai dengan pendapat di atas, Taksonomi S. Bloom dalam teori belajar dapat juga

diadaptasikan untuk keperluan membaca yang berhubungan dengan mampu tidaknya seseorang

membaca.

               Disarankan kepada para pembaca agar memperhatikan tiga ranah penting.a.       Ranah kignitif dalam membaca dapat diartikan sebagai aktivitas kognitif dalam memahami teks

bacaan secara tepat dan kritis. Aktivitas seperti ini sering disebut sebagai lkemampuan membaca, atau lebih khusus disebut sebagai kemampuan kognisi.

b.      Ranah efektif berhubungan dengan sikap dan minat atau motivasi siswa untuk membaca : misalnya sikap positif terhadap kegiatan membaca atau gemar membaca, dan lain-lain.

c.       Ranah prikomotor berkaitan dengan aktifitas fisik siswa pada saat membaca teknis dan membaca nyaring, tentu berbeda dengan saat melakukan kegiatan membaca pemahaman (Ahmadi, 1997: 81).

Membaca dalam hati ialah salah satu jenis membaca yang bermanfaat untuk memahami

gagasan-gagasan yang terkandung di dalam bacaan itu sendiri sampai kepada hal-hal yang sekecil-

kecilnya (Depdikbud, 1982 : 79).

Membaca dalam hati merupakan yang terpenting untuk memperkenalkan anak terhadap

dunia baca. Mengingat keterampilan ini tidak terbentuk begitu saja, maka para pakar psikologi

perkembangan menemukan suatu konsep tentang bagaimana memperkenalkan anak dengan cara

yang baik. Dengan demikian membaca dalam hati sangat terkait dengan kejiwaan anak. Dijelaskan

bahwa ada anak-anak lain, ada pula anak yang memiliki kesiapan mental yang kuat (Ahmadi, 1997:

20).

Untuk mencapai tahap kemampuan membaca perlu dimaklumi bahwa membaca

merupakan latihan yang sangat  komplek yang tergantung pada banyak faktor, yakni faktor linguistik

dan nonlingusitik (Soyoto, 1998: 21). Pertimbangan faktor nonlingusitik berhubungan dengan metode

Page 7: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

yang digunakan, kemampuan membaca juga dapat dilihat dari proses yang berlanjut dan mental.

Atau membaca dari segi nonlingusitik melibatkan respon-respon fisik, fsikologi, intelektual dan

emosional. Sedangkan  faktor-faktor lingusitik berkaitan dengan kemampuan untuk menguasai hal-hal

yang berhubungan dengan ilmu bahasa seperti penguasaan kosa kata dalam bahasa tertentu,

system gramatikalnya, sehingga ketahapan aspek semantis atau makna kata, frase, klausa, dan

kalimat (Ahmadi, 1997: 22).

Dari beberapa pandangan tentang kemampuan membaca seperti yang dipaparkan di atas,

maka indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan bahwa seseorang atau siswa dapat dikatakan

mahir membaca secara sukses harus memiliki keterampilan untuk memahami hal-hal yang berkaitan

dngan kebahasaan dan isi pesan. Jadi, factor penentu keberhasilan seseorang alam membaca

adalah keterampilan pemahaman terhadap kebahasaan dan nonkebahasaan yang terdapat dalam

materi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat (Damiyati, 1998 : 67).

Pendapat yang lebih lengkap dijelaskan oleh Nunan bahwa keberhasilan membaca

ditentukan oleh :

1)      Keterampilan membaca untuk mendapatkan suatu informasi langsung ke masalah yang dicari, yaitu

fakta khusus dan informasi tertentu;

2)      Kemampuan menghubungkan isi teks dengan pengetahuan latar belakang;

3)      Kemampuan mengidentifikasi tujuan retorika dan fungsi-fungsi kalimat individual atau bagian tes

(Suyoto, 1998 : 63).

Pada hakikatnya, membaca intensif tentu memiliki indikator yang dijadikan sebagai patokan

keberhasilan anak. Membaca adalah pemahaman atau pengenalan terhadap bunyi-bunyi bahasa

dengan tataran yang sederhana serta kemampuan melafalkan dan menginformasikan kata dan

kalimat sederhana dapat dibaca pada penjabaran materi penjabaran untuk kelas VI Madrasah

Ibtidaiyah/Sekolah Dasar.

