Upload
operator-warnet-vast-raha
View
2.946
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia pada ibu hamil
1. Pengertian Anemia
Anemia adalah tingkat kekurangan zat besi yang paling berat dan terjadi bila
konsentrasi hemoglobin (Hb) jauh dibawah ambang batas yang ditentukan. Anemia adalah
kondisi ibu dengan kadar (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam
kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb di bawah 11 gr% pada trimester I dan
trimester II 10.
Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat gizi, jenis
pengobatannya relatif mudah bahkan murah. Kurangnya zat besi (Fe) dalam tubuh pada ibu
hamil karena perdarahan menahun atau berulang di semua bagian tubuh. Faktor resiko
defisiensi zat besi (Fe) terjadi pada ibu hamil karena cadangan besi dalam tubuh lebih sedikit
sedangkan kebutuhannya lebih tinggi yaitu antara 1-2 mg zat besi (Fe) secara normal 13.
2. Klasifikasi anemia dalam kehamilan
Menurut Mochtar (1998) klasifikasi anemia dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
a. Anemia defisiensi besi
Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya
yaitu bagi wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang memerlukan asupan zat besi
dianjurkan untuk diberikan tablet besi. Untuk menegakkan diagnosa anemia defisiensi besi
dapat dilakukan dengan anamnesa. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata
mendekati 800 mg.
b. Anemia megaloblastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan asam folik, jarang sekali
karena kekurangan vitamin B 12.
c. Anemia Hipoplastik
Adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel
darah merah baru. Untuk diagnostik diperlukan pemeriksaan diantaranya darah tepi lengkap,
pemeriksaan fungsi ekternal dan pemeriksaan retikulasi.
d. Anemia hemolitik
Adalah anemia yang disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah
yang lebih cepat pembuatannya. Gejala utama dengan kelainan gambaran darah, kelelahan,
kelemahan serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
3. Kebutuhan zat besi pada ibu hamil
a. Zat besi
Zat besi merupakan bagian dari molekul hemoglobin, ketika tubuh kekurangan zat
besi (Fe), produksi hemoglobin akan menurun. Penurunan hemoglobin sebetulnya akan
2
terjadi jika cadangan zat besi (Fe) dalam tubuh sudah benar-benar habis. Kebutuhan zat besi
(Fe) pada ibu hamil terjadi peningkatan, dimana asupan kurang atau rendah, sehingga tidak
mencukupi tingkat yang dibutuhkan yang menimbulkan anemia 15.
Kebutuhan Fe pada ibu hamil yaitu dianjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50
nanogram asam folat untuk profilaksis anemia 3. Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu
rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari sekitar 300 mg diperlukan untuk janin
dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa maternal. Selama
kehamilan dengan perhitungan 288 hari ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100
mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil 11,12.
Faktor resiko terjadinya anemia akibat dari kekurangan zat besi (Fe) lebih banyak
pada wanita dibandingkan laki-laki. Cadangan besi dalam tubuh wanita lebih sedikit
sedangkan kebutuhan per harinya justru lebih tinggi. Seorang wanita dalam sehari akan
kehilangan sekitar 1-2 mg zat besi melalui ekskresi secara normal. Pada saat haid, kehilangan
zat besi bisa bertambah hingga 1 mg 10.
b. Mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)
Tablet zat besi (Fe) adalah tablet untuk suplementasi penanggulangan anemia gizi
yang setiap tablet mengandung fero sulfat 200 mg atau setara 60 mg besi elemental dan 0.25
mg asam folat. Pelayanan pada ibu hamil baik pada K1 maupun K4 ibu hamil akan dibekali
dengan tablet zat besi 13.
Konsumsi suplemen zat besi (Fe) sebaiknya dilakukan secara hati-hati sesuai dengan
dosis yang dianjurkan, karena asupan zat besi (Fe) secara berlebihan tidak dibenarkan tetapi
dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Mengkonsumsi suplemen zat besi (Fe) dapat
menimbulkan mual, nyeri lambung, konstipasi, ataupun diare sebagai efek sampingnya.
Untuk mengatasinya dengan mengkonsumsi setengah dosis yang ditingkatkan secara
berlahan-lahan sampai mencapai dosis yang dianjurkan 14.
4. Efek anemia pada ibu hamil
a. Efek anemia pada ibu hamil yaitu sebagai berikut :
1) Trimester I : anemia dapat mengakibatkan abortus, missed abortus dan kelainan
kongenital
2) Trimester II : mengakibatkan persalinan prematur, perdarahan antepartum,
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, berat
badan bayi lahir rendah, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa
mengakibatkan kematian.
3) Trimester III : merupakan saat inpartu anemia dapat menimbulkan gangguan his
baik primer maupun sekunder. Janin akan lahir dengan anemia dan persalinan dengan
tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Setelah post partum anemia dapat
menyebabkan atonia uteri, tensio placenta, perlukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris
puerpurolis dan gangguan involusio uteri.
3
b. Akibat kekurangan zat besi (Fe) Pada ibu hamil yaitu sebagai berikut :
1) Anemia Gizi
Anemia gizi adalah kekurangan kadar (Hb) dalam darah yang disebabkan karena
kekurangan zat besi yang (Fe) diperlukan untuk pembentukan haemoglobin. Sebagian besar
anemia terjadi pada ibu hamil karena kekurangan zat besi (Fe) yang disebut anemia
kekurangan zat besi atau anemia gizi besi (Muryanti, 2006).
Anemia gizi besi dapat terjadi karena kandungan zat besi (Fe) yang berasal dari
makanan yang dikonsumsi ibu hamil tidak mencukupi kebutuhan dimana makanan yang kaya
akan kandungan zat besi (Fe) seperti makanan sumber hewani (daging, ikan) serta makanan
yang mengandung sumber nabati (sayuran hijau), serta meningkatnya kebutuhan tubuh akan
zat besi (Fe) yaitu pada masa hamil. Kebutuhan zat besi (Fe) meningkat karena zat besi (Fe)
diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri 10.
2) Anemia defisiensi zat besi (Fe)
Anemia defisiensi zat besi (Fe) merupakan anemia yang terjadi karena kebutuhan zat
besi (Fe) untuk erithopoetic tidak cukup, biasanya ditandai dengan eritrosit mikrositik, kadar
besi serum rendah, satu rasi transferin mengurang dan tidak adanya zat besi (Fe) pada
sumsum tulang dan tempat cadangan zat besi (Fe) yang lain. Pemeriksaan dan pengawasan
haemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli. Berkurangnya kadar
haemoglobin pada wanita hamil menurut WHO adalah, normal (11 gr%), anemia ringan (10-
11 gr%), anemia sedang (7-0 gr%), anemia berat (<7 gr%) 10.
Pada ibu hamil jika terjadi anemia defisiensi zat besi (Fe) dapat menimbulkan
perdarahan sebelum atau saat persalinan, meningkatnya risiko melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR <2,5 kg). Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan
kematian ibu atau bayinya, untuk itu dibutuhkan suatu penangganan defisiensi zat besi (Fe)
melalui pencegahan dengan memberikan tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil yang dibagikan
pada waktu memeriksakan kehamilan, dimana suplemen tablet besi (Fe) merupakan salah
satu cara yang paling efektif meningkatkan kadar zat besi (Fe) dalam jangka pendek 10.
5. Kadar Hemoglobin
a. Pengertian
Hemoglobin adalah protein majemuk yang tersusun atas protein sederhana yaitu
globin dan radikal prostetik yang berwarna, yang disebut heme. Protein ini terdapat dalam
butir-butir darah merah dan dapat dipisahkan daripadanya dengan cara pemusingan. Berat
molekulnya yang ditentukan dengan ultrasentrifuge sebesar 68.000, merupakan protein
pertama yang diperoleh dalam bentuk hablur 10. Hemoglobin merupakan protein pembawa
oksigen dalam darah. Tiap liter darah mengandung kira-kira 150 gr hemoglobin. Kadar
hemoglobin adalah jumlah K3Fe (CN)6 akan diubah menjadi methemoglobin yang kemudian
diubah menjadi hemoglobin sianida (HiCN) oleh KCN dengan batas ambang berat bila Hb <
8 gr/dl, anemia ringan jika Hb > 8 – 11 gr/dl dan normal pada ibu hamil Hb > 11 gr/dl 10.
4
Kadar hemoglobin pada darah dikatakan anemia apabila kadar Hb dasar pada pria <13
gr/%, wanita < 12 gr/% dan pada ibu hamil < 11 gr/%. Gangguan medis yang paling umum
ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita
hamil memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, dari pada wanita hamil
dengan nilai hematology normal. Dikatakan anemia bila kadar Hb pada wanita hamil
trimester I < 11 gr/dl, trimester II < 10,5 gr/dl dan trimester III < 10 gr/dl 11.
Kadar Hb ibu hamil terjadi jika produksi sel darah merah meningkat, nilai normal
hemoglobin (12 sampai 16 gr/%) dan nilai normal hematokrit (37% sampai 47%) menurun
secara menyolok. Penurunan lebih jelas terlihat selama trimester kedua, saat terjadi ekspansi
volume darah yang cepat. Apabila nilai hematokrit turun sampai 35% atau lebih, wanita
dalam keadaan anemia 11.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu
dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Dari kehamilan 8
minggu sampai 40 hari postpartum, kadar Hb, jumlah eritrosit dan nilai hematokrit, ketiganya
turun sehingga kehamilan sampai 7 hari postpartum. Setelah itu ketiga nilai meningkat pada
dan pada 40 hari postpartum mencapai angka yang kira-kira sama dengan diluar kehamilan.
Batas terendah untuk kadar Hb dalam kehamilan nilai 10 gr/dl, bila kurang dari itu disebut
anemia dalam kehamilan. Menurut klasifikasi WHO kadar Hb untuk ibu hamil ditetapkan
menjadi tiga kategori yaitu Normal (> 11 gr/%), anemia ringan (8-11 gr/%) dan anemia berat
(< 8 gr/% ) 7.
6. Mengukur kadar Hb
Untuk mengetahui status gizi ibu hamil dengan mengukur kadar Hb dalam darahnya,
bila kurang dari 11 gr% maka ibu hamil tergolong anemia. Hal ini juga menyebabkan
gangguan nutrisi yang salah satunya berakibat berat bayi yang dilahirkan kurang dari normal
(Polarto, 1999). Pada pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan dengan
mengunakan metode sachli yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I
dan trimester III. Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut
(Manuaba, 2001) : a) Hb 11 gr% : tidak anemia, b) Hb 9-10gr% : anemia ringan, c) Hb < 9 gr
%.: anemia Hb < 7 gr%.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil
a. Umur
Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan
dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Umur
sangat berpengaruh pada kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet Fe (zat besi), dimana semakin
muda umur yang ibu hamil maka dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menerima
sebuah kehamilan yang berdampak pada terjadinya gangguan selama kehamilan misalnya
akan terjadi anemia 5.