                 

5.3 Kemampuan Berbahasa                     

            Kemampuan berbahasa adalah menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, yaitu

menyampaikan pesan dari seorang kepada orang lain, dari pembicara/penulis

kepada pendengar/pembaca.

            Membaca yang mengajarkan kemampuan pemahaman dengan tepat dan cepat tentang

berbagai macam wacana, seperti narasi, persuasi, eksposisi, dan sebagainya.

            Menulis/mengarang yang mengajarkan kemampuan menggunakan bahasa lisan dalam

berbagai peristiwa bahasa (Debdikbud, 1992: 104). Kemampuan berbahasa meliputi.

1. Menyimak

Page 8: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

            Menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan,

serta  memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh yang berbicara melalui ujaran atau

bahsa lisan (Tarigan, 1995: 28).

2. Berbicara

            Menurut Tarigan (1995: 137) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui

bahsa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisn sebagai media penyampaian sangat erat.

3. Menulis

            Menulis adalah suatu keterampilan yang dipergunakan sebagai alat komunikasi yang

tergambar dalam suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca

dan memahami serta dapat mempengaruhi maksud dan tujuan bahasa yang dituangkan dalam

bentuk tulisan (Tarigan, 1980: 20).

4. Membaca

            Membaca ialah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh sesorang penulis melalui

tulisan (Tarigan, 1983: 2). Membaca ialah peristiwa penglihatan, penguasaan, penangkapan, dan

pemahaman aktivitas jiwa seseorang yang tertuang dalam bentuk bahasa tulis dengan tepat dan

cermat (Suyitno, 1985: 32).

5.4 Langkah-langkah Membaca dalam Hati

               Untuk mempertegas langkah-langkah pelaksanaan membaca dalam hati di kelas V Sekolah

Dasar, maka perlu dirinci kegiatan-kegiatan tersebut, yaitu:

1. Membicarakan kata-kata (istilah-istilah) yang sulit,

2. Membaca dalam hati (pelaksanaan), dan

3. Menjawab pertanyaan guru atau menceritakan isi wacana. (Depdikbud, 1976: 109).

               Dari langkah-langkah tersebut, untuk lebih jelasnya akan dibicarakan stu persatu.

5.3.1 Membicarakan dan Menjelaskan Kata-kata yang Sulit.

               Untuk tahap awal kegiatan membaca intenisf, perlu dibicarakan bersama murid

wacana/bacaan yang akan di baca. Dalam kegiatan ini diberikan waktu untuk menanyakan kata-kata

suit dalam bacaan tersebut. Pertanyaan ataupun masalah yang diajukan murid dijawab dengan

sejelas-jelasnya oleh guru, baik dalam ceramah ataupun dalam bentuk diskusi.

               Membicarakan dan menjelaskan kata-kata yang sulit dalam bacaan maksudnya agar

membaca dalam hati tidak terjadi kesulitan atau hambatan bagi murid di dalam membaca dan

memahami isi wacana/bacaan.

Page 9: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

               Langkah pertama inilah yang menentukan kelancaran dan keberhasilan murid dalam

melakasankan tugas yang diberikan guru, untuk membaca dalam hati serta dapat memahami apa

yang dibaca.

               Dari segala yang dipahami, maka murid dapat mengungkapkan kembali, baik dalam

menjawab pertanyaan guru ataupun dalam menceritakan isi bacaan. Dan yang tidak kalah pentingnya

untuk berbahasa ataupun berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

              

5.3.2 Pelaksanaan Membaca dalam Hati

               Setelah guru bersama murid-murid membicarakan kata-kata yang dianggap sulit oleh murid

maka kepada semua murid di kelas V tersebut diperintahkan dan memperhatikan suruhan guru

terhadap beberapa hal.

a. Waktu membaca perhatikan tanda baca agar dapat memahami isi bacaan,

b. Memperhatikan waktu yang disediakan oleh guru dalam membaca intensif.

c. Murid-murid mulai membaca dengan tanpa suara (membaca dalam hati) dengan penuh

perhatian terhadap bacaan yang sedang dibaca, dan proses di dalam hati mereka sesuai dengan

tingkat kemampuan mereka masing-masing. Setelah waktu yang disediakan selesai, maka guru

memerintahkan supaya buku bacaan ditutup.