5
Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama kehamilannya. Usia
antara 20-30 tahun merupakan periode yang paling aman untuk melahirkan. Sebab pada usia
tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20
tahun kondisi masih dalam pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk
ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin. Di negara berkembang sekitar 10-
20% bayi dilahirkan dari ibu dengan usia remaja 5.
b. Pendidikan
Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat pengertian tentang zat
besi (Fe) serta kesadarannya terhadap konsumsi tablet zat besi (Fe) untuk ibu hamil. Keadaan
defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil sangat ditentukan oleh banyak faktor antara lain
tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi
penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe) menjadi terbatas dan
berdampak pada terjadinya defisiensi zat besi 8.
c. Pekerjaan
Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun
keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya suatu masalah pada
ibu hamil, tetapi kondisi kerja yang menonjol, aktifitas yang berlebih dan kurangnya istirahat
saat bekerja berpengaruh pada kurangnya zat besi. Selain itu penyediaan makanan dari
perusahaan tempat ibu hamil bekerja yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi ibu hamil akan
berisiko kekurangan anemia gizi, jika hal ini terjadi dalam waktu panjang 8.
d. Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas maupun kualitas
makanan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan kepatuhan
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil. Pendapatan yang kurang dapat
mempengaruhi daya beli ibu hamil dalam membeli bahan makanan yang dibutuhkan selama
kehamilan, Hal ini berdampak pada asupan makan yang kurang dan berisiko terjadinya
anemia gizi selama kehamilan 12.
e. Pengetahuan Ibu Hamil
Pengetahuan merupakan hasil dari akibat proses penginderaan terhadap suatu obyek
baik meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang atau terbentuknya praktek. Karena
dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan alat bantu
kuisioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita
sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan 13.
6
f. Paritas
Salah satu yang mempengaruhi anemia adalah jumlah anak dan jarak antara kelahiran
yang pendek. Di Negara yang sedang berkembang terutama didaerah pedesaan, ibu-ibu yang
berasal dari tingkat sosial ekonomi yang rendah dengan jumlah anak yang banyak dan jarak
kehamilan pendek serta masih menyusui untuk waktu yang panjang tanpa memperhatikan
gizi saat laktasi akan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup anak dan sering
menimbulkan anemia pada ibu hamil 7.
Jumlah anak yang dilahirkan wanita selama hidupnya sangat mempengaruhi
kesehatan. Kelahiran yang pertama disertai bahaya komplikasi yang agak tinggi atau
kematian ibu dan anak dibandingkan dengan kelahiran yang kedua atau ketiga, terutama
karena kelahiran pertama menunjukan kelemahan-kelemahan fisik atau ketidak normalan
keturunan ibu. Kelahiran kedua atau ketiga pada umumnya lebih aman dari pada kelahiran
keempat, kematian ibu, bayi lahir mati dan angka kematian bayi meningkat. Angka kematian
bayi dan anak semakin meningkat dengan kelahiran anak kelima dan setiap anak yang
menyusul sesudahnya.
2.2 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang atau individu
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.8 Pengetahuan merupakan proses
kognitif dari seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga
masing-masing individu memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterima
walaupun stimuli itu sama.13 Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk menentukan
perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak, maupun untuk mengatur perilakunya sendiri.13
Dan timbulnya gangguan kesehatan atau penyakit pada masyarakat/penduduk
disebabkan oleh interaksi perilaku penduduk tersebut dengan lingkungannya.13 Sehingga
timbulnya suatu penyakit berakar pada ekosistem dan budaya di suatu wilayah.13 Perilaku
yang berbeda bersama lingkungannya akan menghasilkan pemajanan yang berbeda pula yang
menghasilkan behavioral exposure yang berbeda satu sama lain.13
Pengetahuan dapat dijelaskan sebagai pengenalan terhadap kenyataan yang ada atau
prinsip-prinsip yang diperoleh dengan pengalaman.14 Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu
diperoleh dari berbagai informasi dan berbagai sumber.14 Pengetahuan diperoleh dari
pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik, maupun informasi yang tidak
tersusun secara baik.14 Pendidikan yang direncanakan diperoleh melalui pelatihan-pelatihan
dan pendidikan formal, sedangkan informasi yang tidak tersusun secara baik melalui
membaca surat kabar, membaca majalah, pembicaraan setiap hari dengan teman dan
keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi dan berdasarkan pengalaman diri.14
Menurut Sugiono (2000), yang mempengaruhi pengetahuan dan ketrampilan adalah
kemampuan, pengalaman kerja, dan pendidikan.15 Ketrampilan dipengaruhi oleh faktor-faktor
7
jenis pendidikan, kurikulum, pengalaman praktek dan latihan.15 Pengetahuan dapat diartikan
sekumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat
dipergunakan sewaktu-waktu sebagai penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri maupun
lingkungan.15 Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap.15 Menurut fungsi ini manusia
mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, untuk mencari penalaran dan untuk
mengorganisasikan pengalamannya.15 Unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten
dengan apa yang diketahui individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian
rupa sehingga dicapai suatu konsistensi.15
Kunci untuk menguji pengetahuan melalui berbagai materi pengetahuan yang akan
diikuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana pengetahuan, penerapan dan
analisisnya.11 Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai pengakuan sesuatu terhadap sesuatu
atau disebut putusan, sehingga pada dasarnya pengetahuan dan putusan itu sama.11
Level taksonomi aspek pengetahuan :13
1. Mengungkap kembali (recall) :
• Mengetahui terminologi secara umum
• Mengetahui fakta yang spesifik
• Mengetahui konsep dasar
2. Komprehensif (pemahaman) :
• Memahami fakta
• Menginterpretasikan chart dan grafik
• Menyesuaikan prosedur dan metode
• Memperkirakan kebutuhan
3. Aplikasi :
• Mengaplikasikan konsep dan prinsip ke dalam situasi yang bar
• Memecahkan problem matematika
• Menyusun grafik dan chart
• Mendemonstrasikan penggunaan metode dan prosedur
4. Analisis :
• Mengenal dan menggunakan logika berpikir untuk menyampaikna suatu
alasan
• Mengevaluasi relevansi data
5. Sintesis :
• Mengungkap suatu konsep yang terorganisasi secara baik
• Merumuskan suatu konsep baru
6. Evaluasi :
Menyesuaikan nilai suatu pekerjaan
8
2.3 Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek.7 Sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.7 Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung maupun perasaan tidak mendukung pada
objek tersebut.8 Sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal kognitif dan konatif seseorang
terhadap sesuatu aspek di lingkungan sekitarnya.8
Sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen yaitu:9
a). Komponen kognitif
Komponen kognitif yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi
yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan
terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.
b). Komponen afektif
Komponen afektif yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi
sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang
dimiliki.
c). Komponen kuratif
Komponen kuratif yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan objek sikapnya.