               Untuk lebih jelas, karena membaca dalam hati adalah termasuk suatu kegiatan yang tidak

dapat dilihat (abstrak) dan tidak dapat didengar, maka yang dipentingkan disini  ialah cepat atau

lambatnya mereka selesai membaca. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran ini dapat dilihat

dari pemahaman murid yang berwujud dalam menjawab pertanyaan guru dan lancar tidaknya atau

bisa tidaknya murid menceritakan kembali isi bacaan, baik garis besarnya (sinopsis) ataupun secara

mendetail (Depdikbud, 1978: 91).

               Dari langkah awal sampai pelaksanaan membaca dalam hati yang telah dijelaskan, penulis

berpedoman dari buku bahasa Indonesia, pedoman guru kelas  V, kemudian penjelasan lainnya yang

diberikan oleh guru-guru kelas V dan guru-guru bidang studi bahasa Indonesia di tempat penelitian,

khususnya di SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar .

               Jadi, membaca dalam hati adalah langkah lanjutan dari kegiatan siswa dan guru dalam

membicarakan kata-kata sulit dalam bacaan. Kegiatan membaca dalam hati adalah kegiatan yang

sesungguhnya karena mengaktifkan mata dan perhatian tanpa harus menggerakkan mulut untuk

menyuarakan bacaan (Depdikbud, 1978: 40).

                                            

5.3.3 Menjawab Pertanyaan Guru/Menceritakan Isi Wacana

               Untuk mengetahui apakah tugas yang diberikan oleh guru dalam membaca dalam hati,

maka perlu kepada siswa yang telah ditugaskan tersebut menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

Page 10: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

diajukan oleh guru. Hal ini sangat penting dilakukan, sebab membaca dalam hati adalah kegiatan

yang tidak bisa dilihat dan didengar (merupakan hal yang abstrak).

               Dengan dapatnya menjawab dan menceritakan isi bacaan maka siswa itu dapat dikatakan

sudah bisa membaca intensif dengan baik (Depdikbud, 1976: 91). Jadi dengan menjawab pertanyaan

secara singkat atau menceritakan isi bacaan secara menyeluruh berarti siswa harus sudah mampu

memahami isi bacaan yang dibacanya secara keseluruhan.

2.6 Pengertian Wacana

Istilah wacana di dalam kamus bahasa Inggris Webster’s New Twentieth Century

Dictionari (1983: 522) dijelaskan bahwa kata wacana (discourse) berasal dari bahasa

latindiscursus yang berarti ‘lari kian kemari’ (yang diturunkan dari dis- ‘dari’ atau ‘dalam arah yang

berbeda’, dan currere ‘lari). Kemudian lebih lanjut dinyatakan bahwa wacana dapat berarti.

1. Komunikasi pikiran dengan kata-katan terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.

2. Komunikasi secara umum, terutama sebagai subjek studi atau pokok telaah.

3. Risalah tulis, disertasi formal, kuliah, ceramah, dan khutbah.

            Menurut Sumarlan, ed. (2003: 6) dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa wacana

adlah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan (berupa percakapan,

ceramah, kuliah, khutbah, dsb) maupun secara tertulis (bahasa yang dipakai dalam tulisan ilmiah,

disertasi, surat, dan sebagainya).

            JS Badudu (2000) sebagaimana dikutip oleh Eriyanto (2001:2) memberikan dua batasan

wacana sebagai berikut: (1) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungan

preposisi yang satu dengan yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna

yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. (2) Wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan

tertinggi di atas kalimat atau klausa dengan kohesi dan koherensi tinggi yang berkesinambungan,

yang mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tulisan.