Dengan demikian sikap seseorang pada suatu objek sikap merupakan manifestasi dari
ketiga komponen diatas yang saling berinteraksi untuk memahami, merasakan, dan bertindak
terhadap objek sikap. Menurut Second dan Backman.5 Sikap sebagai keteraturan tertentu
dalam hal kognitif dan konatif seseorang terhadap sesuatu aspek di lingkungan sekitarnya.6
Sikap dikatakan sebagai respon evaluatif dan merupakan bentuk reaksi.6 Timbulnya
sikap didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan
terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan
atau tidak menyenangkan.6 Sikap bukan dibawa sejak lahir, namun dapat dibentuk dari
adanya interaksi sosial.6 Dalam interaksi sosial terjadi hubungan sebagai individu maupun
anggota kelompok sosial yang saling mempengaruhi.6 Interaksi sosial ini meliputi hubungan
antara individu dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan biologis
yang ada di sekitarnya.6
2.4 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk
pengembangan diri.16 Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan
dasar kesehatan.16 Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah mereka menerima serta
mengembangkan pengetahuan dan teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas
yang akhirnya akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.16
9
Dalam teori Grossman disebutkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor
efisiensi penggunaan input kesehatan dalam produksi kesehatan.16 Artinya, dengan input
kesehatan yang ada tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat menghasilkan stok kesehatan
yang lebih banyak daripada yang bisa dihasilkan oleh orang yang berpendidikan lebih rendah.
Semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula tingkat kepedulian terhadap kesehatan.16
Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu investasi, seseorang yang
berpendidikan tinggi akan secara ekonomi lebih efisien dalam memanfaatkan ekonomi.16
Pendidikan yang lebih baik memungkinkan tehnologi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga untuk kesehatan lebih efisien karena kemungkinan terhindar dari risiko sakit akibat
lalai menjaga kesehatannya akan meningkatkan kesejahteraannya.16 Dengan demikian jika
seorang ibu memiliki pendidikan yang tinggi dia akan memelihara kesehatannya dan
kesehatan keluarganya secara baik, sehingga beaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan
sedikit.16
Menurut sistem pendidikan di Indonesia, dibedakan menjadi: (a) Tingkat Pra Sekolah,
(b) Tingkat Sekolah Dasar, (c) Tingkat Sekolah Menengah Pertama, (d) Tingkat Sekolah
Menengah Atas, (e) Tingkat Perguruan Tinggi.16 Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan
perbedaan pengetahuan kesehatan.16 Terdapat korelasi yang positif antara tingkat pendidikan
dan status kesehatan, dimana kesehatan seseorang adalah investasi yang cukup tinggi dalam
pendidikan dan produk yang menguntungkan dalam pendidikan adalah pada aset kesehatan
badan. Rendahnya pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perlindungan
masyarakat terhadap diri dan keluarganya.16
2.5. Hipotesis
Tingkat pendidikan, pengetahuan, dan sikap mempengaruhi terhadap gambaran
konsumsi tablet Fe pada ibu hamil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei analitik yang menggunakan
rancangan cross sectional.
10
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Merdeka pada tanggal 18 November – 26
November 2013.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas
Merdeka. Sampel penelitian adalah ibu hamil trimester III yang berjumlah 40 ibu hamil
dengan teknik pengambilan sampel adalah accidental sampling.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner terdiri dari beberapa kelompok pertanyaan yang meliputi :
1. Identitas responden
Data yang diambil berupa nama, umur, alamat, status perkawinan, pekerjaan, dan
tingkat pendidikan ibu rumah tangga.
2. Instrumen pengetahuan dan sikap disusun dalam bentuk kuesioner.
3.5 Kerangka Penelitian
Populasi semua ibu hamil yang berkunjung ke
Puskesmas Merdeka
Sampel penelitian adalah ibu hamil trimester III yang berjumlah 40 ibu hamil dengan teknik pengambilan sampel
adalah accidental sampling.
Dilakukan pengukuran
variabel dengan menggunakan
instrumen kuesioner
11
3.6 Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan pernyataan dan pertanyaan
yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data ini langsung diperoleh dari
hasil penelitian dengan wawancara/membacakan kuesioner dan observasi oleh
petugas pengumpul data.
3.7 Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, dan Sikap.
2. Variabel terikat : Konsumsi Fe pada ibu hamil.
3.8 Definisi Operasional Variabel
1. Konsumsi Fe pada ibu hamil
Konsumsi Fe pada ibu hamil adalah tindakan ibu hamil dalam mencegah penyakit
anemia pada ibu hamil dengan cara mengkonsumsi tablet Fe minimal 1 kali sehari
sesuai anjuran dokter/paramedis saat ANC.
2. Pengetahuan Ibu Hamil
Pengetahuan ibu hamil adalah segala sesuatu yang diketahui ibu hamil tentang
konsumsi tablet Fe dalam rangka pencegahan anemia ibu hamil.
Pada penelitian ini kuesioner menggunakan 5 pertanyaan, dan setiap pertanyaan
mempunyai jawaban benar dan salah. Jika menjawab benar diberi skor 1 dan jika
menjawab salah diberi skor 0.