            Sumarlan, ed. (2003: 15) dengan mempertimbangkan segi-segi perbedaan dan persamaan

yang terdapat pada berbagai batsan wacana, maka secara ringkas dan padat pengertian waana

dapat dirumuskan sebagai satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan, seperti cerpen,

novel, buku, surat, dan dokumen tertulis  yang dilihat dari struktur lahirnya (daris segi bentuk) bersifat

kohesif, saling terkait dan dari segi struktur bathinnya (dari segi makna) bersifat koheren, dan

terpadu.

            Baryadi (2002: 3) cenderung sependapat dengan pandangan Stubb (1983) dan Mc Houl

(1994), yaitu wacana atau discourse sebagai istilah lingusitik dimengerti sebagai “satuan lingual

(linguistic unit) yang berada di atas tataran kalimat”. Lebih lanjut Baryadi menyatakan bahwa analisis

Page 11: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

wacana mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun eksternalnya. Dari segi internal, wacana

dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagiannya.

2.8 Pembelajaran Membaca dalam Hati di Sekolah Dasar

1. Tujuan

            Dalam Standar Isi Bahasa Indonesia, menyangkut pendekatan yang berorientasi pada tujuan

pelajaran membaca dalam hati pada sekolah dasar, ini berarti bahwa setiap guru harus mengetahui

secara jelas tujuan yang harus dicapai oleh murid dalam menyusun rencana kegiatan belajar

mengajar dan bimbingan murid untuk melaksanakan rencana tersebut.

            Sebelum mengajarkan membaca dalam hati pada murid lebih dahulu guru harus mengetahui

tujuan pengajaran membaca dalam hati berikut ini.

a. Dalam buku bahasa Indonsia pedoman guru kelas V dikatakan, bahwa tujuan pengajaran

membaca dalam hati ialah untuk mendidik dan membiasakan murid memperhatikan dan mengingat

bahan yang dibacanya itu (Dekdikbud, 1982: 41).

b. Dalam buku bahasa Indonesia pedoman membaca dan menulis permulaan 2, dikatakan

bahwa tujuan pembelajaran membaca dalam hati ialah untuk mendidik murid memperhatikan dan

memahami bahan bacaan yang telah dibacanya (Damiyati, 1998: 27).

2. Materi

      Untuk lebih jelasnya tentang membaca dalam hati, maka peneliti perlu mengemukakan

tingkat-tingkat materi pengajaran membaca dalam hati terutama dalam memahami isinya. Tingkatan

tersebut adalah.

a.          Membaca dalam hati untuk memahami isi.

b.         Membaca dalam hati memahami isi wacana terbatas.

c.          Membaca dalam hati memahami isi analisis.

3. Metode

            Metode adalah cara yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran

kepada siswa (Djazali, 1997: 4). Metode mengajar yang digunakan guru hendaknya memperhatikan

berbagai hal, diantaranya adalah: materi, banyak siswa dan waktu. Penggunaan metode yang tepat

akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

            Dalam analisis kemampuan membaca teks wacana pendek melalui membaca dalam

hati pada siswa kelas V SDN 2 Jembatan Kembar, Kecamatan Lembar tahun pelajaran 2012 - 2013,

peneliti menggunakan  metode diantaranya adalah:

a. Metode Diskusi

            Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam memecahlan masalah untuk mengambil

kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan

Page 12: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

masalah yang menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnnya diambil suatu kesimpulan yang

dapat diterima oleh anggota dalam kelompoknya (Ahmadi, 2005: 57).

b. Metode Tugas

            Metode tugas adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas

atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan

dengan nilai yang dicapai oleh para siswa atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana,

1990: 34).

Tugas yang diberikan kepada siswa adalah berupa teks bacaan yang akan dibaca dengan

menggunakan metode-metode membaca dalam hati. Penggunaan metode tugas ini dengan maksud

untuk mengetahui kemampuan membaca intensif pada siswa.   

4. Langkah-langkah

            Untuk tahap awal kegiatan membaca dalam hati perlu dibicarakan bersama murid tentang

bacaan atau cerita yang akan dibaca. Pada kegiatan ini diberikan waktu untuk menanyakan kata-kata

sulit dalam bacaan atau cerita tersebut. Pertanyaan ataupun masalah yang diajukan murid dijawab

sejelas-jelasnya oleh guru.

5. Evaluasi

               Menurut Nurgiantoro, dalam buku Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (1996: 15),

evaluasi yang sering disebut juga penilaian merupakan alat atau kegiatan untuk mengukur tingkat

keberhasilan pencapaian tujuan. Dalam pembelajaran bahasa, evaluasi dapat dilakukan melalui dua

macam cara, yaitu dengan tes dan non tes.

               Baik tes maupun non tes dapat digunakan untuk mendapatkan informasi atau data tentang

siswa yang dinilai. Dalam hal ini guru harus dapat menentukan, kapan ia menggunakan tes dan

kapan menggunakan non tes.

6. Metode Penelitian

6.1 Metode Penentuan Subjek Penelitian

Menetapkan subjek penelitian sangat penting. Karena subjek penelitian dianggap sebagai

jiwa penelitian, karena bila subjek penelitian tidak ada tentu saja penelitian tidak akan pernah ada

(Atar Semi, 1993: 32A).

Penelitian ini termasuk penelitian populatif yang disebabkan karena populasinya dalam

jumlah relatif sedikit, yaitu kurang dari 100 orang, oleh karena itu semua subjek yang ada akan

dijadikan populasi dalam penelitian (Arikunto, 1998: 104). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis

Page 13: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

mengambil metode penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah metode populasi.

Populasi tersebut adalah siswa Kelas V SDN 2 Jembatan Kembar Kecamatan Lembar tahun

pelajaran 2012 – 2013 sebanyak 20 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel: Data Populasi Siswa SDN 2 Jembatan Kembar, Kec. Lembar Tahun Pelajaran 2012 – 2013.

NO KELASJUMLAH POPULASI

TOTAL KETL P

1 VI 19 19 38

JUMLAH 19 19 38

6.2 Metode Pengumpulan Data

6.2.1 Metode Observasi

            Metode ini digunakan untuk mengetahui beberapa hal yang berhubungan dengan lokasi

penelitian baik lingkungan sosial intern sekolah, keadaan guru, dan siswa serta administrasinya. Di

samping itu juga sedikit perlu dipaparkan tentang keadaan lingkungan fisik sekolah yang

berhubungan dengan keadaan gedung serta lingkungan sekitar sekolah. Dan yang lebih utama

adalah melakukan observasi terhadap penerapan membaca dalam hati untuk menentukan metode

dan media yang paling praktis dan efisien penggunaannya.         

6.2.2 Metode Tes

            Secara global harus dipahami dalam menilai atau mengevaluasi kemampuan membaca

dalam hati tepat sasarannya adalah aspek pemahaman. Oleh karena itu, alat ukur yang paling tepat

digunakan dalam menilai keterbacaan oleh siswa digunakan tes (Pujiati, 1998: 29). Evaluasi melalui

perantaraan tes inilah yang dianut dalam penelitian ini. Hal ini juga untuk memastikan tentang metode

dan media pengajaran membaca dalam hati dapat dilihat dari sudut pandang keberhasilan siswa.

6.2.3 Metode Dokumenter

            Dokumenter berasal dari kata dokumen yang artinya brang-barang tertulis. Metode

dokumenter yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrif, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).

            Dokumen-dokumen yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. buku daftar hadir siswa

2. buku daftar nilai siswa

3. Standar isi

4. program semester

5. rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Page 14: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

6. lembaran kerja siswa

Data yang dikumpulkan dengan metode ini akan dikonsentrasikan pada semester II, hal ini

relevan dengan prinsip tes yang digunakan untuk keterampilan membaca dalam hati, yaitu tes

pemahaman kalimat. Tes ini ditujukan untuk siswa yang belum terbiasa membaca dalam hati. Untuk

itu peneliti merancang tahapan dengan membaca dalam hati yang sesuai dengan tingkatan

kemampuan membaca siswa kelas V Sekolah Dasar, yaitu dengan menggunakan kalimat-kalimat

sederhana.