Alat pengukuran : kuesioner
Skala pengukuran: nominal
Interpretasi : Baik bila skor > 2
Kurang baik bila skor ≤ 2
3. Sikap Ibu Hamil
Sikap ibu hamil adalah respon atau tanggapan ibu hamil terhadap konsumsi tablet Fe,
yang meliputi segala hal yang berhubungan dengan perasaan, dukungan dan suasana
Analisis Data
Kesimpulan
12
hati responden terhadap konsumsi tablet Fe yang dianjurkan, baik yang positif
maupun negatif.
Pada penelitian ini kuesioner menggunakan 7 pertanyaan, dan setiap pertanyaan
mempunyai jawaban benar dan salah. Jika menjawab benar diberi skor 1 dan jika
menjawab salah diberi skor 0.
Alat pengukuran : kuesioner
Skala pengukuran: nominal
Interpretasi : Baik bila skor > 3
Kurang baik bila skor ≤ 3
4. Tingkat Pendidikan Ibu Rumah Tangga
Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal terakhir ibu rumah tangga yang
diperoleh dari bangku sekolah.
Alat pengukuran : kuesioner.
Skala pengukuran : ordinal (0=tidak sekolah; 1= Tamat SD; 2= Tamat SMP;
3= Tamat SMA; 4= Tamat Perguruan Tinggi atau sederajat).
3.9. Analisa Data
Dilakukan inventarisasi dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan dibuat tabel
kemudian dilakukan narasi.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Puskesmas Merdeka
Puskesmas Merdeka Palembang merupakan Puskesmas Kecamatan pada tahun 1955 dan
sebagai salah satu Puskesmas Induk di Kecamatan Bukit Kecil sekaligus Puskesmas Koordinator untuk
Kecamatan Bukit Kecil dengan luas wilayah kerja 619 Ha. Puskesmas Merdeka mempunyai 2
Puskesmas Pembantu, 16 Posyandu, dan 2 Poskeskel. Wilayah kerja Puskesmas Merdeka meliputi 4
kelurahan, yaitu Kelurahan 19 Ilir, Kelurahan 22 Ilir, Kelurahan 26 Ilir, dan Kelurahan Talang Semut.
Puskesmas Merdeka terletak di tepi jalan untuk mencapai Puskesmas Merdeka relative lebih
mudah karena dilalui oleh kendaraan umum (becak, oplet), kendaraan pribadi, dan juga dengan
berjalan kaki sehingga transportasi lancar karena letaknya sangat strategis di Pusat Kota. Geografi
wilayah kerja Puskesmas Merdeka terdiri dari dataran rendah dan sebagian kecil pinggiran sungai,
batas wilayah kerja meliputi:
a. Sebelah utara dengan Kelurahan 24 Ilir
b. Sebelah Selatan dengan Kelurahan 28 Ilir, 29 Ilir, dan 30 Ilir
c. Sebelah barat dengan Kelurahan 16 Ilir
d. Sebelah timur dengan Kelurahan 26 Ilir
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Merdeka adalah 29.991 jiwa.
VISI
“Tercapai Kecamatan Bukit Kecil Sehat dengan Bertumpu pada Pelayanan Prima dan
Pemberdayaan Masyarakat”
MISI
1. Meningkatkan kemitraan pada semua pihak.
2. Meningkatkan Profesionalitas, Provider dan Pemberdayaan Masyarakat.
3. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima.
4. Mengikuti standar yang telah ditetapkan.
KEBIJAKAN MUTU
Puskemas Merdeka bertekad meningkatkan kualitas pelayanan secara berkesinambungan
berdasarkan standar yang ditetapkan demi tercapainya kepuasan masyarakat.
MOTTO
Kesehatan anda adalah kebahagiaan kami.
NILAI
14
1. Pengabdian
2. Kebersamaan dan kekeluargaan
3. Kerja keras
4. Saling percaya
5. Terus belajar
SUMBER DAYA MANUSIA
Puskesmas Merdeka memiliki 42 pegawai sebagai berikut :
Tabel 3.1. Daftar Pegawai Puskesmas Merdeka
N
o.
Jenis Tenaga Jumlah (Orang)
15
1
.
2
.
3
.
4
.
5
.
6
.
7
.
8
.
9
.
1
1.
1
I. Puskesmas Induk
Pimpinan Puskesmas
Dokter Umum
Dokter Gigi
Dokter Spesialis Kebidanan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Dokter Spesialis Anak
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
Psikolog
Bidan
Perawat
Gizi
Sanitarian
Perawat Gigi
Analisis Kesehatan
SMA/LPCK
SAA
SKM
Tata Usaha
II. PuskesmasPembantu
Perawat Kesehatan
Bidan
1
3
2
1
1
1
1
1
5
9
1
1
2
2
3
2
3
1
2
1
Jumlah 42
Untuk pelayanan kesehatan secara menyeluruh kepada seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya, Puskesmas Merdeka melaksanakan fungsinya dengan menjalankan beberapa program
yang dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1. Program Kesehatan Dasar
1.1. Promosi Kesehatan
Meliputi kegiatan penyebarluasan informasi kesehatan kepada masyarakat dalam
wilayah binaan Puskesmas Merdeka melalui kegiatan:
a. Penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada rumah tangga, institusi
pendidikan (sekolah), sarana kesehatan, institusi TTU, institusi tempak kerja.
b. Penyuluhan ASI ekslusif.
c. Penyuluhan untuk mendorong terbentuknya upaya kesehatan bersumber masyarakat
berupa posyandu madya dan posyandu purnama.
d. Penyuluhan NAPZA
1.2. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2P)
16
a. Kegiatan imunisasi berupa imunisasi DPT, campak, HB1, DT, dan TT.
b. Pelacakan dan pengobatan demam berdarah dengue, TB paru, malaria, kusta, diare,
dan ISPA serta pencegahan dan penanggulangan rabies, filariasis, schiztomiasis,
penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.
1.3. Pengobatan
a. Pengobatan umum
b. Pengobatan gigi
c. Rujukan spesialistik
d. Pelayanan dokter spesialis (spesialis kebidanan (USG), spesialis penyakit dalam,
spesialis anak, dan spesialis kulit kelamin).
e. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan Hb pada ibu hamil, darah rutin,
apusan darah tepi, tes kehamilan, sputum BTA dan kimia darah, seperti gula darah
sewaktu (BSS) dan total kolesterol.
f. Pengobatan kesehatan jiwa
1.4. Kesehatan Lingkungan
a. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, rumah makan, industry sederhana,
tempat pembuangan sampah dan limpah
b. Pengawasan dan pembinaan rumah yang memenuhi standar kesehatan
c. Pemeriksaan air
d. Pengendalian vektor
1.5. KIA-KB
a. Pemeriksaan kehamilan
b. Pelayanan akseptor KB
c. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan anak
d. Pelayanan kesehatan anak sehat dan sakit
e. Konseling kesehatan ibu menyusui, anak, wanita remaja, WUS
1.6. Gizi
a. Pemberian vitamin A pada balita dan tablet Fe pada ibu hamil
b. Pemberian makanan tambahan
c. Konseling gizi
d. Pengawasan dampak kekurangan gizi
2. Program Pengembangan
Kesehatan Reproduksi
Adapun kegiatan luar gedung yang telah dilaksanakan antara lain :
a. Posyandu Balita
b. Usaha KesehatanSekolah (UKS) dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)
c. Posyandu Lansia
d. Penyuluhan
17
Setelah dilakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Merdeka pada bulan Januari –
Desember 2012, maka didapatkan data yang disajikan dalam bentuk sebagai berikut:
Program pemberian
Vitamin A pada ibu
nifas
Target
Sasara
n (T)
Penca
paian (H)
Caku
pan (%)
Kel. 19 ilir 83 75 90,4Kel. 22 Ilir 106 96 90,6Kel. 26 Ilir 383 345 90,1Kel. Talang
Semut
202 183 90,6
JUMLAH
(KAB/KOTA)
774 699 90,3
Tabel 1. Distribusi cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di wilayah kerja
Puskesmas Merdeka tahun 2012
Dari data di atas dapat dilihat bahwa cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Wilayah
Kerja Puskesmas Merdeka mencapai 90,3 % dari 90 % target program.
Tercapainya target cakupan program pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Puskesmas
Merdeka Palembang tahun 2012 disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari man, money,
material, methode, and environment.
4.2. Man (Ketenagaan)
Terselenggaranya pengkajian dan pembinaan program pelayanan kesehatan pada
ibu nifas dalam cakupan pemberian Vitamin A pada ibu nifas melibatkan banyak pihak.
Ditinjau dari aspek kualitas ketenagaan pembinaan Puskesmas sudah memadai dilihat
dari petugas pengelola program pelayanan kesehatan pada ibu nifas di Puskesmas
Merdeka Palembang berjumlah 2 orang dan dibantu oleh kader kesehatan berjumlah 2
orang sebagai penggerak program sehingga kinerjanya bisa optimal.
18
Kemudian dari petugas di puskemas tersebut bertanggung jawab terhadap
program tersebut dan menjalankan program tersebut dengan benar. Dan sabar dalam
memberikan penjelasan tentang penggunaan Vit. A pada ibu-ibu nifas.
4.3. Money (Pendanaan)
Sistem pendanaan program pemberian Vitamin A pada ibu nifas berasal dari dana BOK
(bantuan operasional kesehatan) dan retribusi. Sumber dana untuk mendukung pelaksanaan
program ini sudah berjalan dengan baik seperti dana untuk persediaan Vitamin A yang selalu
ada.
4.4. Material (Sarana dan Prasarana)
Dalam pelaksanaannya, Puskesmas Merdeka dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan
kegiatan penunjang, seperti laboratorium, pencatatan dan pelaporan, pemantauan dan
penilaian. Puskesmas juga memiliki persediaan Vitamin A yang selalu tersedia dan sarana
penyuluhan ke masyarakat sudah cukup seperti pamflet, dan brosur sebagai media
penyuluhan.
4.5. Methode (Metode)
Metode yang dilakukan dengan pendataan dan penyuluhan kepada masyarakat di
wilayah kerja puskesmas Merdeka palembang. Selain itu, petugas yang memberikan langsung
Vit. A pada ibu-ibu nifas dan juga melakukan rapat evaluasi setiap bulan.
4.6. Lingkungan
Wilayah kerja Puskesmas Merdeka mudah di akses karena terletak di pinggir jalan dan
merupakan daerah yang sering dilalui oleh transportasi umum.