            Sedangkan dari sisi siswa, hal yang ingin diketahui dengan menggunakan metode ini adalah:

a.       bahan bacaan yang disenangi siswa

b.      kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas membaca dalam hati.

c.       intensitas membaca dalam hati siswa di rumah.

d.      motivasi orang tua terhadap anaknya

e.       cara guru mengajar yang disenangi siswa

6.2.4 Metode Tugas

            Metode tugas adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas

atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga

menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut yang dapat dibandingkan

dengan nilai yang dicapai oleh para siswa atau dengan nilai standar yang ditetapkan (Nurkancana,

1990: 34).

            Tugas yang diberikan kepada siswa adalah berupa teks bacaan yang akan dibaca dengan

menggunakan metode-metode membaca dalam hati. Penggunaan metode tugas ini dengan maksud

untuk mengetahui kemampuan membaca dalam hati pada siswa.

6.3 Metode Analisis Data

                        Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka langkah selanjutnya

adalah menganalisis data tersebut. Analisis data pada dasarnya adalah suatu upaya untuk

menentukan sejauh mana kebenaran data yang sudah diteliti di dalam rangka menarik kesimpulan

dari hasil penelitian.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriftif kuantitaif, dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Menghitung angka rata-rata atau mean (M)

                  ∑  fX

        M=

                     N

      Keterangan :

Page 15: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

      M   = (Mean) nilai rata-rata

      ∑   = Jumlah nilai

      F    = Frekwensi

      X   = Jumlah siswa

      N   = Nilai siswa

2. Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus berikut :

       SD -           F x 2               Fx

                                                  N                              

                 

                  Keterangan :

                  SD = Standar Deviasi

                  F    = Frekwensi

                  X   = Jumlah siswa

                  Fx  = Frekwensi + Jumlah

                  N   = Nilai siswa  

      3. Menghitung persentase taraf kemampuan siswa dengan menggunakan rumus.

a.       Taraf kemampuan tertinggi adalah di atas M + 1 SD

b.       Taraf kemampuan sedang di antara M + 1 SD

c.       Taraf kemampuan rendah adalah di bawah M – SD

4. Indek Kemampuan Kelompok

            Dalam menganalisis persentase yang dicapai oleh suatu kelompok scara keseluruhan

dinyatakan dengan nilai rata-rata dengan rumus sebagai berikut :

                        M

      IPK =                         X 100

                                    SMI

Keterangan :

IPK     = Indek persentase kelompok

M          = Mean atau nilai rata-rata

SMi     = Skor maksimal ideal, skor jika soal dijawab semua

Page 16: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

100            = Bilangan tetap

Sedangkan pedoman dalam menghitung indeks kelompok, digunakan interval penilaian

sebagai berikut :

            00 – 30            = sangat rendah

            31 – 54            = rendah

            55 – 74            = normal

            75 – 89            = tinggi

            90 – 100          = sangat tinggi (Nurkancana, 1983 : 117)

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

Abdul M, Asfandi, 1983. Bahasa Indonesia Baku dan Fungsi Dalam Pembicaraan Bahasa Indonesia. Jakarta : Penerbit Bina Ilmu

Ali, Muhammad. 1987. Guru Dalam Proses Belajar Mengaja. Bandung : Sinar Baru

Arikunto, 1983. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta

Bimo, Walgito, 1975. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta, Yayasan Fak. Psycologi UGM.

Badudu, J. S, 1984. Membina Bahasa Indonesia Baku, Seri I. Bandung : Pustaka Prima

Nurkancana, 1983, Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Unesa Press

Suyoto, Pujiatiah, 1998. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Keraf, Gorys, 1980. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende – Plores : Nusa Indah.

Tarigan Henry, Guntur. 1985. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Page 17: Kemampuan membaca teks wacana pendek dalam hati

Zuchdi,Damiyati, 1998. Pembelajaean Membaca dan Menulis Permulaan. Jakarta : Depdikbud

Nurjanah, dkk, 1989. Membaca di Sekolah Dasar. IKIP Bandung.

Kemdiknas, 2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan menengah. Jakara : Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah

Surachmad, Winarno, 1987, Metode Penelitian. Bandung : Tarsito

Depdikbud, 1982, Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung : Proyek Balai Penataran Guru Tertulis.