4.7. Hasil
Pada penelitian ini responden yang terpilih sebagai sampel merupakan ibu rumah
tangga yang bertempat tinggal di lokasi penelitian. Sebanyak 40 responden sebagai sampel
penelitian tersebut diambil dengan menggunakan cara accidental sampling.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat Pendidikan FrekuensiTidak Sekolah atau Tidak Tamat SD 3
Tamat SD atau Sederajat 8 Tamat SMP atau Sederajat 6 Tamat SMA atau Sederajat 15
19
Tamat Perguruan Tinggi atau Sederajat 8 Total 40
Tingkat pendidikan dikelompokkan dalam tiga kategori. Responden yang tidak sekolah atau
tidak lulus SD dan lulusan SD dikategorikan dalam kelompok berpendidikan rendah, lulusan
SMP/SMA dikategorikan berpendidikan sedang dan lulusan Perguruan Tinggi dikategorikan
kelompok berpendidikan tinggi. Dari keseluruhan responden sebagian besar yaitu 21 orang
merupakan lulusan sekolah menengah/berpendidikan sedang, 8 orang berpendidikan tinggi,
dan 11 orang merupakan lulusan berpendidikan rendah.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden terhadap Kegiatan 3M Demam
Berdarah Dengue
Tingkat Pengetahuan FrekuensiPengetahuan Baik 22
Pengetahuan Kurang Baik 18Total 40
Pengetahuan responden dikategorikan dalam 2 kategori yaitu kurang baik dan baik. Dimana
kategori kurang baik bila mempunyai nilai dibawah rata-rata skor, dan dalam penelitian ini
terdapat 18 responden. Sedangkan kategori baik bila mempunyai nilai diatas rata-rata skor,
dan dalam penelitian ini terdapat 22 responden.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sikap Responden terhadap Kegiatan 3 M Demam Berdarah
Dengue
Sikap FrekuensiMendukung 15
Kurang Mendukung 25 Total 52
Sama seperti pada pengetahuan, sikap juga dikategorikan dalam dua kategori yaitu kurang
mendukung dan mendukung. Jumlah responden yang mempunyai sikap kurang mendukung
terhadap konsumsi tablet Fe sebanyak 25 orang dan yang mempunyai sikap mendukung
sebanyak 15 orang. Sehingga mayoritas responden kurang mendukung terhadap konsumsi
tablet Fe.
20
4.8 Analisa Data
Pada penelitian ini beberapa hal yang diteliti dan berhubungan dengan perilaku
seseorang dalam konsumsi tablet Fe dalam upaya mencegah anemia pada ibu hamil, antara
lain:
Pengetahuan
Terbentuknya perilaku baru pada seseorang dimulai dari seseorang tahu dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya sehingga menimbulkan
pangetahuan baru pada seseorang tersebut. Pengetahuan responden mengenai anemia dan
konsumsi tablet Fe sangat diperlukan. Karena menurut Notoatmodjo (1993) bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi untuk terjadinya perilaku. Dalam
penelitian ini 22 orang dari responden memiliki pengetahuan yang baik dan 18 orang yang
memiliki pengetahuan kurang baik tentang anemia dan konsumsi tablet Fe.
Keluarga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat, merupakan ujung tombak
suksesnya program pemerintah mengenai kegiatan 3M tersebut, terutama peran dari ibu
rumah tangga. Dimana ibu rumah tangga baik sebagai anggota keluarga maupun sebagai istri
mempunyai kedudukan yang sangat menentukan dalam keluarga. Kurangnya perhatian ibu
memberikan dampak buruk terhadap kesehatan keluarga (Darwin, 2005).
Sikap
Sikap merupakan salah satu predisposisi seseorang untuk berperilaku. Sikap bukan
dibawa sejak lahir namun sikap dapat dibentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
responden. Dalam interaksi sosial tersebut terjadi hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi diantara individu yang dapat mempengaruhi pola perilaku dalam berinteraksi
dengan lingkungannya (Azwar, 1997).
Meskipun untuk konsumsi tablet Fe banyak tidak dikonsumsi dengan alasan lupa dan
rasa tablet Fe yang pahit. Sehingga akan mengakibatkan konsumsi tablet Fe pada sebagian
besar ibu sepenuhnya terpenuhi.
Tingkat Pendidikan
Secara keseluruhan, responden terbanyak memiliki tingkat pendidikan SMP/SMA
sebanyak 21 orang dan sisanya 8 orang tinggi, serta 11 orang berpendidikan rendah. Semakin
tinggi tingkat pendidikan responden, persentasenya menurun pada konsumsi tablet Fe rendah,
dan semakin tinggi tingkat pendidikan persentasenya semakin tinggi pula pada konsumsi
tablet Fe.
21
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat lebih
menaikkan perilaku responden dalam konsumsi tablet Fe. Hal ini sesuai dengan teori
Grossman bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor efisiensi penggunaan input kesehatan
dalam produksi kesehatan. Artinya, dengan input kesehatan yang ada tingkat pendidikan yang
lebih tinggi dapat menghasilkan stok kesehatan yang lebih banyak daripada yang bisa
dihasilkan oleh orang yang berpendidikan lebih rendah (Folland, 2001).
4.9 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tidak terhindar dari kemungkinan kesalahan dan kekurangan, walaupun
telah diupayakan semaksimal mungkin untuk menghindarinya. Peneliti menyadari bahwa
hasil yang didapat kurang baik dikarenakan:
1. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional). Dimana pada
desain potong lintang, semua variabel diukur pada saat yang sama. Dengan demikian desain
ini tidak dapat memastikan hubungan temporal antara pendidikan, pengetahuan, dan sikap
sebagai sebab serta konsumsi tablet Fe sebagai akibat. Sehingga perlu dipertimbangkan
desain penelitian yang lainnya pada penelitian lebih lanjut.
2. Sampel yang peneliti gunakan jumlahnya kecil, sehingga kurang kuat dalam
merefleksikan keadaan populasi yang ada. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dalam
melakukan penelitian. Dengan demikian perlu ada penelitian lebih lanjut dengan ukuran
sampel yang lebih besar untuk meningkatkan kuasa statistik (statistical power).
3. Keterbatasan referensi yang digunakan pada pembuatan makalah ini membuat peneliti
kurang dapat membahas lebih. Dengan demikian pada penelitian lebih lanjut perlu referensi
yang cukup untuk mengembangkan penelitian ini.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan sejumlah kesimpulan sebagai berikut:
1. Dari keseluruhan responden sebagian besar yaitu 21 orang merupakan lulusan
sekolah SMP/SMA yang dikategorikan berpendidikan sedang.
2. 22 responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap kegiatan 3M demam
berdarah dengue.
3. Mayoritas responden kurang mendukung terhadap kegiatan konsumsi tablet Fe yaitu
sebanyak 25 orang.
4. Faktor tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap memiliki peran yang penting
dalam keberhasilan kegiatan .
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut:
1. Karena pengetahuan dan sikap akan saling mempengaruhi dalam perilaku, maka
yang penting untuk diperhatikan adalah perlu terus menambah pengetahuan ibu hamil
tentang pentingnya konsumsi Fe melalui promosi/penyuluhan kesehatan.
2. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan Hb sebelum dan sesudah pemberian tablet Fe.
3.Sebaiknya suami/keluarga ditunjuk menjadi PMO (Pengawas Minum Obat) untuk
meningkatkan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi Fe.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Dayakisni (2003). Psikologi sosial. Malang: UMM Press. Depkes RI (1997). Menuju
desa bebas demam berdarah dengue. Jakarta: Ditjend.P2M & PLP, Depkes RI.
2. Allen, Lindsay H. (2007). Anemia and Iron Deficiency: Effects on Pregnancy
Outcome. The American Journal of Clinical.
3. (2002). Modal dasar penyuluhan kesehatan masyarakat Indonesia sehat 2010. Pusat
Promosi Kesehatan, Depkes RI. Jakarta.
4. Budiarni, Widya dan Hertanto Wahyu Subagio. (2012). Hubungan Pengetahuan,
Sikap dan Motivasi Dengan Kepatuhan Konsumsi Tablet Besi Folat Pada Ibu Hamil.Journal
of Nutrition College Volume 1 No.1 Hal. 1-10..
5. Departemen Kesehatan RI. (2001). Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada
Wanita Usia Subur (WUS). Depkes RI..
6. Folland S, Goodman AC, Stano M (2001). The economic of health and health care.
Third Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc.
7. Gaventa J, Valderrama C (2001). Mewujudkan partisipasi-21 teknik partisipasi
masyarakat untuk abad 21. The British Council. Indonesia.
8. Grossman M (1999). On the concept of health capital and the demand for health.
Journal of Political Economy. (80): 223-55.
9. Hairi F, Ong Cyrl HS, Suhaimi A, Tsung T.W, Ahmad, Sundaraj, Soe M.M, (2002).
A Knowledge, Attitude and Practices (KAP) Study on Dengue among Selected Rural
Communities in the Kuala Kangsar District. Asia Pac J Public Health 2003; 15 (1): 37-43
10. Hyder, S.M. Zainuddin. (2002). Anaemia and Iron Deficiency in Women (Impact of
iron supplementation during pregnancy in rural Bangladesh). Tesis. Epidemiology
Department of Public Health and Clinical Medicine Umeå University..
11. Hasanah Muliaty. (2007). Faktor-faktor yang berhubungan dengan KepatuhanIbu
Hamil dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di RSUD Arifin Nu’mang Rappan Kabupaten
Sidrap. FKM Unhas (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Poedjawijatna I.R (1998). Tahu dan pengetahuan. Pengantar ke ilmu dan filsafat. Jakarta:
Rineka Cipta.
12. Simon-Morton (1995). Introduction to health education and health promotion.
Waveland press Inc: USA.
13. Puspasari, Fida, Ramawati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi di Desa Sokaraja Tengah, Kecamatan
Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Jurnal Volume 3 No.1.
24
14. Sri Purwaningsih, Marlia, Akhmadi. (2006). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam Mengonsumsi Tablet Fe. JIK; 01 : 02. Diakses 16
November 2013.
15. S. Thirukkanesh A.M. Zahara. (2010). Complience to Vitamin and Mineral
Supplementation among Pregnant Women In Urban and Rural ares in Malaysia.Pakistan
Journal of Nutrition 9 (8) : 744 – 750.
Kuesioner penelitian
DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER
GAMBARAN KONSUMSI Fe BUMIL DI PUSKESMAS MERDEKA PALEMBANG
TAHUN 2013
I. IDENTITAS IBU (RESPONDEN)
Nomor Responden : (diisi peneliti)
Tanggal wawancara :
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat rumah :
25
II. TINGKAT PENDIDIKAN
Pendidikan terakhir Ibu:
0. Tidak sekolah atau tidak tamat SD
1. Tamat SD atau sederajat
2. Tamat SMP atau sederajat
3. Tamat SMA atau sederajat
4. Tamat Perguruan Tinggi atau sederajat
III. PENGETAHUAN
No. Pertanyaan Jawaban1. Anemia sering terjadi pada ibu hamil. a. Benar
b. Salah2. Anemia ditandai dengan gejala lemah, letih,
lesu.
a. Benar
b. Salah
3. Anemia pada ibu hamil dapat mempersulit
proses kehamilan dan persalinan.
a. Benar
b. Salah4. Anemia ibu hamil dapat dicegah dengan
mengkonsumsi tablet Fe.
a. Benar
b. Salah5. Tablet Fe dikonsumsi 1 kali sehari untuk ibu
hamil.
a. Benar
b. SalahIV. SIKAP
No. Pertanyaan Jawaban1. Saya merasa terganggu setiap ada petugas
puskesmas yang menyuruh saya
mengkonsumsi tablet Fe.
a. Benar
b. Salah
2. Saya senang mengkonsumsi tablet Fe setiap
hari sekali, agar terhindar dari anemia.
a. Benar
b. Salah3. Saya tidak suka mengkonsumsi tablet Fe
karena rasanya pahit.
a. Benar
b. Salah4. Saya sering lupa mengkonsumsi tablet Fe. a. Benar
b. Salah5. Menurut saya, tablet Fe dikonsumsi saat saya
merasa sakit saja.
a. Benar
b. Salah6. Saya percaya bahwa konsumsi tablet
Fepenting untuk kesehatan kehamilan saya,
sehingga saya harus mengkonsumsi tablet Fe
setiap hari.
a. Benar
b. Salah
7. Saya akan lebih disiplin mengkonsumsi tablet
Fe, bila di lingkungan saya ada penderita
anemia ibu hamil.
a. Benar
b. Salah
26